Kisah gadis bernama Li Mei adalah putri raja dari Zheng-mi goo yang dikutuk memiliki umur panjang karena dituduh membakar istana selir ayahnya, dia melintasi waktu dari kejaran pengawal istana yang ingin menangkapnya sehingga Li Mei mengalami amnesia karena kecelakaan yang tak terduga. Dan bertemu Shaiming yang menjadi tunangannya.
Mampukah Shaiming membantu Li Mei mengingat semuanya, akankah ingatan Li Mei kembali ? Dan apakah mereka akan bersama dan bahagia ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reny Rizky Aryati, SE., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 8 BERPUTARNYA JAM SAKU
Shaiming berpindah tempat ke tempat lain melalui dimensi pada jam saku miliknya.
Bersama Leyu, mereka menuju ke suatu tempat dimana sinyal jam saku mendeteksi kehadiran Niu, sang utusan Zheng-mi goo.
DRRRT !?
Mereka berdua tiba di atas puncak gedung tertinggi di salah satu bangunan yang ada di Beijing.
"Apa kau mendeteksi Niu ada disekitar sini ?", tanya Leyu.
"Mungkin saja karena jam saku milikku berdetak sebanyak lima kali dengan ditandai sinyal berbahaya'', sahut Shaiming.
"Jika Niu ada disini maka muara pencarian sang utusan akan bertemu di titik pusat Kota Beijing", kata Leyu.
"Yang aku takutkan dia dengan mudah menemukan keberadaan Li Mei di opera kita", ucap Shaiming.
"Lantas ? Apa yang akan kamu lakukan sekarang ?", tanya Leyu.
Leyu menoleh ke arah bawah gedung yang tinggi sembari berdecak keras.
"Ck ! Jika dia melompat dari atas sini maka sewajarnya akan menemukan kita tapi sayangnya dia tidak mengetahui kehadiran kita di Kota ini", kata Leyu.
"Semoga saja dia masih terbuai dalam kesenangan dunia malam", sahut Shaiming.
Bar tempat Niu singgah malam tadi mulai terlihat sepi pengunjung.
Lampu-lampu disko serta para penjaga bar juga tidak hadir di sana, sepi sekali bar saat ini.
Bar dapat dilihat dengan jelas dari arah gedung bertingkat dimana Shaiming dan Leyu berada di atas.
Sorot mata Shaiming memancar sinar tajam ketika dia menatap ke arah bar.
"Rupanya dia sedang mabuk", ucap Leyu.
"Mungkin...", sahut Shaiming.
"Apa kita perlu memberinya sedikit wejangan khusus pada Niu ?", kata Leyu.
"Tidak perlu, kita lihat apa dia akan keluar dari sana atau tidak", ucap Shaiming.
"Menunggunya di atas gedung dengan terik matahari yang menyengat pagi ini !? Kau tidak ingin membuat kulitku melepuh, bukan !?", kata Leyu.
"Pakai saja tabir surya yang ada di zaman modern ini", sahut Shaiming santai.
"Apa kamu punya dan memakainya !?", kata Leyu.
"Yah, pakai saja tabir surya ini ! Aku meraciknya sendiri karena milikku habis dan toko tidak menyediakannya", sahut Shaiming.
"Ya, ampun... !?", ucap Leyu.
Leyu segera meraih tabung kecil berisi tabir surya dari tangan Shaiming lalu memperhatikannya penuh teliti.
"Jika kau menyuruh ku menjual produk tabir surya ini maka aku akan dengan senang hati akan menjualnya", kata Leyu.
"Benarkah !?", sahut Sahiming.
"Daripada aku membuat kostum opera dan menjualnya, aku rasa itu lebih sulit ketimbang menjual produk tabir surya", kata Leyu.
"Sayangnya, tabir surya milikku tidak kujual dipasaran secara umum", sahut Shaiming.
"Ck ! Jual lah ! Maka aku akan menawarkannya ke semua orang untuk aku jual, Shaiming", ucap Leyu.
"Kita kemari bukan untuk membicarakan tentang produk tabir surya tetapi yang kita tuju adalah Niu", sahut Shaiming.
"Sekali dayung tiga pulau terlampaui, bukankah ada pepatah yang mengatakan seperti itu !? Darimana ya asalnya !?", kata Leyu.
"Jangan ngelantur, Leyu !", sahut Shaiming.
Shaiming terus memperhatikan keadaan di bawah sana.
Tampak seorang wanita keluar dari dalam bar dengan wajah merah padam serta langkah sempoyongan.
Penampilannya terlihat acak-acakan serta gaunnya robek tak beraturan.
"Lihat ! Ada seorang wanita baru keluar dari dalam bar !", kata Shaiming.
"Apa kita langsung memburunya ?", tanya Leyu.
"Jangan dulu ! Kita tunggu saja beberapa menit lagi ! Apa ada perkembangan selanjutnya", sahut Shaiming.
"Maksudmu ? Kita akan menunggu Niu keluar dari bar ?", kata Leyu.
"Benar !", sahut Shaiming seraya mengangguk cepat.
"Jika dia tidak keluar dari dalam bar, maka kita kejar wanita itu atau kita masuk ke bar di sana", kata Leyu.
