Kekasih Ku, Suami Adikku

saat ini, Liana sudah rapi dengan pakaian casual yang membalut tubuhnya. Gadis itu akan pergi ke taman menemui kekasihnya. sungguh, Liana benar-benar bahagia saat ini.

"selamat pagi, ayah, Bu .."

Kedua orang tua Liana pun tersenyum melihat wajah putri bungsunya yang terlihat ceria pagi ini.

"mau kemana sayang? Ini bahkan masih pagi, tapi kau sudah rapi. Tidak biasanya weekend seperti ini kau bangun pagi." ucap Dewi.

"Lian ingin bertemu Vero Bu, Lian akan mengatakan jika ayah merestui hubungan kami."

Ditto yang melihat pancaran bahagia dari wajah putrinya pun hanya bisa ikut tersenyum.

"makan dulu Lian, ibumu sudah menyiapkan sarapan untuk kita."

Liana mengangguk, dia berjalan ke arah meja makan dan bergabung bersama ayah dan ibunya.

Dewi memperhatikan wajah putrinya. Dan tampaknya, wajah Lian sedikit pucat.

"Lian, apa kau baik-baik saja?" tanya Dewi.

Ditto yang tengah menyuapkan makanan pun menoleh ke arah Lian, dia menatap wajah putrinya dan dia baru sadar jika wajah Liana sedikit pucat.

"aku baik-baik saja ibu. memang nya kenapa?"

"tidak apa-apa. Wajahmu terlihat pucat Lian."

"ahh Lian mungkin masuk angin Bu, tadi Lian juga muntah."

"ahh astaga .. Jangan banyak begadang jika begitu, kau harus istirahat yang cukup."

"dengarkan apa yang ibumu katakan Lian."

"iya ayah, Lian tidak akan begadang lagi."

Ditto dan Dewi mengangguk, mereka kembali melanjutkan sarapan paginya, hingga makanan yang ada di atas piring masing-masing pun tandas.

"ayah, ibu, Lian pamit ya?"

"iya, hati-hati."

Liana mengangguk, dia segera pergi dari kediamannya dan berjalan ke arah taman yang tidak jauh dari tempat tinggalnya saat ini.

Hanya membutuhkan waktu 15 menit berjalan kaki untuk Lian sampai di tempat tersebut. Karena saat ini, Lian sudah duduk di sebuah bangku kosong yang ada di taman tersebut.

"aku sudah mengirim pesan pada Vero jika aku memajukan jam pertemuan kami. Aku sudah tidak sabar untuk bertemu dengannya dan mengatakan apa yang ayah katakan padaku." gumam Liana.

senyum Liana semakin mengembang saat melihat sebuah sepeda motor yang teramat dia kenal berhenti tepat dia area parkir taman tersebut.

"itu Vero .."

Liana segera berjalan menghampiri Vero dengan tangan yang langsung melingkar di lengan pemuda tersebut.

"aku kira kau tidak akan datang tepat waktu ver."

"mana mungkin? Aku penasaran dengan apa yang akan kau katakan."

"baiklah, ayo duduk."

Vero mengangguk, dia mengikuti langkah Liana dan duduk di bangku taman tersebut.

"Vero, ayah ku berbicara jika dia tidak akan menikahkan ku dengan kak Raffa."

"wah benarkah? Bagus jika begitu."

Liana cemberut melihat reaksi Vero yang biasa saja. Kenapa pria itu terlihat tidak bersemangat?

"ver, apa kau tidak senang? kenapa kau tidak bersemangat?"

"aku senang. Memangnya, aku harus berekspresi seperti apa?"

Liana terdiam, sikap Vero tidak seperti biasanya. Tapi beberapa saat kemudian Liana menggeleng. Mungkin Vero sedang tidak mood pagi ini.

"apa hanya itu yang akan kau sampaikan padaku Lian?"

"sebenarnya tidak. Bukan hanya itu yang akan aku sampaikan padamu."

"lalu? Apa lagi?"

"mmm ayah memang menyetujui keinginanku untuk tidak jadi menikah dengan kak Raffa. Tapi, aku meminta ayah merestui hubungan kita dan meminta restu untuk kita menikah."

Vero terkejut bukan main saat mendengar serentetan kalimat yang berasal dari bibir Liana.

