NovelToon NovelToon
Sistem Kultivasi Dewa Jahat

Sistem Kultivasi Dewa Jahat

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Reinkarnasi / Sistem / Kelahiran kembali menjadi kuat / Budidaya dan Peningkatan / Toko Interdimensi
Popularitas:4.5k
Nilai: 5
Nama Author: SuciptaYasha

Wang Cheng, raja mafia dunia bawah, mati dikhianati rekannya sendiri. Namun jiwanya bereinkarnasi ke dalam tubuh seorang tuan muda brengsek yang dibenci semua orang.

Tapi di balik reputasi buruk itu, Wang Cheng menemukan kenyataan mengejutkan—pemilik tubuh sebelumnya sebenarnya adalah pria baik hati yang dipaksa menjadi kejam oleh Sistem Dewa Jahat, sebuah sistem misterius yang hanya berkembang lewat kebencian.

Kini, Wang Cheng mengambil alih sistem itu bukan dengan belas kasihan, tapi dengan pengalaman, strategi, dan kekejaman seorang raja mafia. Jika dunia membencinya, maka dia akan menjadi dewa yang layak untuk dibenci.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SuciptaYasha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

23 Kematian Narapidana

Langit kembali cerah. Hening menyelimuti alun-alun kota seolah waktu berhenti sesaat.

Semua mata tertuju pada sosok Wang Cheng yang berdiri angkuh dengan Pedang Langit masih berkilau samar di tangannya.

Para tetua, bangsawan tingkat 2 dan 3, hingga para pengamat yang duduk di tribun, semuanya membeku. Tak ada yang berani bicara. Tak ada yang mampu.

"Satu tebasan..." gumam seorang tetua dengan suara bergetar. "Satu tebasan menghancurkan teknik naga petir Wang Shuren... Seberapa kuat Tuan Muda Kelima sebenarnya?"

Shuezan, yang berdiri tak jauh di belakang Wang Cheng, menatap punggung pemuda itu dengan sedikit kebingungan.

'Sebelumnya dia bilang jika dia kehilangan kekuatannya, apakah itu bohong? Atau dia hanya mempermainkanku?' batinnya. Namun, tidak bisa dipungkiri jika hatinya merasa sangat kagum sekaligus bangga memiliki atasan seperti Wang Cheng.

'Bersamanya, mungkin saja aku bisa membalaskan dendam ibuku...'

> [Peringatan: Energi Qi tersisa: 10/1000. Anda dalam status kritis. Jika energi mencapai 0, maka tubuh anda akan memasuki keadaan koma sementara. Saran: Segera hentikan penggunaan teknik tingkat tinggi.]

Wajah Wang Cheng tetap tenang, namun di dalam hatinya, peringatan sistem bukanlah sesuatu yang dapat diabaikan.

'Tch… hanya satu serangan dan hampir membuatku ambruk..." pikirnya. "Pedang Langit memang kuat, tapi harganya terlalu besar. Jika aku lengah sedikit saja barusan, aku mungkin sudah jatuh di depan semua orang.'

Namun, kelemahan bukanlah sesuatu yang boleh terlihat oleh orang lain. Terutama di depan sekumpulan serigala haus darah seperti ini.

Dengan napas terkontrol dan ekspresi angkuh, Wang Cheng mengangkat Pedang Langit tinggi-tinggi, lalu menurunkannya perlahan hingga bilahnya mengarah ke para penonton.

“Siapa lagi yang ingin menantangku?” suaranya arogan seperti biasa, walaupun dalam hati ia berharap agar tidak ada orang yang cukup bodoh untuk maju.

Detik demi detik berlalu, tak ada yang maju. Bahkan para tetua hanya menunduk, berpura-pura memeriksa kuku atau menyibukkan diri dengan batuk palsu.

Ternyata tidak ada yang cukup bodoh untuk mencoba peruntungan setelah melihat Pedang Raja Langit sendiri.

Wang Cheng menyeringai kecil.

