NovelToon NovelToon
LUCKY BABY- WANITA KARIR BERTRANSMIGRASI MENJADI BAYI

LUCKY BABY- WANITA KARIR BERTRANSMIGRASI MENJADI BAYI

Status: sedang berlangsung
Genre:Sistem / Anak Genius / Budidaya dan Peningkatan / Transmigrasi
Popularitas:24.6k
Nilai: 5
Nama Author: julieta

Clarissa, yang terikat oleh sistem terpaksa harus menjalani dua kehidupan lagi agar dia bisa mati dengan tenang.
Setelah dalam kehidupan sebelumnya, suskses sebagai wanita karir yang dicintai oleh keluarga dan semua orang, kini dia terlempar ke jama di era 80 an yang terlahir sebagai bayi dari keluarga buruh tani miskin yang tinggal di desa Sukorejo.
Misi kali ini adalah mengentaskan keluarganya dari kemiskinan dan menjadi wanita suskse seperti sebelumnya.
Mampukah Clarissa yang kini bernama Lestari,seorang bayi dengan otak dan pemikiran wanita dewasa,yang sudah pernah jatuh bangun dalam menjalankan usahanya mampu menyelesaikan misinya?
Kehidupan di era 80 an tidaklah mudah, keterbatasan alat dan juga masih tingginya praktek KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme) membuat hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi Lestari yang dalam kehidupan sebelumnya banyak ditunjang oleh kemajuan teknolgi dan percepatan informasi.
Penasaran...
ikuti terus kisa Lestari dalam cerita ini!
HAPPY READING...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon julieta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

SEDIH

Sun\pardi yang mendengar kabar mengenai apa yang terjadi pada Sunarti dari beberapa tetangga yang bertemu dengannya disurau ketika sholat subuh, tak terlalu terkejut. Apalagi, Sunarti telah membuat skema buruk untuk keluarganya, balasan yang didapatkannya, sangat setimpal.

Ketiga anak Supardi, setelah selesai sholat subuh bersama sang bapak disurau pun muali sibuk dengan aktivitasnya masing-masing.

Tari, yang terbangun setelah mendengar suara celotehan kakak keduanya disamping ranjang, yang menatapnya dengan penuh minat, hanya bisa memutar bola matanya dnegan malas.

Ekpresi yang Tari berikan berbanding terbalik dengan ekpresi yang Aan tunjukkan. Melihat adiknya telah bangun, kedua mata Aan berbinar cerah.

“Tari sudah bangun. Ayo...panggil aku mas Aan”, ucapnya terkekeh pelan.

Tari memutar lagi bola matanya dengan malas. “Kenapa aku punya kakak sebodoh ini!”, gerutunya dalam hati.

Aan yang diejek tak marah, justru dia semakin bersemangat dan berlari keluar untuk mengambil tas sekolahnya.

“Adik, lihat nilaiku. Ini adalah nilai ulanganku. Aku mendapat 100, bukankah mas mu ini sangat pintar”, ucapnya tersenyum lebar.

Melihat kertas ulangan ditangan kakaknya, tersirat ejekan di mata Tari. “Hanya soal penambahan dan pengulangan saja, itu pelkara mudah. Ck, pendidikan dijaman ini sangat tertinggal. Bagaimana bisa anak kelas tiga balu diajali penambahan dan pengulangan saja padahal meleka sudah sehalusnya bisa menguasai pelkalian dan pembagian bahkan bilangan pecahan dan decimal serta ...bla bla bla”.

Semakin banyak Tari berbicara, kedua mata Aan semakin berbinar. Adik bayinya tahu banyak hal, membuat rasa kagum dalam hatinya semakin bertambah besar.

Adik bayinya yang baru umur beberapa hari sudah mengetahui banyak hal.Karena penasaran, Aan mencoba mengetes adik bayinya itu dengan beberapa soal yang ada dikertas ulangannya.

“Tari, mas mau tanya, jika dipasar ibu membeli sepuluh butir telur. Tapi ditengah jalan pecah tiga butir. Berapa sisa telur yang dibawa ibu pulang kerumah?”, tanyanya.

Tari yang diajak bicara, lagi-lagi memutar bola matanya dengan malas dan tatapan matanya pu sarat akan ejekan. “Ya tentu saja sisa tujuh butil telul. Anak TK saja mampu menjawabnya, kenapa kakak kedua masih beltanya padaku. Dasal bodoh!”.

Mendengar jawaban Tari, meski diejek diakhir kalimat tapi Aan tak marah. Justru kedua mata Aan semakin berbinar dan diapun kembali mengajukan pertanyaan lagi.

Setiap jawaban yang diberikan oleh Tari, membuat kekaguman Aan kepada adik bayinya semakin besar.

Pada awalnya, Gito tak terlalu memperhatikan tingkah pola sang adik dan membantu ibunya untuk menyiapkan sarapan.

