NovelToon NovelToon
Bride Of The Fate

Bride Of The Fate

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintamanis / Duda / CEO / Beda Usia / Mengubah Takdir / Romansa
Popularitas:4.3k
Nilai: 5
Nama Author: Rustina Mulyawati

Anya Safira adalah gadis berusia 20 tahun. Ia bekerja sebagai petugas kebersihan di sebuah hotel. Suatu hari Anya tengah membersihkan kamar hotel yang sudah ditinggalkan oleh tamu. Namun, Seketika seorang pria masuk dan menutup pintu serta menguncinya. Pria itu mabuk dan tidak sadar kalau ia salah masuk kamar.

Melihat tubuh seksi Anya pria tersebut tidak tahan dan segera mendorong tubuh Anya ke atas ranjang. Pria itu pun naik dengan hasrat yang tidak tertahankan. Anya yang ketakutan hendak berteriak. Namun, pria itu segera membekap mulut Anya sambil berbisik.

"Jangan berteriak. Aku akan memberimu satu miliyar asal kau layani aku, " bisiknya.

Anya yang memang sedang membutuhkan uang, tidak pikir panjang dan menerima tawarannya. Dan disitulah awal dari semuanya.

Anya tidak tahu, kalau pria itu adalah tuan Elvaro. Duda kaya raya seorang Presdir perusahaan ternama YS.

Lalu, apakah yang akan terjadi selanjutnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rustina Mulyawati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 29. Selamat Datang Amira!

 Amira dan Aiden baru saja pulang. Aiden dengan penuh perhatian membantu Amira berjalan dengan menggandeng tangannya. Amira disambut baik oleh para pelayan. Kebetulan Dita dan Anya kembali sebelum mereka pulang. Orang-orang rumah menyambut kepulangan Amira dengan baik. Dita bahkan memeluknya hangat dan penuh kasih sayang. Dita menuntun Amira untuk duduk di sofa.

 Aiden tersenyum senang melihat Amira diperlakukan begitu baik oleh Neneknya.

  "Selamat datang Amira. Gimana kabar kamu? " tanya Dita.

 "Saya baik-baik saja, Nek. Terima kasih karena Nenek sudah mengizinkan saya tinggal disini."

 "Keselamatan kamu lebih penting, sayang. Anggap rumah sendiri, yah. "

 "Iyah, Nek. "

 Anya tidak berkata apapun dan hanya menyimak saja bersama Ranti. Sebenarnya Anya kasihan melihat Amira yang terluka. Tetapi hatinya berkata kalau ia harus berhati-hati pada Amira. Karena Anya merasa kalau Amira tidak sepenuhnya baik. Walaupun itu hanya perkiraan atau asumsinya saja.

 Drrrrttt.. Drrrttt

Ponsel Anya berdering.

 "Maaf, saya mau angkat telepon dulu. " Anya melengos pergi untuk menjawab telepon yang tidak tercantum nama dari nomor tersebut.

 "Hallo? Ini siapa? "

 [Selamat malam Cimut! Maaf yah, aku baru nelpon kamu sekarang. ]

 "Farel? Kamu masih saja panggil aku kayak gitu."

 [Lah, kenapa? Cimut itu panggilan yang bagus, kok.]

 "Iyah deh, iyah. Ada apa? " tanya Anya.

 [Nggak ada apa-apa sih, cuma mau nanya aja. Besok ada waktu gak? Aku mau ngajakin kamu ke galeri pamanku. Bukannya kamu suka sama seni?]

 "Serius? Bisa banget! Jam berapa? "

 Anya menjawab dengan tegas dan antusias. Ia sangat senang dengan ajakan Farel. Karena sudah lama ia ingin sekali pergi ke galeri lukisan.

 [Oke. Besok kita ketemu jam 09.00 di taman yang kemarin. ]

 "Oke."

 [Sampai jumpa besok! ]

 "Bye! "

 Tut..

Anya begitu senang sampai ia tersenyum-senyum sendiri. Elvaro yang baru saja tiba di rumah mendapati Anya yang sedang tersenyum senang di ruang tamu.

 "Ada apa? Senang banget kayaknya, " ucap Elvaro mengejutkan Anya.

 Anya terkesiap dan berdehem pelan.

 "Ehem! Gak ada apa-apa, kok! " balas Anya.

Elvaro tanpa aba-aba menarik tangan Anya sampai tubuh Anya melekat pada tubuhnya. Elvaro menahan tubuh Anya dengan memeluk pinggang kecilnya. Anya menatap Elvaro terkejut. Lagi-lagi jantungnya berdetak sangat cepat. Memompa darah ke seluruh tubuhnya, sehingga suhu tubuh Anya menjadi meningkat.

 "To-tolong jangan begini. Bagaimana kalau ada yang lihat? " ucap Anya sambil mencoba lepas dari Elvaro.

 Cengkraman Elvaro malah semakin erat. "Memangnya kenapa? Kamu kan istri saya. "

 Anya celingak-celinguk memastikan tidak ada orang disekitar.

 "Saya malu. "

 "Malu kenapa?"

 "Pak El. Lepaskan saya, " pinta Anya lagi.

 "Saya akan lepaskan dengan satu Syarat."

 "Apa? "

 "Jangan panggil saya, Pak. Kita ini suami istri. Tapi kamu terus saja memanggil saya Pak. Saya terdengar jadi seperti ayah kamu. Bukan suami kamu. Orang-orang yang tidak tahu akan salah paham sama kita nanti. Di sangkanya kamu itu anakku nanti, " ungkap Elvaro.