Dengan satu gerakan halus, ia menyimpan pedang ke dalam tubuhnya, mengembalikannya ke ruang penyimpanan sistem seperti tak ada yang terjadi.

"Sadarilah posisi kalian. Kalian itu lemah, jadi jangan banyak bicara.” ucapnya acuh tak acuh.

HAH—AHAHAHAHAHAHAHA!

Tawa keras memecah suasana. Tangan masih terikat, tubuh penuh luka, namun senyum liar tergurat di wajah narapidana bertato salamander itu—Lei Tien.

Pria paruh baya itu menatap Wang Cheng dengan sorot puas.

“Luar biasa… Luar biasa sekali! Tuan Muda Kelima benar-benar seperti rumor yang beredar… bahkan lebih!” serunya sambil tertawa terpingkal-pingkal. “Teknik tingkat Raja, kekuatan gila, dan sikap yang lebih angkuh dari siapa pun… hahaha! Aku menyukainya!”

Wang Cheng menghentikan langkahnya, menoleh pelan, menatapnya dingin seperti mencium bau bangkai.

“Dan apa yang kau inginkan, narapidana?”

Lei Tien menyeringai, sama sekali tak takut meskipun lehernya dalam jarak satu tebasan dari pedang yang Wang Cheng ambil dari si algojo besar tapi penakut itu.

“Sekte Shuilen membutuhkan orang sepertimu. Bergabunglah dengan kami. Aku bisa menjamin, kau akan mendapat posisi tinggi dalam sekejap mata. Tidak seperti tempat busuk ini yang tidak bisa menghargai bakat seseorang…”

Wang Jianlong yang melihat itu tampak gelisah. 'Ini gawat... Jika Cheng'er sampai berada di pihak musuh, maka itu akan sangat merugikan keluarga Wang. Terutama mengingat dia memiliki artefak tingkat raja itu,' pikirnya.

Wang Cheng mengangkat satu alis, mendekat dengan langkah santai namun berat. Setiap langkahnya memancarkan dominasi yang menekan dada.

“Selesai bicara?”

Lei Tien terdiam. Senyum di wajahnya perlahan menghilang.

“Hah?”

“Kataku, apakah kau sudah selesai bicara?” ulang Wang Cheng, suaranya semakin dingin.

“Kenapa—kenapa begitu? Bukankah kita berada di kapal yang sama?” Lei Tien mencoba tersenyum, berusaha mencairkan suasana.

“Hah? Apa yang kau katakan? Aku mabuk laut, kau tahu?”

Tanpa memberi waktu Lei Tien untuk merespons, Wang Cheng menarik pedang algojo dari sisi panggung.

SREEKK!

Kilau dingin menyilaukan mata. Lalu—

SLAASH!

Suara kepala terputus menggema nyaring di udara. Darah menyembur dari leher Lei Tien seperti air mancur, tubuhnya terjatuh dengan bunyi thud yang sunyi.

[Sutra Pemangsa Jiwa Aktif: Menyerap 500 Poin Jiwa dari kematian Lei Tien]

[Anda telah menembus ranah Tempering Qi tingkat 1. Seluruh statistik naik sebanyak 10 poin.]

Ranah: Tempering Qi tingkat 1 (400/1000)

Hening kembali merajai suasana.

Semua orang yang hadir menahan napas saat kepala Lei Tien jatuh menggelinding ke bawah panggung. Tidak ada yang menyangka—tidak ada yang bisa membayangkan—bahwa Wang Cheng akan bertindak sejauh itu.

Darah segar masih menetes dari bilah pedang algojo yang kini berada di genggaman Wang Cheng. Wajahnya tak menunjukkan rasa puas, marah, ataupun ragu. Datar. Dingin. Bagaikan seorang hakim yang baru saja menjalankan tugasnya.

Dua narapidana yang tersisa, Guan Po dan Hu Bao, sontak berdiri dari posisi duduk mereka. Mata keduanya membelalak, wajah memerah karena emosi yang membuncah.

