NovelToon NovelToon
Let'S Mess Up The Story Line

Let'S Mess Up The Story Line

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Transmigrasi ke Dalam Novel / Epik Petualangan / Masuk ke dalam novel / Fantasi Isekai / Summon
Popularitas:3.4k
Nilai: 5
Nama Author: Mobs Jinsei

Kisah seorang pemuda yang meninggal akibat terlalu lelah bekerja dan dia bereinkarnasi ke dalam novel favoritnya. Namun dia tidak berinkarnasi menjadi main character, heroine, villain atau bahkan mob sekalipun, dia menjadi korban pertama sang villain yang akan membuat sang villain menjadi villain terkejam dan menggerakkan seluruh alur di novelnya.

Tapi ketika dia baru bereinkarnasi, dia langsung melakukan plot twist yang sudah pasti akan mengubah jalan nya alur cerita atau malah menghancurkan alur cerita yang sudah tersusun rapi, dia tidak mati dan malah membunuh villain yang seharusnya membunuhnya. Jadi selanjutnya apa yang akan terjadi dengan alur cerita novel yang di sukainya itu ?


Genre : Fantasi, komedi, drama, action, sihir, petualangan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mobs Jinsei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 8

Karena hari sudah semakin sore dan sudah menjelang malam, Edward mengundang Jonah, Elena, Liam, Laura dan Ray untuk makan malam bersama dengan dirinya dan Charlotte di mansionnya. Mereka berjalan bersama sama menuju ke ruang makan, ketika masuk, Ray melihat ruang makan yang besar dengan lamput kristal tergantung di langit langit, meja panjang dan kursi yang tinggi, dinding penuh lukisan dan replika senjata senjata untuk pajangan, benar benar ruang makan mansion seorang bangsawan yang mewah. Tapi satu hal yang membuat Ray kaget karena seorang pelayan menggantung senapan mesinnya di antara pedang, tombak, kapak dan perisai yang menurut Charlotte adalah pusaka keluarga.

“Lucu banget ga sih, ak 47 di taro di tembok kayak gitu...tapi ya, aku sudah kasih ke paman Edward senjata itu jadi terserah dia ajalah,” ujar Ray dalam hati sambil menuju ke kursinya.

Ray duduk di tengah, di sebelah kanan nya ada Charlotte yang terus menatap dirinya dengan senyum senyum sendiri, sementara di sebelah kirinya Liam dan Laura terlihat asik sendiri. Di sebrang mereka, Jonah yang wajahnya sedikit babak belur duduk bersama Elena dan Edward. Tidak ada satu orang pun yang mengeluarkan suara di meja makan, suasana menjadi hening, tata krama tetap terjaga, tak lama kemudian beberapa pelayan mendorong beberapa kereta makan masuk ke dalam, mereka mulai menghindangkan makanan di tengah tengah meja dan memberikan masing masing piring, sedok, garpu dan alat makan lainnya yang di tata dengan rapi.

Acara makan malam pun di mulai, Edward lebih dulu mengambil makanan di tengah sebagai pembuka di ikuti oleh yang lainnya termasuk Ray. Saat makan pun tidak ada yang berbicara, mereka semua makan dengan tertib dan penuh kesopanan. Ray bisa mengikutinya karena dia memiliki ingatan dari Raymond yang sudah terlatih bersikap layaknya seorang bangsawan sejak dia kecil. Dia melirik ke kiri melihat Liam dan Laura yang sedikit berantakan walau tidak bersuara. Namun ketika menoleh ke kanan, dia bisa melihat Charlotte yang makan dengan elegan dan terlihat menikmati makanan nya.

“Sayang ya...di sini ga ada warteg atau padang yang bisa makan brutal pake tangan hahaha, tapi makanan nya enak loh...walau dari segi rasa masih kurang di banding pencampuran bumbu bumbu di bumi,” ujar Ray dalam hati sambil menikmati makanan nya.

