NovelToon NovelToon
Waiting For You

Waiting For You

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta setelah menikah / Pernikahan Kilat / Identitas Tersembunyi / Romansa / Penyelamat
Popularitas:56.6k
Nilai: 4.9
Nama Author: Andreane

Bagaimana rasanya menikah dengan orang yang tidak kita kenal?
Baik Arsya maupun Afifah terpaksa harus menerima takdir yang telah di tetapkan.

Pada suatu hari, ayah Afifah di tabrak oleh seorang kakek bernama Atmajaya hingga meninggal.
Kakek tua itupun berjanji akan menjaga putri dari pria yang sudah di tabraknya dengan cara menikahkannya dengan sang cucu.

Hingga pada moment di mana Afi merasa nyawanya terancam, ia pun melakukan penyamaran dengan tujuan untuk berlindung di bawah kekuasaan Arsya (Sang suami) dari kejaran ibu mertua.

Dengan menjadi ART di rumah suaminya sendirilah dia akan aman.

Akankah Arsya mengetahui bahwa yang menjadi asisten rumah tangga serta mengurus semua kebutuhannya adalah Afi, istrinya sendiri yang mengaku bernama Rere?

"Aku berteriak memanggil nama istriku tapi kenapa kamu yang menyahut, Rere?" Salah satu alis Arsya terangkat.

"Karena aku_" Wanita itu hanya mampu berucap dalam hati. "Karena aku memang istri sahmu, pak Arsya"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Andreane, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 7

Keesokan hari, sesuai perintah Arsya, Afi pergi ke Central Plaza untuk memilih sekaligus mencoba pakaian yang akan Arsya beli untuk istrinya.

Sebenarnya Afi tak mengerti kenapa harus dia yang membantu Arsya. Mengingat dia hanyalah seorang ART, ia merasa tak layak jika harus mencoba pakaian yang di pilih bosnya itu satu per satu. Dia bisa mengajak Sheema atau siapapun yang tahu persis mengenai fashion.

Ketika Afi tiba di lokasi tujuan, dia langsung menuju lantai tiga dengan menggunakan eskalator, selagi tangga yang membawanya ke lantai atas melaju, sesaat ia melirik arloji yang ada di pergelangan kirinya.

"Terlambat lima belas menit" Gumamnya lirih sembari melempar pandangan kesana kemari. "Semoga saja pria tampan itu nggak marah" Lanjutnya bersamaan dengan salah satu kakinya yang melompat karena sudah sampai di lantai yang ia tuju.

Ia mencari stand toko dengan tulisan brand ternama yang sudah di beri tahu Arsya.

"Sepertinya itu tokonya" Ia buru-buru melangkah dan memasuki toko dengan pintu otomatis terbuka sendiri.

Sesaat setelah masuk, sepasang netranya langsung mendapati sosok yang ia kenal tengah duduk di sofa sambil bermain ponsel.

Dengan gesit ia menghampiri pria itu.

"Maaf pak, telat" Mendengar suara Rere, seketika Arsya mendongak.

"Kenapa telat?"

"Tadi lagi nanggung, pak"

"Memangnya lagi ngapain tadi?" Arsya bangkit dari duduknya.

"Strika baju pak Arsya"

"Oh" Balasnya mengatupkan bibir. "Saya sudah pilih beberapa pakaian, tolong kamu coba, ya!" Pria itu lantas memindai pandangannya ke wajah si pegawai toko. "Tolong di bantu, mbak"

"Tentu, pak" Jawabnya ramah, lengkap dengan seulas senyum. "Mari, mbak!" Ajaknya merujuk ke Afi.

"Iya" Afi lalu mengikuti langkah wanita berseragam biru langit.

"Ini mbak bajunya, silakan bisa langsung masuk ke kamar pass"

"Iya" Afi menerima sodoran tunik motif salur lengkap dengan celana berwarna sage.

Selang lima menit wanita itu keluar dengan pakaian yang sudah melekat di tubuhnya. Ia berjalan mendekati Arsya yang sudah kembali duduk di sofa.

"Bagaimana, pak?" Afifah menunduk, sementara Arsya menatapnya dengan sorot aneh.

"Jelek, ganti" Ujarnya.

Afifah pun berbalik dan kembali menghampiri si pegawai.

"Katanya jelek, mbak"

"Okay, silakan coba yang lain, mbak"

"Memangnya ada berapa potong, yang harus saya coba, mbak?" Tanya Afi ingin tahu.