“APA YANG KAU LAKUKAN, BAJINGAN!!” teriak Guan Po, matanya penuh amarah.

“Kau telah membunuh senior Tien! Dia percaya padamu, dan kau—KAU MENGKHIANATINYA!!” Hu Bao menambahkan, napasnya memburu karena emosi.

Wang Cheng menoleh lambat. Tatapannya tak berubah. Dingin dan mematikan.

"Memihak? Kalian salah paham," katanya pelan, namun suaranya jelas menggema ke seluruh penjuru alun-alun.

"Aku hanya membiarkan anjing menggonggong lebih lama… sebelum dipotong lidahnya."

Tanpa peringatan, Wang Cheng kembali menebaskan pedangnya.

SREEK!

SLAASH!

SLAASH!

Dua suara terpisah hampir bersamaan. Darah memancar di udara.

Tubuh Guan Po ambruk dengan dada tertembus, sementara kepala Hu Bao terlempar ke udara sebelum jatuh ke tanah dalam gerakan lambat, seolah dunia mencoba memahami apa yang baru saja terjadi.

Mereka berdua tidak bisa melawan dikarenakan rantai spiritual yang menyegel kekuatan mereka.

[Sutra Pemangsa Jiwa Aktif: Menyerap 400 Poin Jiwa dari kematian Guan Po]

[Sutra Pemangsa Jiwa Aktif: Menyerap 400 Poin Jiwa dari kematian Hu Bao]

[Anda telah menembus ranah Tempering Qi tingkat 2. Seluruh statistik naik sebanyak 10 poin.]

Ranah: Tempering Qi tingkat 2 (200/1000)

Wang Cheng berdiri di tengah genangan darah yang belum sempat meresap ke tanah. Matanya menyapu kerumunan.

Masih tak ada yang bicara. Keheningan itu begitu pekat hingga suara sayap burung pun akan terdengar seperti guntur.

Lalu, dengan gerakan ringan seolah baru saja membersihkan debu dari mantel, Wang Cheng menyerahkan pedang algojo kembali pada pemilik aslinya—si penjaga gemuk yang bahkan tak sanggup menyentuh gagang pedangnya sendiri tanpa gemetaran.

“Terima kasih. Pedangmu tajam.”

Penjaga itu hanya mengangguk kaku, tak mampu berkata apa-apa.

Bisik-bisik pun mulai menjalar di antara kerumunan:

“Apa maksudnya semua ini…?”

“Kenapa Tuan Muda Kelima membunuh mereka?”

“Bukankah sebelumnya dia memihak mereka?”

“Gila... Tuan Muda Kelima benar-benar tak bisa diprediksi…”

Tidak ada yang bisa mengerti maksud dibalik tindakan Wang Cheng. Awalnya dia datang dan seolah memihak para narapidana dan memprovokasi semua orang, namun kini ia malah membunuh para narapidana yang dibelanya tadi.

Apa maksud dari tindakannya itu? Tidak ada yang tahu kecuali Wang Cheng sendiri.

1
Arman Jaya
lanjjjuuuuttttt
sangtaipan
uwayoooo keren lah sangattt
sangtaipan
ditunggu chapter selanjutnya sobat🔥
sangtaipan
mantap thor, tetap semangat
sangtaipan
keren parah sih
Baby Bear
bagus
Baby Bear
lanjut ka semangat 💪💪💪💪💪
sangtaipan
bagusss bangettt
sangtaipan
keren parahhh
Andi Liu
bagus
Andi Liu
lanjutkan
sangtaipan
hahaha sadiss membunuh jiwa dan raga tanpa menyentuh
Hr⁰ⁿ
Thor mantap alur ceritanya,dan kalo bisa MC di percepat jadi kuat biar nambah seru,
sering sering update Thor
M.ARK: kalau kakaknya berkenan, mampir juga kak ke ceritaku ya kak. terima kasih kak🙏
Hr⁰ⁿ: udh gw ksih kopi Thor,smngt update
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!