seorang pemuda yang di paksa masuk ke dalam dunia lain. Di paksa untuk bertahan hidup berkultivasi dengan cara yang aneh.
cerita ini akan di isi dengan kekonyolan dan hal-hal yang tidak masuk akal.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yellow street elite, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34
Long Zhen menarik napas dalam-dalam, tangannya masih sedikit bergetar saat menyarungkan kembali pedang Léi Wáng ke dalam kain khusus yang dibawa oleh salah satu pengawal pribadinya.
Ia menoleh ke arah Rynz, menatapnya serius. Wajahnya tak lagi menyombong seperti sebelumnya.
“Jika kau bertanya padaku sebelum aku mencobanya… aku akan menebak ini adalah senjata tingkat tinggi Ranah Master.”
Ia berhenti sejenak, lalu menoleh ke langit yang baru saja menjadi saksi keganasan pedang itu.
“Tapi sekarang setelah aku mengalaminya sendiri...”
Ia melangkah maju, mendekati Rynz, lalu menatap lurus ke dalam matanya.
“Senjata ini... berada di ambang Ranah Saint. Mungkin belum sempurna, tapi jika kau memiliki bahan yang lebih kuat, aku tak ragu… kau bisa menembusnya.”
Ucapannya membuat semua orang yang ada di sana tercekat. Bahkan Lu Ban terpaksa menoleh.
“Ranah Saint…?” gumam beberapa murid yang ada di belakang, hampir tidak percaya. Itu adalah tingkatan yang hanya dimiliki oleh pandai besi legendaris yang terikat dengan kekaisaran.
Putri Yue yang berdiri tak jauh, menggenggam jemarinya erat. Matanya menatap tajam ke arah peti kayu hitam yang kini masih diselimuti kain—tempat senjatanya akan dibuka.
Rynz masih terdiam, namun di dalam dadanya… jantungnya berdetak sangat cepat.
Ambang Saint...
Itu berarti, satu langkah lagi… dan namanya bisa terukir di antara para legenda.
Namun sekaligus, itu juga artinya… persaingan berikutnya akan jauh lebih keras.
"Terima kasih... Tuan Long," ucap Rynz pelan.
"Jangan berterima kasih padaku. Berterima kasihlah pada palumu."
Long Zhen tersenyum tipis.
"Lalu... apakah aku boleh menyaksikan senjata yang satunya?"
Semua orang pun kembali menoleh pada Rynz...
Kini giliran Putri Yue.
Rynz perlahan membuka peti panjang yang dibalut kain lembut berwarna hitam.
Cahaya lembut memantul dari permukaan logam berwarna merah menyala, saat senjata itu tampak sepenuhnya.
Sebuah pistol tangan, ramping dan berkilau, dengan desain yang aneh bagi semua orang di sana.
Di sepanjang laras dan badan senjata itu terukir motif Phoenix berputar, dengan core kristal merah tertanam di bagian tengah seperti jantung yang menyala.
Gagangnya melengkung elegan, terbuat dari bahan tanduk elang dan dihiasi dengan ukiran tipis, membuatnya tampak seperti artefak kerajaan, bukan senjata.
Semua orang yang hadir, termasuk para penatua dari dua klan, menatap senjata itu dengan ekspresi campur aduk—tercengang, bingung, dan penasaran.
Bahkan Long Zhen, yang sebelumnya memegang pedang petir itu, menyipitkan mata.
“Senjata itu… bukan pedang, bukan busur, dan jelas bukan alat alkimia... Apa itu sebenarnya?” gumamnya.
Putri Yue, yang berdiri sedikit lebih dekat, melangkah maju dengan alis berkerut.
“Bukankah aku memintamu membuat busur, pandai besi?” ucapnya.
Namun Rynz hanya menatapnya, tak mengucapkan sepatah kata pun—senyumnya tipis dan tenang.
“Jawab aku. Ini bukan apa yang aku minta,” lanjut Putri Yue dengan nada yang mulai tegang.
Rynz kemudian menyerahkan pistol itu langsung ke tangan sang putri, lalu berkata pelan,
“Tarik pelatuknya ke langit.”
Putri Yue sempat ragu. Semua mata kini tertuju padanya.
Namun dia tetap melakukan apa yang dikatakan.
Klik.
BOOM—!!!
Seketika, cahaya merah membelah langit seperti kilatan petir phoenix, menciptakan gelombang kejut yang menggetarkan pepohonan dan bebatuan di sekitarnya.
Semua orang menutup mata sejenak karena silau, dan saat mereka membuka mata...
Langit terbuka membentuk lingkaran merah, dan di tengahnya muncul bayangan samar seekor Phoenix Api, mengepakkan sayapnya dengan gagah.
Suasana mendadak hening, dan hanya suara detak jantung yang terdengar di telinga semua yang hadir.
Putri Yue masih menatap ke atas, tangannya yang memegang pistol itu sedikit bergetar.
“...Apa... ini?” bisiknya.
Rynz akhirnya membuka suara, dengan nada rendah namun tegas.
“Itu adalah busur. Namun dalam bentuk yang lebih cepat. Kamu hanya perlu satu pelatuk... untuk membelah udara.”
Kepala penatua dari Klan Yue terdiam lama, sebelum akhirnya tersenyum tipis.
“Senjata yang menyatu dengan jiwa phoenix... dalam bentuk yang bahkan belum dikenal oleh dunia ini...”
