(Identitas Tersembunyi) Inarah yang biasa di sapa Nara sudah dari dulu tak mengikuti jejak sang kakak dan sang adik yang masuk pondok pesantren, Nara memilih sekolah di SMA milik sang kakek.
Tak ada yang tau bahwa Nara adalah cucu dari pemilik SMA karena Nara memang tak menyombongkan diri, bahkan Nara yang penampilannya seperti anak pesantren justru menjadi hinaan oleh teman-teman sekolahnya dan jadi korban bullying.
Tapi itu hanya sesaat, ketika Nara sudah lelah berpura-pura menjadi lemah kini taring yang selama ini di sembunyikannya pun keluar juga bahkan membuat para bullying jadi ketakutan.
Ikuti ceritanya Nara?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hafizoh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8
"Iya Pak, kita juga punya kemampuan jangan Nara terus yang maju" sahut Raden
"Iya sudah, saya ganti. Yang ngerjain soal nomor 3 Dinda, soal nomor 4 Raden" kata Pak Irwan
Nara yang tak jadi maju ke depan memilih kembali duduk di bangkunya, Nara tau selama ini guru-guru selalu memintanya untuk maju mengerjakan soal membuat teman-teman satu kelasnya jadi iri.
"Saya ikut usul aja pak, kasih ke Beni aja" kata Raden sembari garuk kepala
"Tapi kamu bilang ada kemampuan, tapi sekarang kok gak mau. Ya sudah, Putri kamu saja yang mengerjakan soal nomor 4"
Dengan gaya angkuhnya Putri maju ke depan, Putri dan Dinda segera mengerjakan soal di papan tulis dengan begitu cepat membuat semua yang ada di dalam kelas bertepuk tangan mengakui kecerdasan mereka.
Bel istirahat kedua berbunyi, Nara dan Erika keluar setelah semua teman kelas mereka juga pada keluar. Nara dan Erika menuju kantin, kantin sudah di penuhi semua murid bahkan tampak tak ada tempat kosong.
Davin yang duduk di paling pojok melambaikan tangan pada Nara, mengajak Nara dan Erika untuk bergabung di meja kantin yang di tempatinya karena tak ada tempat lagi Nara terpaksa setuju.
Di meja bagian tengah Selina mengepalkan tangannya melihat Davin mengajak Nara untuk semeja, padahal tadi Selina dan geng-nya duduk di dekat Davin namun Davin justru mengusir mereka.
"Gue duluan ya, Nara. Teman-teman gue udah nunggu, dah sampai jumpa" kata Davin pergi sembari melambaikan tangan
"Iya, Kak"
Nara yang tak biasa berinteraksi dengan lawan jenis hanya menjawab seadanya, bahkan Nara hanya membalas senyuman pada Davin meski begitu semua mata tetap menatap ke arah Nara.
Selina yang sudah terbakar api cemburu dan iri segera bangkit dari duduknya, lalu Selina mendekati meja yang di duduki Nara dan Erika yang saat ini tengah menikmati makan bakso.
Byur
Segelas es teh menguyur kepala Nara membuat jilbab miliknya basah, sontak Nara terkejut karena di siram tiba-tiba oleh Selina dari belakang bukan hanya Nara semua orang di kantin juga terkejut.
"Pasti Selina marah sama karung goni itu, gara-gara karung goni itu mendekati gebetan Selina"
"Iya, sok kecantikan sih si karung goni padahal cantikan Selina"
"Perang dunia kedua ni
Rentetan perkataan orang di kantin terdengar oleh Nara, Nara yang sebenarnya sudah tak tahan di ganggu terus oleh kakak kelasnya itu masih bersabar dan mengepalkan tangannya untuk memendam amarahnya.
"Gimana rasanya? Enak kan? Makanya jadi perempuan gak usah sok kecantikan, gue peringati jangan dekat-dekat dengan Davin. Davin itu gebetan gue, sekali lagi gue lihat loe deket-deket sama Davin. Gue habisin loe" ucap Selina menekan setiap perkataannya
Erika yang tak bisa berbuat apa-apa hanya diam mematung menatap sahabatnya di bully terus-menerus oleh Selina dan geng-nya, Nara menyeka es teh yang membasahi wajahnya sembari menatap tajam Selina.