 "Terus saya harus panggil apa? " tanya Anya lagi.

 "Panggil saya seperti kamu memanggil saya di kantor waktu itu, " jawab Elvaro.

 Anya mendengus pelan. Walau bagaimanapun rasanya canggung sekali memanggil kata itu dengan sengaja. Padahal waktu itu Anya hanya bercanda karena ingin memastikan sesuatu. Tidak disangka ia malah terjebak dalam jebakannya sendiri untuk orang lain. Anya menggigit bibir bawahnya. Ia merasa berat mengatakannya.

 "Ayolah. Kamu mau seperti ini sampai kapan? " ujar Elvaro lagi.

 Anya pun menghembuskan nafasnya pelan-pelan.

 "Sayang, tolong lepasin aku. Malu nanti ada yang lihat, " ucap Anya dengan nada yang pelan.

 "Apa? Saya gak denger. Coba katakan lebih keras lagi, " rayu Elvaro menggodanya.

 "Sayang! Tolong lepasin saya! " seru Anya dengan nada sedikit tinggi.

 Elvaro tersenyum sangat puas dan segera melepaskan pelukan tangannya dari pinggang Anya.

 "Baiklah, sayang. Seterusnya tolong panggil saya seperti itu, " ucap Elvaro sambil mendekatkan wajahnya dengan wajah Anya.

 Seketika wajah Anya memerah karena malu. Spontan Anya berbalik dan Menjauh. Ia menjadi salah tingkah mondar mandir tidak jelas.

 "Saya mau kesana dulu. Tidak enak kalau lama-lama disini sama yang lainnya, " ucap Anya sambil melengos pergi ke ruang keluarga menghampiri semua orang lagi.

 Elvaro tertawa kecil melihat Anya yang begitu salah tingkah karenanya. Lalu kemudian ia segera menyusul langkah Anya untuk menghampiri yang lainnya.

 "Kamu sudah pulang, Amira? " tanya Elvaro ketika datang.

 "Pak El. Maaf yah, hari ini saya tidak masuk kerja, " celoteh Amira seakan menyesal.

 "Tidak papah. Lagi pula kamu harus banyak istirahat. Untuk masalah pekerjaan tidak usah terlalu dipikirkan, " balas Elvaro.

 "Terima kasih, Pak El. Besok saya pasti akan masuk kerja. "

 "Tidak usah terburu-buru. Kamu pulihkan saja dulu kesehatanmu."

 "Iyah, Pak El. Terima kasih banyak. "

Anya tetap masih dalam diamnya tidak berkomentar apapun. Ia hanya menyimak obrolan mereka dengan baik.

 "Nek, kamar untuk Amira, apa sudah disiapkan? " tanya Aiden.

 "Sudah. Tadi Nenek suruh para pelayan untuk membersihkan dan menyiapkan kamar untuk Amira di lantai dua. Kamu antar Amira untuk istirahat, yah? " jawab Dita.

 "Iyah, Nek. Yuk, Amira saya antar kamu ke kamar. "

 Aiden mengajak Amira dengan lembut dan penuh perhatian. Amira hanya mengangguk dan mengikuti ajakan Aiden.

 [Cewek itu, bahkan mengabaikan ku sekarang. Sombong sekali dia. ] Amira membathin dan sempat melirik sinis pada Anya.

Anya tersenyum ketika mendapati lirikan Amira yang sangat sinis itu. Walau sekilas Anya bisa melihat dan menyadari nya.

 "Anya sayang. Suami kamu baru saja pulang. Kenapa kamu cuek begitu sama suami sendiri, " ucap Ranti merasa tidak enak dengan kelakuan anaknya itu.

 "Memangnya aku harus ngapain, Bu? " tanya Anya.

 "Kamu ini. Udah sana samperin suami kamu dan ajak dia ke kamar untuk istirahat, " balas Ranti lagi menyenggol bahu Anya.

 Elvaro tidak menggubris dan hanya tersenyum kecil melihat Anya yang perlahan datang menghampiri nya dengan canggung. Anya tidak mengatakan apapun dan hanya berdiri disamping Elvaro. Ranti sampai menggeleng-geleng kepala melihat Anya yang begitu dingin terhadap Elvaro. Sementara Dita malah tersenyum lucu melihat kelakuan anak dan menantunya itu.

 "Kamu mau diam mematung saja disitu atau mau apa? " tanya Elvaro memegang keheningan yang singkat.

 "Yaudah. Ayo! "

Anya mengajak Elvaro pergi dengan nada begitu pelan dan malu-malu.

 "Ayo, kemana? " tanya Elvaro ingin menggodanya.

 "Ayo, ke kamar! " sergah Anya.

 "Panggilannya mana? " goda Elvaro lagi benar-benar membuat Anya malu di depan Dita dan Ranti.

 Anya menatap Elvaro tajam. Namun bibirnya tetap membuat garis lengkung yang lebar.

 "Jangan macam-macam yah. Cepat berdiri dan pergi saja, " geram Anya berbicara dengan gigi atas dan gigi bawah merapat dengan kuat menahan rahangnya untuk bergerak.

 Elvaro pun akhirnya mengalah dan berdiri untuk pergi ke kamar bersama dengan Anya.

 Dita dan Ranti tersenyum lucu melihat mereka.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!