"Kurang lebih sepuluh, mbak"

"Sepuluh?" Afifah terhenyak.

"Ini mbak, silakan di coba lagi"

Afipun menerima pakaian yang lain untuk ia coba dan langsung masuk ke ruangan dengan ukuran dua meter persegi.

Beberapa saat kemudian Afi kembali keluar, dia. berharap kali ini pakaiannya cocok dan bisa mencoba yang lain lagi. Namun setelah memperlihatkan ke bosnya, ternyata tak sesuai harapan.

"Huuff.. Nggak cocok katanya, mbak" Keluhnya menghadap pegawai tokonya.

"Nggak apa-apa, mbak. Mbak coba yang lain lagi, ya"

"Hmmm"

Satu menit, dua menit, hingga sepuluh menit berlalu Afi sudah mengenakan pakaian baru yang lain, pakaian yang tak hanya bagus, tapi juga nyaman di pakai.

Wanita itu memindai dirinya melalui pantulan cermin.

"Ini ketiga kalinya, jika pak Arsya kembali mengatakan tidak cocok, tandanya aku memang nggak bakat jadi orang kaya. Iya karena baju-baju ini memang di peruntukan khusus untuk orang kaya" Ia menarik napas panjang, sebelum keluar mendadak atensinya tertuju pada kertas kecil yang menggantung di dadanya melalui cermin. Ia pun menunduk memastikan harga dari pakaian yang sedang ia coba.

"Satu, dua, tiga, empat, lima, enam. Apa?? Nolnya enam? L-lima belas juta? Baju kayak gini doang sampai lima belas juta? Wahh.. Gaji aku selama lima bulan ini" Kepala Afi geleng-gelang.

"Semoga cocok" Desisnya. Sebelum keluar ia kembali mencermati dirinya yang terlihat sangat cantik dengan pakaian itu.

"Huhh.." Dia mendesah agak frustasi kemudian melangkah keluar.

"Gimana, mbak?" Afi meminta pendapat pegawai toko sebelum memperlihatkan ke Arsya.

"B-bagus banget, mbak. Pas di badan embak yang semampai. Body goals banget embak pakai baju ini" Pujinya seakan tak percaya bisa sebagus itu bajunya di pakai oleh wanita di depannya.

"Ah, embak berlebihan"

"Saya serius mbak, jangan kan pak Arsya yang seorang lelaki, saya yang perempuan juga terpesona dengan penampilan embak"

"Okay, kalau pak Arsya bilang jelek, berarti matanya rabun, soalnya aku melihat bagus juga si"

"Ya sudah mbak, cepat kesana"

"Okay" Afi menarik napas panjang, sedetik kemudian ia mengarah kakinya menuju dimana Arsya sedang menunggu. Setelah di hadapan Arsya, ragu-ragu ia memanggil bosnya yang tengah menundukkan kepala.

"Pak Arsya"

Mendengar namanya di panggil, Arsya pun mengangkat pandangan dan langsung menemukan Afi berdiri di depannya.

Reflek ia bangkit dari duduknya tanpa beralih pandang menatap Afi.

Pria itu membatu dengan rahang mengerat, jakunnya bergerak naik turun seperti menelan saliva sementara sepasang matanya tak berkedip.

Sungguh dia sangat takjub dengan penampilan baru ART nya. Cantik, sangat cantik, terlihat anggun, juga elegan.

Arsya merasa kalau Rere tak layak jadi ART.

"Pak Arsya!" Panggil Afi yang tak di respon olehnya. Pria itu masih mematung dengan fokus penuh menatap Afifah.

"Pak?" Panggil Afi kedua kali. "Pak Arsya?" Ulangnya sedikit menyentak.

"I-iya, Rere"

"Gimana, pak? Ini cocok nggak kira-kira di badan istri bapak, nanti?"

"Sepertinya cocok" Jawab Arsya, konsentrasinya masih agak buyar sebenarnya. "M-minta pegawainya, saya ambil yang ini, kamu bisa coba yang lain lagi"

"Baik pak" Afi beranjak dari hadapan Arsya.

"Bagus katanya, mbak" Ucap Afi di depan wanita yang juga tampak cantik.

"Benar kan mbak, pak Arsya pasti suka. Ayo coba lagi yang lain"

"Okay!" Sahut Afi tersenyum.

