S 2
"Aku Punya Papa." Tiga kata yang selalu diucapkan Farzan bocah berusia 6 tahun itu, ketika teman-teman seusianya mengolok dirinya tidak punya papa.
Ibu mana yang tidak sakit hati melihat putranya yang selalu diolok, namun Zana hanya bisa diam karena dia tidak bisa menunjukkan siapa ayah dari anaknya.
Hingga ketika Farzan dinyatakan mengidap Pneumonia, penyakit yang bisa mengancam nyawanya, membuat dunia Zana seakan runtuh. Berbagai cara sudah ia lakukan untuk pengobatan putranya, namun hasilnya selalu nihil bahkan semua yang ia punya telah habis terjual. Dan pada akhirnya, dengan terpaksa Zana kembali ke kota kelahirannya untuk mencari sosok ayah biologis putranya, yaitu laki-laki yang telah menghancurkan masa depannya 7 tahun lalu, dengan harapan laki-laki itu bisa menolong putranya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon syitahfadilah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 8. TANTE ONDEL-ONDEL
Pagi pukul tujuh Keyla sudah bersiap-siap berangkat ke rumah sakit untuk melihat hasil tes DNA Farhan dan bocah laki-laki yang bernama Farzan itu. Senyum manis menghiasi wajahnya sambil melangkah keluar dari kamar, ia sudah tidak sabar segera sampai ke rumah sakit untuk melihat bagaimana Farhan akan mengusir wanita itu dan putranya.
"Maaf Farhan, kau akan merasa kecewa berat hari ini. Aku tidak mau jika wanita itu dan putranya sampai merebutmu dariku." Gumam Keyla sambil menyeringai tipis setelah berada didalam mobilnya.
Kemarin, saat Zana masuk kedalam ruang rawat ia mengintip dari celah pintu untuk melihat bagaimana wajah anak itu. Dan ketika melihatnya ia akui jika wajahnya memang sangat mirip dengan Farhan, tetapi kemiripan itu hanya akan menjadi kebetulan setelah hasil DNA nya keluar. Yah, kemarin setelah dokter mengambil sampel darah Farhan dan anaknya, ia menyogok salah satu petugas rumah sakit untuk menukar sampel DNA itu, dan sudah dipastikan hasil DNA Farhan dan putranya itu pasti tidak akan cocok.
Dengan begitu bersemangat, Keyla melajukan mobilnya menuju rumah sakit. Tidak lupa, diperjalanan ia membeli buah tangan untuk Farzan, ia harus bersikap manis pada anak itu sebelum drama yang diinginkannya akan dimulai.
Sementara itu dirumah sakit...
"Papa sama Mama kenapa sih kok dari tadi diam aja? Tanya Farzan, semenjak ia terjaga ia tidak mendengar sepatah katapun percakapan keluar dari mulut mama dan papanya. Keduanya terlihat seperti sepasang suami istri yang sedang bertengkar dan mogok bicara.
"Mama kamu lagi sariawan atau mungkin sakit gigi kali, jadi dia malas ngomong." Celetuk Farhan yang tengah duduk dengan santai disamping ranjang putranya sambil menonton televisi.
"Apa benar begitu, Ma?" Tanya Farzan.
"Tidak Sayang, itu tidak benar." Jawab Zana sambil menggeleng, ia menatap Farzan dengan melotot. Bagaimana bisa laki-laki itu mengatakan hal seperti itu.
Farzan pun terdiam, ia menatap mama dan papanya bergantian. Jika dipikir mereka baru bertemu dan mungkin saja masih merasa canggung, sepertinya ia harus melakukan sesuatu untuk menghalau rasa canggung itu diantara kedua orangtuanya.
"Ma aku ingin makan buah yang itu." Ujar Farzan sambil menunjuk buah apel yang ada diatas meja.
Zana pun mengambil buah apel itu dan membawanya kepada Farzan. Ketika ia akan menyuapi putranya, Zana terkejut saat tiba-tiba saja Farhan merampas buah apel yang sudah dikupas itu dari tangannya.