Tapi setelah dia mendengar setiap jawaban yang diberikan oleh Tari atas pertanyaan yang Aan lontarkan benar, diapun juga merasa penasaran akan seberapa hebat kemampuan adik bayinya itu.

Gito pun segera mengambil buku pelajaran dalam tasnya, dan memberikan beberapa pertanyaan yang diberikan oleh gurunya.

Jawaban yang diberikan oleh Tari pun memuaskan. Bahkan beberapa soal yang memerlukan penjelasan lebih, Tari bisa menjabarkannya dengan baik dan benar, membuat Gito memiliki pemikiran jika dia harus belajar bersama adiknya agar bisa lulus SD dengan nilai yang memuaskan.

Srikandi yang melihat kedua anak lelakinya terus merecoki adiknya pun segera masuk kedalam kamar.

“Sudah, sudah...jangan ganggu Tari. Ayo sarapan dulu terus berangkat ke sekolah agar tidak terlambat”, ucap Srikandi yang langsung menggiring dua bocah lelaki itu keluar dari dalam kamar.

Tari yang kembali ditinggalakn sendirian didalam kamar, mulai menggerutu. “Ya, ditinggal sendili lagi. Padahal, aku juga ingin kelual dali kamal. Menghilup udala segal dan melihat hal menalik apa yang ada dilual sana”, gumannya.

Srikandi yang mendengar suara protes bayinya pun segera membawa Tari dalam gendongannya berjalan menuju depan rumah untuk menjemurnya.

Kebiasaan di desa, bayi yang baru lahir akan dijemur dipagi hari agar kulitnya tak kuning, dan matahari pagi dianggap sangat menyehatkan.

Tari yang melewati ruang tamu dan melihat apa yang ketiga kakak dan ayahnya makan, mengkerutkan kening sangat dalam.

“Apa yang mer\leka makan? Kenapa walna dan bentuknya sepelti pasil begitu?”, ucapnya penasaran.

“Apa kelualga ini begitu miskin hingga tak mampu membeli belas dan makan pasil?. Baiklah, aku halus cepat besal agal bisa membantu pelekonomian kelualga dan membelikan makanan yang layak untuk seluluh anggota kelualgaku”, gumannya lagi.

Srikandi yang mendengar celotehan bayinya yang cadel, tak tahu harus tertawa bahagia karena perhatian yang hangat atau harus menangis sedih.

Aan yang mendengar perkataan adiknya pun berusaha untuk menjawab pertanyaan Tari tanpa harus mengungkapkan jika mereka bisa mendengar suara hatinya.

“Mas Gito, nasi tiwul ini dari singkong yang dikeringkan ya?”, Aan berbicara sambil mengedip-ngedipkan matanya kepada sang kakak.

Gito yang tanggap pun ikut adil dalam drama yang adiknya buat. “Benar itu An. Nasi tiwul ini dibuat dari singkong yang dikeringkan atau masyarakat umum biasa menyebutnya gaplek. Semua orang didesa ini hampir semuanya makan nasi tiwul karena harga beras putih sangat mahal, dan hanya orang kaya saja yang bisa membeli dan memakannya”, ucapnya menjelaskan.

Mendengar ucapan kakak sulungnya, hati Tari semakin sedih. Dia tak menyangka jika keluarganya sangat miskin, bahkan untuk membeli beras saja mereka tak mampu.

Dengan mata nanar, Tari mengedarkan pandangannya, menyapu seluruh halaman rumah yang tampak memprihatinkan.

“Aduh, kenapa aku telahil sebagai bayi begini sih! Jika saja aku telahil sedikit lebih besal atau setidaknya sudah bisa belbicala, mungkin aku bisa membeli salan kepada ibu dan ayahku tentang bagaimana cala menghasilkan uang dengan mudah”, ucap Tari sambil mendesah pelan.

Srikandi sama sekali tak menyangka, bayi yang baru berumur sehari, bisa memiliki pemikiran begitu dalam.

Meski mereka merasa hangat akan ucapan bayi mereka, tapi semua orang tak menganggapnya serius.

Lagipula, secerdas apapun seorang bayi, dia tak akan mampu untuk melakukan pekerjaan berat untuk menghasilkan uang sehingga mereka tak terlalu memikirkannya dan menganggap jika hal itu hanya berhatian lembut seorang anak pada keluarganya.

Karena waktu sudah tiba, ketiga lelaki beda usia tersebut pun segera berangkat setelah mencuci piring bekas mereka sarapan tadi.

Setelah Srikandi mencium tangan suaminya, Supardi mengecup kening bayinya dan berangkat kesawah untuk menyelesaikan sisa pekerjaannya kemarin sebelum dia mengerjakan sawah milik juragan Daud yang rencana akan digarapnya hari ini.

Sementara kedua anaknya setelah mencium punggung tangan sang ibu dan mengecup pipi adik bayinya, segera berangkat ke sekolah.

Narto yang ditinggal sendiri, biasanya akan main ke rumah tetannga. Tapi karena sekarang ada adik bayi, diapun lebih senang tinggal dirumah.