"Kita berpencar, Leyu !", sahut Shaiming.
"Berpencar !?", tanya Leyu.
Shaiming menjawab dengan anggukkan kepala pelan lalu mereka berdua saling berpandangan satu sama lainnya.
"Kita pergi sekarang ?", kata Leyu.
"Baik, kita berpencar sekarang", sahut Shaiming.
"Siapa yang mengejar wanita itu ? Aku atau kamu ?", kata Leyu.
"Terserah pada mu saja, Leyu", sahut Shaiming.
"Kalau begitu aku akan mengejar Niu, dan kau sebaiknya selidiki saja wanita bar itu !", kata Leyu.
''Baiklah, aku yang akan mengikuti wanita bar itu. Dan berhati-hatilah !", sahut Shaiming.
"Ya... Ya... Ya... !", kata Leyu.
Leyu membuka payung miliknya sembari tersenyum lebar ke arah Shaiming dengan melambaikan tangannya.
Tak lama kemudian Leyu melompat turun dari atas gedung menuju ke arah bar yang ada di bawah sana.
SRET... !
Tubuh Leyu terlihat melayang-layang di udara saat terjun turun ke arah bawah.
"Hai, Shaiming ! Di atas sini benar-benar sangat menakjubkan, kau bisa melihat seluruh pemandangan di mana saja dari arah kau terbang landai, Shaiming !", kata Leyu.
Leyu menoleh ke arah Shaiming dari balik payungnya saat dia terjun bebas, turun ke arah bawah.
"Ya...", gumam pelan Shaiming.
Giliran Shaiming yang pergi sekarang dari atas gedung untuk mengejar wanita bar yang baru saja keluar dari dalam sana.
Shaiming menggunakan jam saku miliknya untuk berteleportasi.
Diketuknya jam saku di tangannya sebanyak tiga kali ketukan kemudian tubuh Shaiming telah berpindah tempat ke arah wanita bar yang sedang berjalan.
Dalam sekejap mata, Shaiming telah terlihat sedang berjalan mengikuti langkah kaki wanita bar yang ada di depannya.
Tap... Tap... Tap... !
Langkah kecil kaki Shaiming terdengar cepat ketika dia mengikuti wanita bar.
Ekspresi Shaiming sangat serius saat memperhatikan arah di depannya, tergesa-gesa, Shaiming berjalan mengejar wanita bar itu.
Sesekali pandangan Shaiming teralihkan ke arah samping, memastikan bahwa keadaan di sekitarnya benar-benar aman dari siapapun juga.
Tepat di belokan kanan jalan, wanita bar itu menghilang, terburu-buru Shaiming mempercepat langkah kakinya, mengejar wanita bar itu.
Saat dia berhasil mengejar wanita bar, Shaiming melihat wanita itu sedang masuk ke salah satu gedung bertingkat.
Gedung itu mirip dengan apartemen dan Shaiming ikut masuk ke dalam sana.
BLAM !
Suara langkah kaki Shaiming terdengar mengikuti langkah kaki wanita bar yang berjalan ke salah satu Lift menuju lantai atas.
Shaiming mengikutinya dari arah belakang sambil mengamati lantai yang baru saja di tuju oleh wanita bar.
"Dia menuju lantai 5", gumam Shaiming.
Shaiming melirik ke arah jam saku di tangannya lalu mengetuk kembali jam tersebut sebanyak dua kali ketukan jari tangan.
Tuk... ! Tuk... ! Tuk... !
Sekejap saja tubuh Shaiming berpindah tempat menuju ke lantai 5 pada gedung ini.
DRRRT... !
Muncul kembali Shaiming di lantai 5 sedangkan wanita bar itu terus berjalan sepanjang koridor apartemen.
Lima menit kemudian wanita bar masuk ke dalam kamar.
Shaiming berlari kecil menyusul wanita bar lalu berdiri tepat di depan pintu kamar yang ditempati oleh wanita itu.
Kamar nomer 234 !
Shaiming membaca nomer yang tertera pada pintu kamar yang merupakan tempat tinggal wanita bar.
"Rupanya dia tinggal di sini !?", kata Shaiming.
Shaiming menatap ke arah jam saku miliknya kemudian kembali memperhatikan pintu kamar di depannya.
"Sebaiknya aku segera pergi dari sini karena tidak terlihat tanda-tanda tertentu dari wanita bar yang mencurigakan", kata Shaiming.
Tampak Shaiming menghela nafas panjang kemudian memutuskan untuk pergi dari apartemen ini dengan menggunakan kesaktian jam saku miliknya.
Tuk... ! Tuk... ! Tuk... !
Kembali Shaiming mengetuk jam saku miliknya. Dan dalam hitungan detik tubuhnya langsung menghilang, berpindah tempat ke tempat lainnya.
Tidak terlihat lagi kehadiran Shaiming di area apartemen, tempat dimana wanita bar itu tinggal. Target utama Shaiming saat ini adalah mengejar wanita bar yang menjadi buruannya sekarang ini setelah mengetahui tentang keberadaan Niu, sang utusan dari Zheng-mi goo.