"Apa yang kau lakukan? Bagaimana bisa kau memberi makan Farzan buah yang belum dicuci. Apa kau ingin membuat sakitnya bertambah parah, huh?"
Farhan pun pergi mencuci buah apel itu dan tak lama kemudian kembali dan langsung menyuapi putranya.
"Lain kali kau harus memastikan kebersihan setiap makanan sebelum memberinya pada Farzan." Ujarnya setelah duduk ditempatnya semula.
"Iya aku minta maaf." Ujar Zana. Kedua matanya berkaca-kaca, perasaan sedih muncul begitu saja ketika Farhan tadi membentaknya.
"Ma, aku minta maaf ya. Gara-gara aku, Mama jadi dimarahin sama Papa." Ujar Farzan dengan ekspresi yang dibuat sesedih mungkin untuk memancing perhatian papanya. Jika rencana awalnya gagal, maka ia akan melakukan rencana kedua untuk membuat orangtuanya menjadi dekat.
"Gak apa-apa Sayang, itu memang salah Mama." Zana memeluk putranya. Dibalik tubuhnya Farzan berpura-pura sedih sambil menatap papanya.
Melihat putranya nampak bersedih, Farhan pun merasa bersalah. Ia beranjak dari tempat duduknya mendekati ibu dan anak itu.
"Sayang, maafkan Papa. Papa tidak bermaksud untuk memarahi Mama kamu, Papa hanya memperingatinya saja." Ujar Farhan sambil mengusap kepala putranya.
Farzan pun mengurai pelukannya dari tubuh mamanya, "Kenapa Papa minta maaf sama aku, seharunya Papa minta maafnya sama Mama. Lihat, Mama jadi sedih karena tadi Papa memarahinya."
Farhan pun menatap Zana, memang benar wanita itu nampak bersedih. Terlihat jelas dari kedua matanya yang berkaca-kaca. Ia lalu mendekati Zana dan berdiri dihadapannya.
"Aku minta maaf, aku tidak bermaksud untuk memarahimu. Aku tadi hanya khawatir pada Farzan." Ujarnya.
Zana hanya mengangguk.
"Yah Papa, kok gitu sih minta maafnya." Protes Farzan, menurutnya cara papanya meminta maaf itu sangat kaku. Yang ia inginkan papanya bersikap romantis seperti difilm yang pernah ditontonnya.
"Terus Papa harus gimana? Kan Papa sudah minta maaf." Farhan menjadi bingung.
"Sini deh aku kasih tahu caranya." Farzan langsung berbisik ditelinga Farhan ketika papanya itu mendekat. Sontak Farhan langsung mundur ketika mendengar apa yang bisikan putranya. Sejenak ia menoleh menatap Zana kemudian menggeleng.
"Papa please!" Farzan menatap papanya dengan memohon. Dan Farhan seolah tersihir melihat tatapan putranya, iapun mengangguk walaupun agak ragu. Membuat Farzan langsung bersorak senang.
Hal itu membuat Zana menjadi curiga, entah apa yang direncanakan ayah dan anak itu.
Dan ketika Farhan mendekatinya, ia langsung menggeser tubuhnya. Ada perasaan aneh terlebih melihat tatapan Farhan padanya yang berbeda, seperti sedang menginginkan sesuatu darinya.
Tubuh Zana seketika mematung, saat tiba-tiba saja Farhan langsung memeluknya. Bukan hanya itu, tetapi laki-laki itu juga mengecup pucuk kepala seraya berkata 'maafkan aku, honey'.
Dalam beberapa saat Zana seakan terbuai, terlebih aroma maskulin laki-laki itu begitu menenangkan di indra penciumannya. Entah kenapa tak ada perasaan takut seperti dulu saat Farhan menodainya secara paksa.