“Tari, kamu ingin main apa?”, tanyanya dengan kedua mata berbinar menatap adik bayinya.

Srikandi terkekeh lirih. “Adik bayi belum bisa bermain mas”, ucapnya, membuat Narto tersadar dan menepuk jidatnya dengan keras.

“Iya juga ya bu. Adik masih belum bisa duduk untuk diajak bermain”, ucap Narto sambil nyengir kuda.

“Aku memang masih belum bisa diajak main. Tapi kalau sekedal diajak jalan-jalan, aku juga mau. Nggak pelu jauh-jauh, disekitalan lumah saja cukup agal aku tahu bagaimana kondisi disekelilingku”, ucap Tari dalam hati.

Srikandi yang mendengar suara hati bayinya, merasa masuk akal dan segera membawanya berjalan mengelilingi rumah sambil Narto sesekali menjelaskan apapun yang mereka lihat dan lewati, membuat beberapa tetangga yang berpapasan dengan mereka, tersenyum geli mendengar celotehan Narto yang mereka anggap sangat lucu.

“Wah, Narto, ini adik bayimu ya? cantik sekali”, puji Sumiati, tetangga sebelah rumah yang baru pulang dari pasar.

“Enggeh budhe, Narto sedang mengajak adik jalan-jalan bersama ibu dan menjelaskan semua hal yang ada disekeliling rumah”, ucap Narto dengan sikap sopan.

Mendengar ucapan bocah lelaki kecil itu, Sumiati pun mengusap kepala Narto dengan lembut. "Anak pintar"", ucapnya.

Diapun segera menoleh dan menatap kerarah Srikandi sambil sesekali melirik ke arah bayi cantik yang wanita itu gendong.

“Kamu jalannya jangan jauh-jauh Sri, jangan sampai ke kebun jambu. Disana wengit (angker), nanti bayimu sawanen (ketempelan makhluk halus yang biasanya ditandai dengan demam tinggi dan kejang-kejang)”, ucap Sumiati memperingatkan.

“Enggeh budhe, terimakasih atas perhatiannya”, jawab Srikandi santun.

Setelah berbasa-basi sejenak, Sumiatipun melanjutkan langkah kakinya untuk pulang sambil tersenyum tipis mendengar Narto kembali menjelaskan semua hal kepada adik bayinya yang masih belum mengerti apa-apa.

Sumiati tak tahu jika Tari bukanlah bayi biasa. Dengan kemampuan fotografis yang dimilikinya, dia sudah berhasil menggambar denah rumahnya dan kondisi sekitarnya dalam satu kali pandangan mata.

Melihat bayinya mulai menguap, Srikandi pun segera membawa Tari masuk kedalam rumah, menyusui dan menidurkannya.

“Kamu disini dulu ya le, ibu mau beberes rumah dan memasak dulu”, ucap Srikandi yang direspon anggukan oleh Narto.

Sebagai ibu yang telah melahirkan empat anak secara normal, karena kondisinya yang miskin, Srikandi pun tak bersikap manja karena suami dan keempat anaknya membutuhkan dirinya sehingga baru sehari melahirkan, dia sudah bisa bekerja.

Meski tidak melakukan pekerjaan berat seperti menimbah air dan mencuci pakaian serta pergi ke ladang untuk bercocok tanam, tugas membereskan rumah dan memasak tetap dia kerjakan sendiri karena merasa itu sudah menjadi tanggung jawabnya untuk memberikan rumah yang bersih dan makanan untuk keluarganya.

1
Yizhan
kalau bisa double up
Yizhan
lanjut
Anita Rahayu
3 eps dong thor mantap
Mimi Johan
Lanjut n semangat
Ida Kurniasari
semangat thor
Andira Rahmawati
kurangggg thorrr up lagi dongggg..😍😍💪💪
Sribundanya Gifran
lanjut thor
diara
lanjut baca
Lala Kusumah
rasain Lo Lela 😡😡😡😡
Lyvia
semangat thor, suwun upnya
FAISHAL GAMING
luarbiasa
Mimi Johan
Lanjut Thor n semangat
Pakde
lanjut thor
Ida Kurniasari
up lagi thorrr
Mimi Johan
Semangat Thor
Lala Kusumah
lanjuuuuuuuuut
Aydin Syam
yah Thor masa habis Thor..bnyakin upnya Thor masa kaya hubungan sih di gantung melulu kan ngak enak thor
Lala Kusumah
lagi seru serunya eh habis, lanjuuuuuuuuut Thor 🙏🙏🙏
Wahyuningsih
yah abiz thor, d gantung kita gaes kayak jemuran 😅😅😅 pling pinter ni author bikin orang penasaran 😁😁 d tnggu upnya thor yg buanyk n hrs tiap hri jgn lma upnya thor sellu jga keshtn n tetp semangaaaaaaat
Aydin Syam
bagus
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!