NovelToon NovelToon
Jodoh Si Gadis Pipi Merah

Jodoh Si Gadis Pipi Merah

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta setelah menikah / Konflik etika / Pernikahan Kilat / Cinta Paksa / Identitas Tersembunyi / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:3.5k
Nilai: 5
Nama Author: Amaryllis zee

Kamala Jayanti, gadis malang yang terlahir dengan tanda lahir merah menyala di kulit pipinya dan bekas luka di bawah mata, selalu menyembunyikan wajahnya di balik syal putih. Syal itu menjadi tembok penghalang antara dirinya dan dunia luar, membentengi dirinya dari tatapan penuh rasa iba dan cibiran.

Namun, takdir menghantarkan Kamala pada perjuangan yang lebih berat. Ia menjadi taruhan dalam permainan kartu yang brutal, dipertaruhkan oleh geng The Fornax, kelompok pria kaya raya yang haus akan kekuasaan dan kesenangan. Kalingga, anggota geng yang penuh teka-teki, menyatakan bahwa siapa yang kalah dalam permainan itu, dialah yang harus menikahi Kamala.

Nasib sial menimpa Ganesha, sang ketua geng yang bersikap dingin dan tak berperasaan. Ganesha yang kalah dalam permainan itu, terpaksa menikahi Kamala. Ia terpaksa menghadapi kenyataan bahwa ia harus menikahi gadis yang tak pernah ia kenal.

Titkok : Amaryllis zee
IG : Amaryllis zee

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Amaryllis zee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Hadiah Untuk Kamu

Di tengah perjalanannya menuju pulang ke rumah Ganesha, tiba-tiba mobil yang dikendarai oleh Kamala mengalami mogok di jalanan yang sepi. Ia mengerutkan kening, mencoba untuk melihat apa yang terjadi. Ia melihat asap mengepul dari kap mesin mobilnya.

Kamala teringat pada perjalanannya ke perpustakaan buku klasik tadi siang. Ia pergi ke perpustakaan itu untuk sekedar membaca buku, karena hanya perpustakaanlah yang menjadi tempat ternyamannya. Ia menikmati suasana tenang dan damai di perpustakaan itu. Ia merasa betah berada di sana.

Ketika tersadar, ia melihat sudah pukul 16.00 sore. Ia pun segera pulang, tapi malangnya di tengah perjalanan mobilnya mengalami mogok.

Kamala menghela napas, merasa frustasi. Ia tidak tahu harus berbuat apa. Mau menghubungi Ganesha pun tidak bisa, karena ia tidak memiliki nomor ponselnya. Apalagi ia teringat kata-kata Ganesha tadi pagi, "Hidup masing-masing." Kata-kata itu seperti menusuk hatinya, mengingatkannya pada kenyataan pahit bahwa ia hanya seorang istri yang tidak dicintai.

Kamala duduk di pinggir trotoar, menghirup udara segar, berusaha menenangkan dirinya. Ia merasa putus asa, terjebak dalam situasi yang sulit. Ketika ia akan memesan taxi online, tiba-tiba ponselnya mati kehabisan batre. Ia menghela napas, merasa frustasi. Ia tidak tahu harus berbuat apa.

Kamala melihat sekeliling, mencoba untuk mencari pertolongan. Namun, jalanan ini sangat sepi.

Ganesha melajukan mobilnya di jalanan yang sepi. Matahari mulai terbenam, menghasilkan warna jingga kemerahan di langit. Ia teringat pada percakapannya dengan Kamala pagi tadi. Ia merasa bersalah karena telah bersikap kasar pada Kamala. Ia merasa tidak seharusnya bersikap seperti itu.

Tiba-tiba, pandangannya tidak sengaja melihat mobil yang parkir di pinggir jalan. Ia mengerutkan kening, mencoba untuk melihat lebih jelas. Ketika ia melewati mobil tersebut, ia terkejut melihat ada Kamala duduk di pinggir trotoar. Ia juga melihat kap mobil yang mengeluarkan asap.

"Lagi ngapain itu anak?" gumam Ganesha, heran. Ia menghentikan mobilnya di pinggir jalan, kemudian ia turun dari mobil dan berjalan mendekati Kamala.

Ganesha berdiri di hadapan Kamala, sosoknya menjulang tinggi. Kamala, dengan kedua telapak tangan menutupi wajahnya, tak menyadari kehadirannya. "Kamala ...!" panggil Ganesha, suaranya lembut namun tegas.

Deg. Jantung Kamala berdebar kencang. Apa ia tidak salah dengar? Ia mendengar suara Ganesha. Dengan ragu, ia mendongak, perlahan-lahan membuka tangannya. Senyum tipis mengembang di bibirnya, tersembunyi di balik syal putih yang melingkar di lehernya. "Dia benar-benar Ganesha," gumamnya dalam hati, matanya berkaca-kaca.