Dan di sanalah, di tengah ladang kecil di belakang sekte terpencil itu, semua orang menyadari satu hal:
Senjata buatan Rynz bukan sekadar alat perang. Tapi juga perwujudan dari sesuatu yang belum pernah ada sebelumnya... sebuah era baru.
Rynz melangkah pelan ke samping Putri Yue, menatap pistol itu yang kini memancarkan hawa panas tipis dari sela-sela ukiran phoenix merahnya. Suaranya tenang, namun terdengar jelas di tengah keheningan.
“Senjata itu… bukan untuk orang yang ragu-ragu.”
Semua orang menoleh, menunggu penjelasannya.
“Semakin besar energi yang kau masukkan ke dalam senjata itu, maka semakin besar juga kekuatan yang akan dilepaskannya.”
Ia menatap lurus ke arah bukit yang jauh di depan sana, dan melanjutkan,
“Jika kamu cukup kuat… peluru dari senjata itu dapat melubangi sebuah gunung.”
Beberapa tetua dari Klan Long dan Klan Yue tampak menegang, saling pandang tak percaya. Bahkan Long Zhen mengerutkan alisnya.
“Melubangi gunung…? Itu bukan senjata. Itu alat penghancur.”
Putri Yue masih menatap senjatanya. Ujung jarinya menyentuh bagian kristal di tengah pistol itu. Aura dari Phoenix dalam dirinya bergetar, merespons senjata itu dengan hangat, seolah mengenali rumahnya sendiri.
“...Apa senjata ini akan memakan energiku?” tanyanya pelan.
Rynz mengangguk, “Sedikit. Tapi dia akan menyesuaikan diri. Jika kau tak sanggup menahannya, senjata itu bisa membakar peredaran Qi-mu dari dalam.”
Para penatua langsung menatap Yue dengan cemas, tapi sang putri hanya tersenyum tipis.
“Aku menginginkan kekuatan. Dan sekarang aku memilikinya.”
Ia menoleh pada Rynz.
“...Terima kasih. Ini lebih dari yang kuharapkan.”
Setelah semua orang kembali ke aula utama Sekte Lembah Angin, suasana menjadi lebih tenang. Para murid duduk bersila di samping aula, sementara para tetua dari Klan Long dan Klan Yue berdiri di hadapan Lu Ban dan para murid inti.
Rynz melangkah maju, menyapu pandangan ke seluruh ruangan, lalu berbicara dengan suara tenang namun tegas.
“Sebelum kalian semua kembali ke klan masing-masing, izinkan aku menyampaikan satu hal.”
Semua pandangan mengarah kepadanya.
“Sekte kami berkembang terlalu cepat. Kami menerima banyak murid baru… tapi tempat ini belum siap menampung mereka sepenuhnya.”
Ia menoleh kepada Putri Yue dan Long Zhen.
“Kami kekurangan banyak hal. Tidak hanya peralatan pelatihan. Kami kekurangan Aula Alchemist, guru berkualitas, dan bahkan juru masak yang mampu menyiapkan makanan bergizi untuk ratusan murid.”
Sejenak ia diam, membiarkan ucapannya mendarat di benak mereka semua.
“Aku tahu kalian berdua berasal dari klan besar. Dan aku tidak akan memaksa. Tapi jika kalian benar-benar ingin menjalin hubungan dengan Sekte Lembah Angin, maka inilah saatnya menunjukkan itikad baik.”
Putri Yue saling pandang dengan penatua klannya. Begitu pula dengan Long Zhen yang menyipitkan mata, tampak sedang mempertimbangkan sesuatu.
Lu Ban hanya duduk bersedekap di kursinya, memperhatikan semuanya dengan senyum kecil di wajahnya, tanpa mengatakan sepatah kata pun.
Rynz melanjutkan, “Kami tidak meminta banyak. Cukup satu atau dua orang ahli di setiap bidang, agar sekte ini bisa berjalan dengan baik. Murid-murid kami layak mendapatkan pengajaran yang layak.”
Suasana menjadi hening. Lalu perlahan, Putri Yue angkat bicara.
“Aku bisa mengirimkan seorang Alchemist senior dan juru masak istana untuk sementara waktu. Anggap saja ini bagian dari hubungan awal antara Sekte Lembah Angin dan Klan Yue.”
Long Zhen pun mengangguk, “Klan Long akan mengirimkan dua guru tempur dan beberapa alat pelatihan. Tapi tentu saja, aku ingin tempat tinggal yang layak untuk orang-orangku.”
Zhou Lan langsung mencatat sesuatu di tangannya.
“Tenang saja, kami akan menyediakan semua kebutuhan mereka. Dan tentu… setiap bentuk bantuan akan dicatat sebagai kerja sama resmi,” ucapnya cepat, diselingi senyum manis.
Rynz membungkukkan kepala tipis kepada keduanya. “Terima kasih. Dengan ini, Sekte Lembah Angin akan mulai berubah... bukan hanya kuat, tapi juga lengkap.”
Lu Ban menghela napas panjang. “Kalian benar-benar membuatku tua lebih cepat dari seharusnya.”
Chen Mo terkekeh, “Tapi paling tidak, sekarang kau bisa makan makanan enak setiap hari.”
Tawa pun pecah pelan di aula itu, menandai awal dari babak baru dalam sejarah Sekte Lembah Angin.