Selesai makan, pelayan mengosongkan kembali meja dengan mengangkati piring piring kosong dan semua alat makan di meja. Seorang pelayan menaruh gelas gelas di depan mereka dan menuangkan minuman sejenis anggur di gelas gelas mereka, melihat gelas nya terisi anggur,

“Hmm kalau disini batas usia boleh minum alkohol berapa ya ? kalau di negara ku kan 20 tahun ke atas....bodo lah, di kehidupan sebelumnya aku udah 27 tahun,” ujar Ray sambil mengambil gelasnya dan mencicipi anggur yang di hidangkan.

“Ray, bagaimana kalau kamu tinggal di rumah ini saja,” Edward tiba tiba membuka suara dan memberi tawaran untuk Ray.

“Eh..di sini ?” tanya Ray yang langsung menurunkan gelasnya.

“Benar, tenang saja kamu tetap boleh ke desa dan berlatih dengan Elena juga Jonah bersama Charlotte, Liam dan Laura, bagaimana ?” tanya Edward.

“Iya Ray, kalau kamu di sini, aku pasti senang sekali,” tambah Charlotte sambil melihat wajah Ray.

“Tiap hari kan bakal ketemu juga, jadi ga masalah, benar tidak Laura,” ujar Liam.

“Iya kakak, tiap hari ketemu, ga tinggal bersama juga ga apa apa,” tambah Laura tersenyum sambil menatap Ray.

“Semua tergantung Ray, benar kan tuan Edward,” ujar Elena.

“Hahaha benar, pikirkan saja dulu Ray, tapi malam ini kamu disini saja, besok baru di putuskan,” balas Edward.

“Um...baiklah, aku pikirkan malam ini, terima kasih tuan Edward,” ujar Ray.

“Hei, panggil paman saja, jangan sungkan sungkan terhadap ku,” balas Edward.

“Baik paman Edward,” balas Ray.

Charlotte terlihat sangat senang, dia langsung menggeser kursinya dan menempelkan pundaknya ke pundak Ray, begitu juga dengan Liam yang duduk tepat di sebelah Ray dan sedikit lebih tinggi dari Ray, dia langsung merangkul Ray sedangkan Laura menjulurkan tubuhnya melihat Ray dengan senyum.  Selesai makan malam, Jonah, Elena, Liam dan Laura berpamitan untuk pulang ke rumahnya, ketika keluar Liam dan Laura menoleh kebelakang kemudian berbalik, mereka melambaikan tangan dengan ceria kepada Ray dan Charlotte yang mengantar mereka ke pintu dan membalas lambaian tangan mereka.

Setelah kembali masuk ke dalam, tiba tiba Edward menghampiri Ray, dia langsung memegang kedua pundak Ray,

“Ray, saatnya kita bicara, tolong kamu ke ruang kerja ku,” ujar Edward.

Edward berbalik dan berjalan menaiki tangga, Ray melihat Charlotte yang berdiri di sebelahnya,

“Ayo, aku antar kamu,” ajak Charlotte sambil menggandeng tangan Ray.

“I..iya,” balas Ray.

Mereka berjalan naik ke atas menyusul Edward yang sudah terlebih dulu naik sebelumnya. Di atas, setelah menelusuri koridor, mereka tiba di depan sebuah pintu berdaun pintu ganda tepat di tengah koridor. Charlotte mengetuk pintunya dan mendorongnya, keduanya masuk ke dalam. Ray bisa melihat kalau ruang kerja Edward sama persis dengan ruang ketika Liam dan Laura menerobos kobaran api untuk masuk di pembukaan episode 1 anime adaptasi novelnya. Edward terlihat berdiri menatap keluar jendela dengan kedua tangannya di belakang, dia menoleh ketika melihat Charlotte dan Ray masuk,

“Silahkan duduk, Charlotte juga sekalian,” ujar Edward.