Setelah hampir dua jam lamanya, Afi sudah mencoba banyak pakaian, ada lima belas baju yang Arsya beli untuk sang istri termasuk daster dan baju rumahan seperti setelan kaos serta celana pendek. Tak hanya pilihan Arsya, Afi juga turut andil dalam pemilihan baju-baju itu.

Sebagai rasa terimakasih Arsya, Rere atau Afi di hadiahkan dua stel baju yang dia pilih sendiri.

"Nanti baju-baju ini di cuci ya, setrika, lalu gantung di lemari kamar saya" Ucap Arsya melangkah ke luar plaza

"Baik, pak" Entahlah dalam hati Afifah merasa senang.

"Besok tinggal bantu saya berbenah kamar, ada Beno juga yang akan bantu kita"

"Iya, pak"

****

Malam, tepatnya pukul 21:00, Sheema datang ke rumah Arsya untuk menyerahkan semua berkas-berkas yang sedang ia garap sekalian berpamitan dan memberitahu bahwa dirinya sudah tidak bisa menjadi sekretarinya lagi, ia akan bertukar posisi dengan Joana yang ada di Singapura. Dan Joana yang akan menggantikan tugas Sheema di Jakarta.

Karena Arsya sudah tahu Sheema akan datang, dia pun menunggu sembari mengerjakan sesuatu di laptopnya.

"Maaf pak Arsya, saya datang malam-malam" Kata Sheema sedikit canggung. Keduanya sudah duduk di ruang tengah.

"Nggak apa-apa" sahut Arsya. "Apa ada masalah, She?"

"Bu Prillya menugaskan saya menggantikan tugas Joana di Singapura pak, sementara Joana menggantikan saya sebagai sekretaris pak Arsya"

Mendengar hal itu, Arsya mengerutkan kening, lebih ke terkejut sebenarnya.

"Kok mendadak, apa yang membuat mama melakukan itu?"

"Bu Prily mendengar kabar pernikahan pak Arsya dengan nona Afi, dia marah pada saya karena saya sudah diam-diam membantu mengurus pernikahan itu"

"Jadi mama sudah tahu?"

Sheema mengangguk.

"Tahu dari siapa?"

"Sebelumnya maaf pak, bu Prilly mendengar obrolan saya dengan pak Beno saat di telfon. Tapi untungnya nggak mendengar semuanya"

"Lalu?" Arsya tak tahu lagi harus bagaimana.

"Mungkin bagi bu Prilly ini belum sepenuhnya benar, karena saya sempat mengatakan tidak tahu apakah pernikahan itu jadi di laksanakan atau tidak"

Tiba-tiba Sheema terbatuk.

"Kamu nggak apa-apa, She?"

"Nggak apa-apa, pak"

"Sebentar saya akan menyuruh Rere bikin minuman untukmu"

"Iya, pak. Terimakasih"

"Tunggu!" Arsya bangkit dari duduknya, lalu beranjak ke arah kamar Rere yang bersebelahan dengan dapur.

Pria itu sedikit tak enak hati karena sudah mengganggu waktu istirahat Artnya.

"Rere" Panggilnya sambil mengetuk daun pintu kamar Artnya.

"Iya, pak" Begitu pintu terbuka, untuk kesekian kalinya Arsya tercentung.

Sungguh wanita di depannya benar-benar cantik. Entah untuk ke berapa kali Arsya terpesona dengan kecantikan Afi. Ia merasa kalau Afi tampak lebih cantik jika di lihat dari jarak sedekat ini. Sangat jelas aura wajahnya yang terkesan menenangkan saat di pandang.

"Ada tamu yang datang, bisa kamu bikinkan minum untuknya?"

"Apa pak Beno, pak?" Sangat terlihat jelas rasa penasaran tergambar di wajah Afi.

"Bukan"

"Baik pak, akan saya buatkan"

"Makasih, iya. Maaf mengganggu"

"Nggak apa-apa kok pak" Sebelum melangkah, Arsya tersenyum tipis yang di balas dengan sneyuman pula oleh Afi.

Beberapa menit kemudian minuman lengkap dengan cemilan sudah siap, Afi keluar dengan membawa nampan berisi air dan juga makanan ringan.

Ketika langkahnya sampai di ruang keluarga, sepasang mata Afi langsung bertemu pandang dengan mata Sheema. Otomatis keduanya sama-sama terkejut dengan pemikiran yang berbeda.