"Lian, katakan padaku jika kau bergurau kan?"

"apa? untuk apa aku bergurau Vero?"

"tidak, tidak .. Kita masih sekolah, masa depan kita masih panjang. Aku tidak mau menikah di usia ku yang bahkan masih muda seperti ini."

"apa? Ver, bukankah kau mencintaiku? kenapa kau tidak mau menikah denganku?"

"aku memang mencintaimu Liana. Hanya saja, jika untuk menikah? Aku tidak mau, aku belum siap."

Liana terdiam, dia tidak mengira jika Vero enggan menikah dengannya. Liana bahkan berangan jika Vero menyetujui apa yang dia katakan pada ayahnya.

"ver, lalu bagaimana? Ayah ku bahkan setuju untuk kita segera menikah."

"aku tidak mau menikah Liana!! Dan bagaimana bisa untuk hal sebesar ini kau tidak bertanya terlebih dahulu padaku?"

"aku kira kau akan setuju ver. Bukankah kita saling mencintai? Dan aku pikir kau tidak akan keberatan jika kita menikah."

"tidak keberatan? Bagaimana kau bisa berasumsi seperti itu? Aku keberatan Liana!! Kita masih sekolah, dan aku tidak ingin menikah dengan mu." ucap Vero dengan nada bicara yang sedikit meninggi.

deg ..

Hati Liana berdenyut nyeri ketika mendengar kalimat terakhir yang di ucapkan Vero.

"ver, apa maksud mu? kenapa kau tidak ingin menikah dengan ku?"

Vero menggeleng, dia tersenyum remeh ke arah Liana dan menatapnya nyalang.

"Lian, apa selama ini kau mengira jika aku benar-benar mencintaimu?"

Liana lagi-lagi terkejut. Apa maksud dari perkataan Vero?

"ver apa maksud mu?"

"Lian ...Lian .. Sepertinya, aku sudah harus mengakhiri hubungan kita sebelum kau berharap lebih jauh padaku. Dan kau tahu ? Selama ini aku hanya penasaran padamu. Dan lagi, pria mana yang ingin menikah dengan gadis seperti mu? Gadis liar yang pergaulannya di luar batas. Meski aku sama nakalnya denganmu. tapi, aku hanya akan memilih wanita baik-baik yang akan aku jadikan istri. Bukan gadis nakal seperti mu."

Entah kenapa air mata jatuh mengalir begitu saja membasahi pipi Lian. setiap kata yang terucap dari bibir Vero, terasa menusuk hatinya.

"ver, aku tidak mengira jika kau akan berucap seperti ini. Apa yang salah dengan Ku ver?"

"bercermin lah Liana. apa di rumah mu tidak memiliki cermin? Kau sudah tidak gadis lagi, dan aku tidak mau menikah dengan wanita yang bahkan pernah di tiduri pria lain sebelumnya. Dan hubungan kita berakhir sampai disini. jangan pernah mencari ku lagi, dan saat di sekolah, jangan pernah menegurku."

Vero meninggalkan Liana begitu saja, pria itu bahkan enggan menatap gadis yang saat ini tengah menangis meratapi nasibnya.

"ver, kenapa kau jahat? Kenapa kau baru mengatakan hal itu sekarang, setelah kau puas denganku. Kenapa Vero? Hikss .."

Liana menangis memeluk lututnya sendiri. Sungguh, Vero memberinya luka yang begitu mendalam. ucapan vero benar-benar terasa menyayat hati Liana.

"apa yang harus aku katakan pada ayah? Ayah pasti akan memarahiku jika seperti ini. Aku bahkan sudah menaruh harapan besar pada Vero. tapi kenyataannya, semuanya tidak sesuai dengan harapanku. Hikss .."

Liana menangis sendiri di taman tersebut. Dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan saat ini. Apa yang dia angankan hancur begitu saja.

"aku harus bagaimana? Aku tidak mau menikah dengan kak Raffa. Ayah pasti akan memaksaku lagi untuk menikah dengan kak Raffa jika Vero tidak mau menikah denganku."

Dan tiba-tiba saja, Liana mengurut kembali dahinya. Rasa pusing dan mual kembali terasa saat ini.

"sebaiknya aku harus pulang dan beristirahat. semoga ayah sudah berangkat bekerja hari ini."