"Apa loe? Masih mau cari gara-gara sama gue?" teriak Selina kemudian meraih mangkok bakso yang ada di meja hendak menyiramkan ke Nara
Tapi tiba-tiba Davin datang dan menghalangi kuah bakso itu dengan tubuhnya, kedua tangan Davin merentang. Kedua mata mereka saling bertatapan dan tubuhnya menghalangi kuah bakso itu menghadap ke Nara.
Sofia dan Salwa menutup mulut mereka, tak percaya dengan pemandangan barusan yang menjadi pusat perhatian semua orang yang ada di kantin, Erika pun sama terkejut dengan pemandangan di depan matanya.
"Loe gak apa-apa?" tanya Davin pada Nara
"Seharusnya aku yang tanya kayak gitu dengan Kak Davin, kakak kena kuah bakso. Pasti panas kan"
"Gue baik-baik aja, panasnya paling cuma sebentar" kata Davin sembari tersenyum manis kepada Nara
Selina yang merasa usaha menyiram kuah bakso ke Nara gagal merasa kesal dan menghentakkan kakinya, kemudian Selina menarik tangan Davin yang tengah menghadap ke arah Nara.
"Davin, loe ngapain bantu dia sih" rutuk Selina sembari menunjuk Nara
"Loe yang ngapain? Loe punya masalah apa dengan Nara? Sampe loe mau menyiram Nara pake kuah bakso?" bentak Davin
"Gue gak suka sama dia yang suka cari perhatian sama loe, loe itu cuma harus jadi milik gue gak ada orang lain yang boleh memiliki loe"
"Gue bukan pacar loe, kenapa loe yang ngatur hidup gue? Sampai kapanpun gue gak akan pernah suka sama cewek kayak loe" teriak Davin membuat Selina merah padam
"Ini semua gara-gara loe" tunjuk Selina pada Nara lalu pergi di susul oleh kedua temannya
Waktu seakan terasa sangat singkat bel pulang berbunyi, setelah kejadian siang tadi di kantin Nara dan Erika memilih pulang lebih akhir karena Nara lelah mendengar omongan-omongan orang tentangnya.
Belum jauh melangkah Nara dan Erika mendengar suara Dinda dan Putri tengah membicarakan Nara, bahkan Nara bisa melihat kalau Dinda dan Putri sangat membencinya.
Ingin sekali Nara bertanya alasan mengapa Dinda dan Putri sangat membencinya, padahal selama ini Nara tak pernah mengganggu keduanya karena mereka teman satu kelas dengannya.
"Mau kalian itu apa sih dengan aku? Dari tadi membicarakan aku?" tanya Nara yang sudah lelah menulikan telinganya
"Mau kita loe jangan cari muka" jawab Putri hendak mendorong Nara namun justru Erika yang pasang badan
Sehingga Erika yang terdorong bahkan kening Erika menghantam dinding dan jadi memar, Nara dengan sigap membantu Erika sedangkan Dinda dan Putri justru tertawa seperti tengah mengejek.
"Makanya Er jangan sok jago, badan lembek gitu mau pasang badan segala" ejek Dinda sembari menunjukkan jari jempol lalu di balik ke bawah
Nara tak habis pikir kalau Dinda dan Putri ternyata menyimpan iri padanya, padahal soal kemampuan belajar mereka sama-sama cerdas hanya saja kecantikan natural Nara membuat semua kaum hawa iri.
"Kalian itu terlalu banyak nonton drama apa sih? Jahat banget, padahal Nara tak pernah mengganggu kalian" kata Erika
Nara yang tak mau Erika jadi emosi dengan Dinda dan Putri segera menarik tangan Erika meninggalkan Dinda dan Putri, Nara cukup tau kalau ternyata Dinda dan Putri iri padanya selama ini.
Percuma juga meladeni Dinda dan Putri, karena Dinda dan Putri sudah terlanjur benci dengan Nara seperti Selina dan geng-nya. Namun Nara akan bertekad membalas semua orang yang telah mengganggunya.
"Huuuuuuu, dasar pengecut" teriak Dinda dan Putri
Nara dan Erika duduk di dekat tempat parkir, Nara mengobati luka di kening Erika yang memar gara-gara Erika menolongnya tadi.