Begitupun dengan Farhan, tadinya ia merasa enggan memeluk wanita itu. Namun setelah tubuh Zana menempel ditubuhnya, ada perasaan nyaman yang tidak pernah ia rasakan ketika memeluk Keyla. Tanpa sadar iapun semakin mengeratkan pelukannya ditubuh Zana.
Farzan yang merasa senang melihat kedua orangtuanya berpelukan, tak melewatkan kesempatan itu. Ia mengabadikannya menggunakan ponsel papanya yang sejak tadi ia pinjam untuk bermain game bubble shooter kesukaannya.
Pelukan Zana dan Farhan akhirnya terlepas ketika mendengar pintu ruang rawat terbuka, mereka berdua nampak canggung dan langsung menjauh satu sama lainnya.
Keyla yang datang, melihat calon suaminya dan wanita itu berpelukan. Ia nampak marah, namun sebisanya ia akan bersikap biasa saja sebelum hasil tes DNA nya keluar. Ia melangkah masuk kedalam ruangan dan langsung menghampiri Farzan, ia memberikan oleh-oleh yang dibelinya saat diperjalanan.
"Tunggu dulu Key," cegah Farhan dan langsung mengambil mainan yang hendak Keyla berikan pada Farzan.
"Farhan, ada apa?"
"Farzan sedang sakit, jadi tidak boleh sembarang memberinya apapun sebelum dibersihkan terlebih dulu." Jawab Farhan, ia lalu mengambil tisu dan mengelap setiap sisi mainan itu.
"Farhan kau sangat berlebihan. Aku membeli mainan itu di Toko yang terjamin kebersihannya. Tidak seperti dia yang..." Keyla menjeda kalimatnya sambil melirik Zana. Ia yakin wanita itu pasti hanya mampu membeli mainan bekas untuk anaknya.
"Memangnya kau bisa melihat kuman, tidak kan?" Tanya Farhan sambil melirik Keyla sekilas. Setelah merasa mainan itu sudah bersih, iapun memberikannya pada Farzan.
Keyla berdecak kesal, menurutnya apa yang dilakukan Farhan itu sangat berlebihan.
"Sayang, ayo ucapkan terimakasih pada Tante Keyla." Pinta Farhan pada putranya.
Farzan pun menatap Keyla, mata bulatnya mengabsen penampilan Keyla yang menurutnya seperti ondel-ondel dengan balutan makeup tebal dan lipstik merah menyala. Tanpa sadar bocah tampan itu terkekeh. Bagaimana bisa papanya akan menikahi wanita seperti itu.
"Tante ondel-ondel, terimakasih ya mainannya." Ujar Farzan lalu dengan cepat menutup mulutnya. "Opss, maaf Tante keceplosan." Lanjutnya cengengesan.
Keyla mengepalkan sebelah tangannya, jika saja diruangan itu tidak ada Farhan pasti ia sudah memberi pelajaran pada anak itu. Namun, tanpa ia lihat sebenarnya Farhan juga menahan tawa karena menurutnya penampilan calon istrinya itu memang terlalu mencolok.
"Farzan, jangan seperti itu Sayang. Ayo minta maaf sama Tante Keyla dan ucapan terimakasih yang benar." Tegur Zana, ia menatap putranya dengan melotot. Tidak menyangka Farzan akan berkata seperti itu, padahal ia tidak pernah mengajari putranya itu bersikap kurang ajar pada siapapun.
"Iya Ma,"
"Tante Keyla, Maaf. Dan terimakasih untuk mainannya." Ujar Farzan.
Keyla mendelik kesal, ia mengacuhkan Farzan kemudian melangkah mendekati Farhan.
"Kapan hasil tes DNA nya keluar?" Tanyanya berbisik.
"Sebentar lagi, nanti kita pergi bersama keruangan dokter." Jawab Farhan juga berbisik.
.
.
.
TBC.......✨✨✨
Tinggalkan like dan komennya dong, terimakasih. ☺️🙏🙏🙏
yang kuat ya za... semoga segera bisa ketemu sama papa farzan