Dunia Alam Timur

Setelah Long Fu dan Long Ming melakukan perjalanan selama satu Minggu, mereka pada akhirnya meninggalkan wilayah Bukit Tandus Merak dan kini sampailah keduanya berjalan di tanah datar, jalan yang memiliki hamparan luas padang rumput nan hijau dan juga di penuhi dengan berbagai ternak-ternak milik para warga Desa Merak. Para penduduk desa Merak itu kini terkejut melihat bahwasanya ada dua orang sosok manusia yang mampu melewati wilayah bukit Tandus Merak yang terkenal sangat menyeramkan itu dengan keadaan sehat dan selamat.

Para anak gembala yang berkerja sehari-hari menjaga kawanan ternak berkata :"wah gawat ada siluman yang mampu lewat ke arah desa kita, semuanya awasi dan tetaplah berhati-hati". Perkataan anak kecil yang menjadi mata-mata penduduk merak sekaligus menjaga kawanan ternak jenis domba yang berjumlah seribuan ekor itu kepada 3 orang remaja lainnya. Meskipun berumur 12 tahun dia sangatlah gesit dan tangkas dalam hal berburu serigala buas yang kerap meneror kawanan ternak milik para penduduk desa Merak yang sehari-harinya diawasi dan digembalakan juga oleh anak kecil itu.

Berkat keahlian anak itu yang mahir dalam memainkan pisau-pisau kecil dan juga mampu memakai busur panah itu sudah diakui oleh para tetua Desa Merak. Anak kecil itu memiliki nama Tang, karena ibunya bernama Tang Wei, sedangkan ayahnya tidak pernah diketahui siapapun namanya, hal ini terjadi karena ayah Tang ternyata dulunya adalah kepala yang memimpin para rampok yang dulu pernah mendatangi dan juga merampok para penduduk dalam wilayah desa Merak, kemudian kepala rampok ini saat itu juga memaksa ibu Tang, yang bernama Tang Wei itu untuk tunduk dan mau menjadi istri kepala perampok itu. Pada saat itu Tang Wei yang terkenal cantik dan sangat cerdik itu pun rela berkorban untuk kepentingan dan keselamatan para penduduk desa dari kawanan rampok yang terkenal ganas itu. Kemudian Tang Wei setelah 4 bulan menjalani kehidupannya menjadi istri kepala rampok itu, Tang Wei pun kemudian bersiasat untuk melakukan pembalasan dendam keluarganya telah meninggal dunia dan yang menjadi korban kelakuan ganas para rampok itu. Tang Wei kemudian dengan diam-diam mulai meracuni kepala rampok yang menjadi suaminya itu, dan anggotanya yang berjumlah 200 orang pada saat kawanan rampok itu melakukan pesta yang diadakan saat pernikahan salah seorang anggota yang bertugas sebagai wakil para rampok itu. Pada saat perjamuan dilakukan dengan sangat hati-hati Tang Wei secara diam-diam mulai memasukkan bubuk putih yang adalah racun kalajengking kedalam kendi berisikan minuman anggur yang kemudian disajikan kepada para tamu undangan saat perjamuan pernikahan wakil rampok itu terjadi. Suami Tang Wei yang menjabat sebagai kepala perampok itu juga ikut menikmati minuman yang telah disajikan, dan kepala perampok itu mabuk-mabukan, dan kemudian saat kepala rampok itu tertidur lelap maka Tang Wei dengan sikap gagah dan layaknya Ksatria Wanita itu mulai membacokkan Parang ke arah tubuh kepala rampok itu, Setelah kepala rampok itu mati kemudian Tang Wei dengan cepat menebas kepalanya dengan memakai pedang kecil yang sudah dari awal dipersiapkannya. Pada waktu itu dalam keadaan keracunan dan pengaruh arak 200 perampok itupun tewas seketika.

Kejadian ini masih membekas dan selalu di ingat oleh para penduduk desa Merak yang berjumlah 1500 orang. setelah melahirkan bayi yang diberi nama Tang, maka Tang Wei dengan gagah perkasa meminum racun tersisa, dan sebelum wanita itu tewas dia menitipkan anaknya yang baru lahir itu untuk diasuh oleh pemimpin desa yang baru dilantik yang bernama Tang Bao yang adalah merupakan adik kandung Tang Wei.

Kisah sejarah kelam dan tragis ini diingat oleh para tetua dan pemimpin desa merak dan rahasia kelam itu tetap dijaga oleh mereka tanpa memberitahu kepada anak kecil yang bernama Tang itu. Mereka menganggap Tang adalah pewaris darah pahlawan Tang Wei wanita perkasa yang dihormati oleh para penduduk desa Merak.

Tak ada satupun penduduk desa yang berani menyakiti hati anak itu, meskipun tidak memiliki ayah dan ibu lagi Tang dijaga oleh para tetua desa merak untuk membalas hutang Budi Tang Wei ibunya.

Pernah suatu ketika saat berumur 6 tahun Tang dipukuli oleh para warga pendatang bermarga Chu yang berjumlah 40 orang.

Anak-anak keluarga pendatang Chu yang berumur 5 tahun bernama Chu Ki berkelahi dengan Tang. Saat berduel Tang menang melawan Chu Ki. Chu Ki yang kalah mengadu kepada ayahnya Chu Lang. Chu Lang pun menyelidiki latar belakang Tang yang ternyata sebatang kara tak memiliki ayah dan ibu.

Chu Lang memerintahkan para remaja dan pria dewasa yang merupakan anggota dari keluarga Chu untuk bertindak melakukan penangkapan kepada Tang yang saat itu sedang sibuk menjaga kawanan ternak. Dengan cepat para pemuda yang merupakan anggota keluarga Chu itu membawa kantong penutup dan menutupi wajah Tang yang pada waktu itu tengah lelap tertidur di atas hamparan tanah berpadang-rumput. Bocah kecil itu pun meronta dan selanjutnya berteriak dengan cara menjerit-jerit, dan tak ada satupun warga yang menyelamatkannya. Tetapi meski demikian Tang Bao sudah memerintahkan 3 orang penjaga rahasia yang bertugas menjadi mata-mata dan melakukan penjagaan terhadap Tang dari jarak jauh.

Tang Bao yang kasihan kepada ponakannya yang bernama Tang itu terkejut sesaat setelah dia mendengar laporan dari 3 orang penjaga rahasia tersebut. Tang Bao selaku pemimpin desa secepatnya bergerak dan memanggil para penatua desa merak untuk berunding akan hal tersebut. Kemudian pada akhirnya setelah berunding maka ada keputusan yang diambil oleh para penatua desa Merak yaitu mereka akan melakukan penyelamatan nyawa Tang dan selanjutnya akan menindak ulah brutalyang dilakukan oleh para anggota keluarga Chu.

Saat itu Tang berkali-kali telah dipukuli oleh Chu Ki, Chu Ki secara bersama-sama dengan anak-anak anggota keluarga Chu lainnya mulai melakukan peyiksaan terhadap Tang. Dengan tabah dan berderai air mata, Tang mampu menahan rasa sakit dari siksaan yang dilakukan anak-anak yang merupakan anggota keluarga Chu. Saking menderitanya bocah 6 tahun itu pingsan dan para pemuda anggota keluarga Chu kemudian melemparkan tubuh anak yang tak sadarkan diri itu di luar kediaman keluarga Chu.