“Baik papa,” balas Charlotte.

Mereka langsung duduk di sofa yang berada tepat di depan meja kerja, Edward berjalan ke bar, kemudian dia mengambil sebotol minuman dan tiga buah gelas, setelah menaruhnya di meja, dia duduk di sebrang keduanya dan menuangkan minuman untuk mereka bertiga.

“Nah sekarang kita mulai bicara serius Ray...atau Raymond Roderick,” ujar Edward dengan wajah serius.

“Apa yang mau di bicarakan paman ?” tanya Ray.

“Begini, aku mau dengar alasan kamu datang ke desa ini dan kenapa kamu ingin pergi ke kota Lindhorn,” jawab Edward.

Melihat wajah Edward yang nampak serius dan ketika melihat wajah Charlotte juga nampak serius, akhirnya Ray menceritakan semuanya kepada keduanya. Tentu saja keduanya kaget, namun mereka terlihat sudah tahu akan terjadi hal seperti ini di ibukota. Setelah Ray menceritakan tujuannya kenapa dia mau ke kota Lindhorn,

“Hmm boleh lihat suratnya ?” tanya Edward.

Ray mengambil amplopnya dari saku celananya dan memberikannya kepada Edward yang kemudian mengambilnya, Edward melihat amplop dan stempelnya tanpa membuka suratnya kemudian dia menaruhnya di meja.

“Baik, aku mengerti sekarang, berarti keputusan ku untuk menampung mu di sini sangat tepat,” ujar Edward.

“Maksud paman ?” tanya Ray bingung.

“Kamu tahu kan stempel ini adalah stempel keluarga kekaisaran Agares ?” tanya Edward sambil mengangkat surat nya.

“Iya, aku tau paman,” jawab Ray.

“Aku dengar kabar, kondisi di kekaisaran Agares sekarang sedang memanas, stempel ini memang benar stempel keluarga kerajaan, tapi bukan keluarga kerajaan inti, stempel ini adalah stempel pangeran ke dua yang kabarnya ingin memberontak menggulingkan pemerintahan ayahnya, dia mendapat dukungan dari senat dan sedang menyusun kekuatan untuk gerakan revolusi nya,” balas Edward.

“Um...memang stempelnya berbeda ya ?” tanya Ray.

Edward memutar amplopnya dan memperlihatkan stempelnya kepada Ray yang terlihat bingung ketika melihatnya.

“Lihat gambar pedang menyilang di tengah stempel, tanda itu adalah tanda pangeran kedua dan stempel asli milik kekaisaran bukan pedang yang menyilang, melainkan tombak dan di tengahnya ada sebuah perisai, mirip tapi tidak sama,” jawab Edward.

“Jadi begitu, jika aku kesana...”

“Kamu di jamin akan terlibat revolusi mereka dan kekuatan mu akan di salah gunakan...itu pasti,” balas Edward memotong ucapan Ray.

“Kalau di pikir pikir benar juga, paman Duran pasti melihat ku yang bisa memakai sihir darkness dan holy malam itu makanya dia mau menolong ku...uuuh...hampir saja aku terlibat urusan yang tidak aku inginkan sama sekali,” ujar Ray dalam hati sambil termenung.

“Lalu mengenai ayah mu, kamu sudah tidak perlu lagi memikirkan dia, aku sudah dengar semua gosip dan rumor tentang kalian bersaudara di ibukota, aku yakin sekali kalau dia tidak akan mencari mu dan mungkin dia malah lega kamu hilang, di tambah kakak mu Desmond sudah tiada, jadi anggap saja kamu sudah putus hubungan dengan ayah mu,” ujar Edward.

“Kenapa dia mau membunuh mu Ray ? maksud ku Desmond, karena setau ku dia sayang sekali sama kamu walau dia tidak mengekspresikannya,” ujar Charlotte di sebelah Ray.