"Sedang apa kamu di sini?" tanya Ganesha, suaranya terdengar khawatir. Ia tak tega melihat Kamala dalam kesulitan.

Kamala beranjak bangun, matanya berkaca-kaca. "Mobil saya mogok, dan saya tidak bisa pulang," jawabnya lirih.

"Kenapa tidak pulang naik taksi online saja?" tanya Ganesha, heran.

"Ponsel saya mati, Tuan," jawab Kamala, suaranya semakin kecil.

Ganesha melirik ke arah mobil Kamala yang tampak tua dan usang. "Lagian, mobil butut masih saja dipelihara!" ejeknya, meskipun raut wajahnya menunjukkan kekhawatiran.

Kamala terdiam, tak mampu membalas ejekan Ganesha.

"Cepat, ikut saya!" ajak Ganesha, matanya memancarkan kehangatan. Ia melangkah menuju mobil mewahnya, langkahnya terburu-buru. Ganesha membuka pintu mobilnya sendiri dan masuk, tak menunggu Kamala. Kamala, dengan sedikit ragu, menyusul Ganesha dan masuk ke dalam mobil. Ia merasa sedikit kecewa, namun tak ingin menunjukkannya.

Ganesha melajukan mobilnya dengan cepat begitu Kamala masuk. Suara mesin mobil yang menderu mengiringi kepergian mereka, meninggalkan mobil mogok Kamala di tepi jalan.

Dua puluh menit kemudian, mobil Ganesha berhenti di depan sebuah showroom mobil yang ternama. "Turun!" titah Ganesha, suaranya dingin, tanpa menoleh ke arah Kamala.

Kamala pun turun, mengikuti perintah Ganesha. Namun, ketika ia sudah keluar dari mobil, ia merasa bingung. Buat apa Ganesha mengajaknya ke showroom mobil? Ia menatap gedung showroom yang megah, kebingungan menggerogoti pikirannya.

Melihat Ganesha melangkah masuk ke dalam showroom, Kamala terdiam, terpaku di tempatnya. Ia tak berani mengikuti Ganesha.

Ganesha melirik ke belakang, melihat Kamala yang terdiam tak berkutik. "Kenapa kau diam? Ikuti saya!" suaranya terdengar sedikit kesal.

Kamala tersentak, baru sadar bahwa Ganesha sedang menatapnya dengan tajam. Ia pun segera menyusul Ganesha, hati kecilnya dipenuhi rasa penasaran.

Untuk pertama kalinya, Kamala melangkahkan kaki ke dalam showroom mobil mewah. Ia tak pernah membayangkan bisa menginjakkan kakinya di tempat seperti ini. Meskipun ia memiliki finansial yang cukup dari peninggalan orang tuanya, ia tak pernah menikmatinya. Semua aset peninggalan orang tuanya diambil alih oleh ibu angkatnya, meninggalkannya dengan hidup sederhana. Ia hanya bisa menatap deretan mobil mewah di depannya dengan mata berbinar-binar, tak percaya dengan apa yang sedang dialaminya.

"Kamu mau mobil apa?" tanya Ganesha, suaranya terdengar datar.

Kamala tercengang. "Mobil? Apa maksud Tuan?" tanyanya, tak percaya, karena secara tiba-tiba Ganesha bertanya seperti itu.

Ganesha menunjuk ke arah deretan mobil mewah yang dipajang di showroom. "Pilih satu. Saya akan membelikan kamu mobil baru."

Mata Kamala membulat, tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. "Tapi …, tapi Tuan, saya tidak membutuhkan mobil baru," ucapnya, suaranya gemetar.

"Saya tahu mobil kamu butut. Dan saya tidak suka melihat kamu kesulitan," balas Ganesha dengan suara tegasnya.

"Ini hadiah untuk kamu." Ganesha menatap Kamala dengan tatapan yang sulit diartikan, seolah-olah ingin meyakinkan Kamala bahwa ia serius dengan tawarannya.

Kamala terdiam, tak mampu berkata-kata. Ia terharu dengan kebaikan Ganesha, namun tetap merasa tak pantas menerima hadiah sebesar itu. "Tuan, saya tidak bisa menerima ini," jawabnya, suaranya bergetar.

"Tidak ada penolakan," jawab Ganesha, matanya menatap Kamala dengan penuh tekad. "Pilihlah mobil yang kamu inginkan."

Kamala terdiam, matanya berkaca-kaca. Ia menatap deretan mobil mewah di depannya, hatinya dipenuhi rasa haru dan kebingungan. Ia tak pernah membayangkan akan mendapatkan hadiah sebesar ini. Bagaimana mungkin ia bisa menerima kebaikan Ganesha yang begitu besar?