Arsya yang tengah menatap layar laptop, sama sekali tak melihat ekspresi dari kedua wanita itu. Dia tak menyadari kalau keduanya sudah saling kenal, bahkan sangat dekat.

Tentu saja, sebab selama Arsya berada di Paris, Sheema sering berkunjung ke rumah Afi untuk mengecek kondisinya. Mereka menjadi sangat akrab karena memang keduanya merasa cocok satu sama lain.

Bersambung

1
Syirfa Ratih
smga bnr" itu Arsya..malas bgt kl ceritanya sm kyak sinetron ikan terbang..plis y thor...jgn ada pisah"in mereka,,🥺
Asri
hayyah, menunggu reaksi arsya waktu pulang dari Singapura saja lah 😅
sryharty
ya Allah Ka ane sedikit syekaliii
N I A 🌺🌻🌹
afi pergi trus hamil trus bbrp tahun kemudian ketemu sama arsya dan udah punya anak terus kayak kisah novel pada umumnya😂
di tunggu karma prily
Salim S
udah gitu doang...?dikit amat..?!nunggunya sampai lumutan loh..mending kamu jujur fi ceritakan pertemuan kamu dengan s prilly kasihan arsya dia nggak melakukan kesalahan tp selalu menderita dia udah bucin sama kamu...jangan sakiti arsya lagi dengan meninggal kannya...jujur sama pasangan itu lah kunci keutuhan rumah tangga
Sugiharti Rusli
semoga aja kamu hamil yah pas pisah sama Arsya
Asri
hah, beneran jadi korban, silvia? kena aids gak tuh? 🫣
Salim S
tinggal jujur aja sama arsya,tahu ibu mertua mu manipulatif dan licik belum tentu srnua yg dia ceritakan semuanya benar atau hanya ingin membuatmu merasa bersalah dan meninggalkan arsya tanpa harus ribut dengan anaknya...arsya bukan orang picik dia pasti akan mengerti dan tetap menerimamu karena dia tulus mencintaimu..
sryharty
kalo aku jadi Afi pun akan mumet ,,
afi pergi pasti lg dalam keadaan hamil
duuuh kasihan banget seh fi hidup kamu

awas Arsya jangan sampe kamu mau di nikah kan sama si ulet bulu Silvia,,dia pembawa virus
enak kan sil senjata makan tuan
itu mama nya Silvia bener2 bikin gedek
Ainisha_Shanti
femikiran yang sangat dangkal
N I A 🌺🌻🌹
entahlah fi, apa nasib mu bakal sama kayak tokoh2 lain nya, berpisah terus hamil setelah bbrp tahun ketemu sama suami dg anak yg sdh kau lahirkan sendirian🤭
Sugiharti Rusli
kasihan Afi diteror sana-sini karena pernikahannya sama Arsya
Salim S
😓😓😓😓
Asri
duh, aslinya sih pengen komen julid terhadap prilly, kenapa gak diikhlasin aja?

tapi,,,, kalo kejadian itu terjadi padaku, apa aku juga bisa ikhlas?

ih, emang gampang banget ya jadi tukang maido 😂😂😂
Sugiharti Rusli
waduh berat yah tawaran bu Prilly, kira" Afi akan memilih ga yah dia🤔🤔🤔
N I A 🌺🌻🌹
kayaknya afi bakalan terima tawaran prily nih
Dia Amalia
emak gk nyambung kau emang bukan tau ikhlas kn yg lalu😔😔😔
Salim S
apakah afi akan menerima tawaran itu?kasihan arsya dia mencintai istrinya tapai emaknya membenci istrinya...kesalahan orang tua di limpahkan semua ke anaknya padahal anaknya tidak tahu apa2.kalau arsya tahu kalau ayah afi sengaja menabrakkan diri demi agar afi menikah dengaany apakah arsya akan tetap menerumanya....entah lah mumet jadinya mana di gantubg terus kaya jemuran....
Jossy Jeanette
lanjut kak thor...sptnya bu prilly ada dendam dan sakit hati ke kelg afi
sryharty
si Prilly bener2 gaje,,
amit2 wooy Adam juga ga Sudi sama kamu prill
Adam udah bahagia sama Dinda
ya Allah aku ko kasihan banget sama Zidan yah
pasti sakit banget mendengar kenyataan ini
Arsya yang sabar ya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!