“Seperti yang ku katakan tadi, dia terhasut, dia orang yang pendiam dan tidak bisa bercerita kepada orang lain, dia tertutup dan tidak bersosialisasi, walau terhasut aku tidak mengerti jalan pikirannya tapi kamu benar Char, dia memang sayang padaku dan rasanya mustahil dia berniat mencelakai ku, sebenarnya aku sendiri masih tidak percaya,” balas Ray.

“Soal itu, paman minta kamu tutup buku saja, tidak perlu di bahas lagi, kasihan Desmond yang sudah tiada masih di bicarakan seperti ini, mulai sekarang pikirkan saja langkah kamu ke depan, pikirkan bagaimana kamu akan hidup, demi dirimu dan demi Desmond, (menoleh kepada Charlotte) Charlotte, kamu juga tidak perlu mengungkit lagi soal itu,” ujar Edward.

“Aku mengerti papa, maafkan aku,” ujar Charlotte.

“Terima kasih paman, aku akan hidup demi diriku dan Desmond saudara ku,” ujar Ray.

“Bagus, nah sekarang mari kita membicarakan masa depan, setelah ini, kamu mau bagaimana Ray ?” tanya Edward.

“Aku tidak tahu, aku hanya ingin hidup tenang dan damai tanpa ada gangguan (tanpa lembur pastinya),” jawab Ray.

“Hmm...begitu, boleh aku memberi usul ?” tanya Edward.

“Usul apa paman ?” tanya Ray.

“Bagaimana kalau kamu bertunangan dengan Charlotte saja, masa depan kerajaan ini...tidak..masa depan dunia saat ini sedang tanda tanya, sebab aku mendengar iblis mulai aktif dan sedang mengumpulkan pasukan mereka untuk menyerang kerajaan Liberus di barat. Tentunya seluruh kerajaan akan terlibat perang yang menentukan nasib dunia,” ujar Edward.

“Hmmm benar dan menurut novel hal itu akan terjadi dua tahun dari sekarang dimana serangan awal iblis di mulai dari terbukanya dungeon di dekat desa ini dan setelah itu pasukan iblis bersama monster monster di dalam dungeon keluar membumi hanguskan desa ini,” ujar Ray dalam hati sambil berpikir.

“Jadi kamu terima ?” tanya Edward.

“Um,” Ray menoleh melihat Charlotte di sebelahnya yang menunduk dengan wajahnya yang merah, setelah itu dia langsung menoleh melihat Edward,

“Baiklah paman, saya terima,”

Charlotte langsung mengangkat wajahnya dan menoleh melihat Ray dengan tertegun, mulutnya ternganga dan air matanya menetes.

“Loh...segitunya ?” tanya Ray dalam hati.

“Hahaha syukurlah Char, dari dulu kamu memang ingin papa menjodohkan kamu dengan dia kan ?” tanya Edward senang.

“I..iya papa,” jawab Charlotte sambil mengusap air matanya dan tersenyum lebar.

“Hah...dari dulu ? kapan ? tapi ya udahlah, toh di kehidupan lalu juga aku tidak pernah punya pacar, apalagi sampe tunangan dan menikah, bersyukur aja di kehidupan ini aku mendapat tunangan yang cantik dan imut.....walau masih rata karena masih 12 tahun....tapi beberapa tahun lagi juga pasti bergelombang hehe,” ujar Ray dalam hati sambil membantu membersihkan air mata Charlotte di sebelahnya.

1
Vemas Ardian
semangat Thor, jangan buat Charlotte sebagai bebannn
Mobs Jinsei: siap kak, makasih dukungan nya
total 1 replies
Aryanti endah
wahahahaha.. lain sendiri senjatanya 😂😂😂
Mobs Jinsei: makasih dukungan nya ya kak
Mobs Jinsei: iya haha
total 2 replies
Eight
lanjut thorr
Mobs Jinsei: siap, makasih dukungan nya kak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!