"Saya mau mobil yang orange itu!" ujar Kamala, suaranya sedikit gemetar, menunjuk ke arah sebuah mobil mewah berwarna orange. Mobil itu terparkir di bagian tengah showroom, menarik perhatian Kamala sejak ia pertama kali melangkah masuk. Ia selalu mengagumi mobil itu, sejak pertama kali melihatnya di majalah otomotif. Namun, ia tak pernah membayangkan akan memiliki mobil seperti itu.

"Seleramu lumayan bagus!" puji Ganesha, senyum tipis mengembang di bibirnya. Baginya, uang bukan segalanya. Walaupun ia tidak mencintai Kamala, ia tidak ingin melihat Kamala hidup susah.

Ganesha pun menghampiri pegawai showroom untuk membayar mobil tersebut, langkahnya tegas dan penuh kepercayaan diri. Ia tak menunjukkan sedikitpun keraguan dalam membayar mobil mewah itu.

Sementara Kamala masih diam membisu, menatap mobil impiannya dengan mata yang berbinar-binar. "Aku gak mimpi, kan?" gumamnya, suaranya bergetar karena tak percaya. Ia tak pernah membayangkan akan memiliki mobil semewah ini.

******

Mobil BMW keluaran terbaru yang berwarna orange, terparkir di depan Kamala. Ia juga sudah memegang kunci mobil tersebut, tangannya bergetar, masih tidak menyangka. Mobil impiannya kini berada tepat di hadapannya, menunggu untuk dikendarai.

"Karena sekarang kamu sudah memiliki mobil baru, silahkan pulang dengan mobil ini. Karena saya masih ada urusan lain," ujar Ganesha, suaranya terdengar dingin. Ia melangkah menuju mobilnya, siap meninggalkan Kamala.

Kamala mengerti mengapa Ganesha membelikannya mobil. Ternyata, Ganesha tidak mau semobil dengannya dan tidak mau repot-repot mengurusi Kamala. Ia merasa sedikit kecewa, namun tak mau menunjukkannya. Ia hanya tersenyum kecil, mengucapkan terima kasih pada Ganesha.

"Terima kasih, Tuan," ucap Kamala, suaranya bergetar. Ia memandang mobil mewah di depannya, kemudian melirik Ganesha yang akan masuk ke dalam mobilnya.

"Sama-sama," seru Ganesha, suaranya terdengar dingin, seolah tak ingin berlama-lama berbicara dengan Kamala. Ia melangkah cepat menuju mobilnya, tak menunggu tanggapan Kamala. Ia menutup pintu mobil dengan keras, lalu menyalakan mesin mobil dan menancap gas.

Kamala menatap mobil Ganesha yang menjauh, rasanya sedikit hampa. Ia merasa senang mendapatkan mobil baru, namun juga sedikit sedih karena Ganesha tak mau menemaninya lebih lama. Ia menarik napas dalam-dalam, kemudian memasuki mobil BMW barunya.

"Semoga aku bisa menikmati mobil ini," gumam Kamala, sambil menyalakan mesin mobil. Ia menatap jalan di depannya, bersiap untuk mengemudikan mobil barunya.

1
Amaryllis zee
Gimana, dengan wajah baru Kamala? Apa memuaskan?
Maza
Double up terus thor
Amaryllis zee
Ikut semangat
Amaryllis zee
Aku aja yang buatnya sedih
Amaryllis zee
Namanya, Gamita. Masa Gamati 🙂
Ita Xiaomi
Maaf kk nama neneknya Gamita apa Gamati?
Ita Xiaomi
Sedih😢
Ita Xiaomi
Ayo Ganesha cintai Kamala dgn setulus hati jgn disakiti apalg dikhianati. Bahagiakan Kamala. Semangat.
Maza
Bagus
Baby sakinem
semangat thorr,aku suka sama karyamu.
jangan lama lama up nya dan banyakin up nya pls😭
Amaryllis zee: Ya siap . Jika di semangatin, akunya jadi makin cemangat
total 1 replies
Baby sakinem
seru thor ceritanya sampe bikin penasaran sama asal usul ganesha😭
Amaryllis zee: Kalau penasaran, baca terus ya ...
total 1 replies
Amaryllis zee
Jangan lupa komentarnya teman - teman
Amaryllis zee
Kasih ulasannya. Ya teman-teman
Thảo nguyên đỏ
Ceritanya terlalu seru sampai-sampai aku kehilangan akal. Lanjut terus thor!
Amaryllis zee: siap, pasti akan dilanjutkan.

terima kasih, sudah mau kasih komentar
total 1 replies
Amaryllis zee
Salam kenal semuanya .....

ini cerita pertama saya, dan semoga kalian suka.

Terima kasih.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!