NovelToon NovelToon
Sumpah Raja Duri

Sumpah Raja Duri

Status: tamat
Genre:Fantasi Isekai / Mengubah sejarah / Fantasi Wanita / Peramal / Cinta Istana/Kuno / Tamat
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: tanty rahayu bahari

Elara, seorang ahli herbal desa dengan sihir kehidupan yang sederhana, tidak pernah menyangka takdirnya akan berakhir di Shadowfall—kerajaan kelabu yang dipimpin oleh raja monster. Sebagai "upeti" terakhir, Elara memiliki satu tugas mustahil: menyembuhkan Raja Kaelen dalam waktu satu bulan, atau mati di tangan sang raja sendiri.
​Kaelen bukan sekadar raja yang dingin; ia adalah tawanan dari kutukan yang perlahan mengubah tubuhnya menjadi batu obsidian dan duri mematikan. Ia telah menutup hatinya, yakin bahwa sentuhannya hanya membawa kematian. Namun, kehadiran Elara yang keras kepala dan penuh cahaya mulai meretakkan dinding pertahanan Kaelen, mengungkap sisi heroik di balik wujud monsternya.


Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon tanty rahayu bahari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 3: Pelarian Melintasi Samudra

​Pelabuhan rahasia Shadowfall terletak jauh di bawah tebing karang, sebuah gua raksasa yang hanya diketahui oleh garis keturunan Raja dan segelintir loyalis. Di sana, sebuah kapal layar hitam dengan lunas berlapis perak bernama The Obsidian Rose bersandar tenang, menunggu nakhoda yang tengah sekarat.

​"Cepat! Letakkan dia di kabin utama!" perintah Elara.

​Brann dan Brom menggotong tubuh Kaelen dengan hati-hati. Sang Raja tampak seperti patung yang retak; kulitnya yang normal beradu dengan sisik-sisik obsidian yang mencoba menutup kembali luka bakar akibat sihir cahaya Luxia. Uap hitam masih mengepul dari dadanya, dan setiap kali Elara mencoba mendekat, denyut energi di tubuh Kaelen memukul mundur sihir kehidupannya.

​"Vorian, bagaimana situasi di atas?" Elara menoleh ke arah tangga gua.

​Vorian muncul dengan baju zirah yang hangus sebagian. "Pasukan Luxia mulai mendarat di alun-alun. Mereka tidak membantai rakyat, tapi mereka 'menyaring' setiap orang, mencari jejak sihirmu, Nona. Kita hanya punya waktu beberapa menit sebelum armada udara mereka menyadari ada getaran sihir di bawah tebing ini."

​"Angkat sauh!" Elara berseru. "Kita berangkat sekarang!"

​Kapal itu meluncur keluar dari gua, membelah ombak Samudra Kabut yang ganas. Di belakang mereka, kastil Shadowfall yang megah mulai terlihat mengecil, namun pemandangan di atasnya sangat mengerikan: selusin kapal terbang emas Luxia melayang seperti burung pemangsa, menyinari seluruh kota dengan cahaya suci yang menyakitkan mata.

​Tengah malam, di tengah samudra yang gelap, badai mulai datang. Namun, badai ini tidak alami. Langit di atas The Obsidian Rose mulai bersinar keemasan meskipun tidak ada bulan.

​"Mereka mengejar kita," bisik Brom, menunjuk ke langit.

​Tiga kapal terbang Luxia muncul dari balik awan, menyorotkan cahaya lampu raksasa ke permukaan laut.

​"Vorian, ambil kemudi! Brann, Brom, siapkan meriam harpun!" Elara berlari menuju kabin utama. Ia harus membangunkan Kaelen. Hanya kekuatan Void Kaelen yang bisa menyamarkan keberadaan kapal ini dari sensor cahaya para Inkuisitor.

​Di dalam kabin, suhu udara sangat rendah. Elara menemukan Kaelen sedang menggigil hebat. Tangan kanannya mencengkeram sprei hingga robek, dan matanya terbuka, namun hanya memperlihatkan warna ungu yang kosong.

​"Kaelen! Aku butuh bantuanmu!" Elara mengguncang bahunya, mengabaikan sengatan energi yang menusuk telapak tangannya.

​"E-Elara..." suara Kaelen parau, seperti bisikan hantu. "Pergi... cahaya itu... mereka akan menemukanku..."

​"Mereka sudah di sini! Jika kau tidak menyembunyikan kita sekarang, mereka akan membakar kapal ini!"

​Tiba-tiba, sebuah ledakan cahaya menghantam air tepat di samping kapal, membuat The Obsidian Rose miring hampir empat puluh lima derajat. Suara terompet emas bergema dari langit—sebuah panggilan untuk menyerah.

​Kaelen memaksakan dirinya duduk. Dengan raungan penuh rasa sakit, ia memukulkan tangan obsidiannya ke lantai kayu kabin.

​"Shadow Veil!"

​Energi gelap meledak dari tubuh Kaelen, merambat melalui tiang kapal dan layar, hingga menutupi seluruh kapal dalam gelembung hitam pekat yang menyerap cahaya. Seketika, kapal itu menghilang dari pandangan mata dan sensor sihir Luxia.

​Kapal-kapal terbang di atas tampak bingung, berputar-putar di lokasi yang sama namun tidak bisa menemukan sasaran mereka.

​Namun, harganya mahal. Kaelen muntah darah hitam dan jatuh tersungkur di pelukan Elara.

​"Jangan... biarkan aku... tertidur," bisik Kaelen, jemarinya yang dingin menyentuh pipi Elara. "Jika aku tertidur... kegelapan ini akan... mengonsumsimu."

​"Jangan bicara begitu," Elara memeluknya, air mata menetes dan seketika menguap saat menyentuh kulit Kaelen yang panas. "Kita menuju Ansel. Kita akan mencari cara untuk menyatukan kekuatan ini."

​"Ansel?" Kaelen tersenyum pahit. "Tempat di mana para dewa mati? Kau sungguh... wanita yang ambisius, Nona Ahli Herbal."

​Tiba-tiba, kapal terguncang lagi. Bukan oleh serangan, melainkan oleh pusaran air raksasa yang muncul di depan mereka. Kabut di sekeliling mereka menipis, memperlihatkan sebuah gerbang karang raksasa yang menyerupai mulut monster.

​"Itu dia," Vorian berteriak dari geladak. "Batas Samudra Kabut! Di balik itu adalah wilayah yang tidak terpetakan!"

​"Masuk ke dalam!" perintah Elara.

​The Obsidian Rose terjun ke dalam pusaran air, melesat melewati gerbang karang. Suara bising dunia menghilang, digantikan oleh kesunyian yang mencekam.

​Saat mereka keluar dari sisi lain gerbang, pemandangan di hadapan mereka membuat semua orang ternganga.

​Langit di sana tidak berwarna biru maupun hitam, melainkan berwarna senja abadi dengan dua matahari kecil—satu emas, satu ungu—yang saling berputar. Di tengah laut yang tenang, sebuah pulau melayang tinggi di angkasa, dihubungkan ke laut oleh air terjun yang mengalir ke atas.

​Ansel.

​"Kita sampai," bisik Elara.

​Namun, kegembiraannya terhenti saat ia merasakan tubuh Kaelen menjadi sangat berat. Kristal obsidian di tubuh Kaelen mulai tumbuh dengan kecepatan abnormal, dipicu oleh energi di tempat ini.

​Jika Elara tidak segera menemukan cara untuk menyeimbangkannya, Kaelen tidak akan bangun sebagai Raja, melainkan sebagai Avatar kehancuran yang akan menghabisi seluruh isi pulau itu.

...****************...

...Bersambung.......

...Terima kasih telah membaca📖...

...Jangan lupa bantu like komen dan share❣️...

...****************...

1
Alona Luna
wahhh akhirnya happy ending ☺️
Alona Luna: wahhhh ok. baik
total 2 replies
Alona Luna
semangat next kak☺️
Alona Luna: sama-sama kak.☺️
total 2 replies
Alona Luna
next kak.. makin seru ceritanya
Ara putri
semangat kak, jgn lupa mampir juga keceritaku PENJELAJAH WAKTU HIDUP DIZAMAN AJAIB
tanty rahayu: semangat juga ya ka.... wah kayanya seru tuh 😍nanti aku mampir baca ya
total 1 replies
Alona Luna
ceritanya bagus kak. next
Alona Luna: aku tunggu kak☺️
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!