Menjalani kehidupan rumah tangga sempurna adalah impian setiap wanita ketika memiliki seorang suami yang sangat mencintai dan menjadikan satu-satunya yang dicintai.
Namun, semuanya hancur ketika mengetahui bahwa pria yang selama ini dicintai telah menipunya dengan menciptakan sebuah konspirasi untuk bisa memilikinya.
Konspirasi apa yang membuat hidup seorang Diandra Ishana berubah penuh kepalsuan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dianning, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mengingat masa lalu
Kebencian Diandra adalah hal paling menyiksa yang selama ini membuat hidup Austin tidak tenang karena dibebani rasa bersalah sekaligus berdosa. Jadi, hari ini berharap jika wanita yang sangat dicintai tersebut tidak mengingat apapun, tetapi hanya merasa bahagia menjadi istrinya.
'Semoga semuanya berjalan lancar,' gumam Austin yang saat ini bangkit dari atas ranjang setelah berhasil mengirimkan gelombang kenikmatan pada sosok wanita yang dari tadi tidak berhenti mendesah dan menggeliat karena perbuatannya.
Tentu saja Austin dari tadi sudah merasakan hasrat kelelakian bangkit ketika senjatanya terasa sesak dan ingin segera keluar dari sarang, sehingga tanpa membuang waktu, langsung meloloskan penutup bagian bawah yang tadi masih lengkap.
Dari tadi ia hanya membiarkan wanita cantik di atas ranjang tersebut membelai indra penglihatan dengan tubuh sixpack yang setengah telanjang.
Bahkan berharap jika jemari lentik itu menelusuri otot-otot perutnya. Austin kini hanya tersenyum smirk ketika melihat Diandra yang memalingkan wajah.
Seolah tidak ingin melihatnya karena pasti saat ini merasa kebingungan dan malu. Hal itu malah membuatnya merasa sangat bersemangat untuk segera membuat sang istri berpaling menatapnya.
"Sayang, tidak perlu malu karena aku sekarang adalah suamimu. Kamu bebas melihatku sepuasmu. Begitu pun aku yang tadi melakukannya padamu."
"Tidak. Aku tidak mau," ujar Diandra yang saat ini masih menatap sudut kanan ruangan dan hanya ada dinding di sana.
Tentu saja raut wajah kecewa tampak jelas dari Austin dan kini langsung mengungkapkan pada sosok wanita yang masih betah menatap ke arah lain.
"Kamu menghina harga diri suamimu, Sayang karena di hadapanmu bahkan ada pemandangan seindah ini, tapi kamu hanya menatap dinding rata itu." Zayn benar-benar tidak sabar untuk mengalihkan perhatian dari wanita yang masih betah memalingkan wajah.
Kemudian memilih untuk naik ke atas ranjang hingga menimbulkan sebuah pergerakan dan tentu saja ingin segera menyalurkan gairah tertahan. Hingga tanpa memperdulikan apapun lagi, kini perlahan menyatukan diri hingga melenguh panjang dan melupakan janjinya beberapa saat lalu.
Sementara itu, Diandra yang tadinya langsung mengalihkan perhatian begitu merasakan sesuatu merangsek masuk secara tiba-tiba dan membuatnya membulatkan mata.
Rasa nyeri dari perbuatan pria di atas tubuhnya seperti kembali tidak asing dan membuat Diandra memejamkan mata.
Hingga bayangan gelap dan rasa nyeri yang dikirimkan oleh pria itu benar-benar seperti berhasil membuat seluruh tubuhnya berkeringat karena dipenuhi oleh rasa aneh, yaitu ketakutan luar biasa.
"Tidak!" teriak Diandra yang saat ini masih memejamkan mata.
Sementara itu, Austin yang awalnya hendak bergerak untuk memuaskan hasrat setelah berhasil menyatukan diri, merasa sangat terkejut dan melepaskan kuasa.
Refleks Austin langsung terduduk di dekat wanita yang kini malah semakin menutupi wajah dengan telapak tangan.
"Sayang, apa yang terjadi? Apa aku menyakitimu? Maafkan aku karena tidak bisa mengendalikan diri." Austin saat ini masih berusaha untuk menenangkan sosok wanita yang ada di hadapannya tersebut dengan cara mengusap lembut punggung tangan itu.
'Apa kekhawatiran yang kurasakan tadi menjadi kenyataan? Bahwa istriku mengalami trauma berkepanjangan akibat perbuatanku dulu padanya?' gumam Austin yang kini merasakan empasan tangan Diandra yang seolah enggan untuk disentuh olehnya.
"Jangan menyentuhku!" teriak Diandra yang saat ini benar-benar sangat ketakutan.
Meskipun sebenarnya tidak tahu apa yang membuatnya merasa seperti itu, tapi kali ini benar-benar ingin sendiri. Namun, ia berteriak tanpa membuka mata.
Bahkan menolak Austin yang diketahui tengah mencoba untuk menenangkannya, yaitu mengempaskan dengan kedua mata yang enggan terbuka.
Diandra bahkan tidak ingin membuka mata karena masih merasa sangat shock atas apa yang dirasakan saat ini. Ia berusaha untuk mencari tahu penyebab merasakan hal itu.
"Aku ingin sendiri. Pergi dari sini!" Diandra kini berbicara tegas, tapi tidak berteriak seperti beberapa saat lalu.
Berharap kali ini sang suami mau menuruti keinginannya. Meskipun sebenarnya tahu jika apa yang dilakukan saat ini salah karena menolak seorang suami yang meminta hak, tapi ia tidak bisa berpura-pura tidak terjadi apapun karena perasaan tidak karuan dirasakan.
'Apa yang sebenarnya terjadi padaku? Kenapa aku seperti ini? Apa ada yang salah denganku? Atau aku sudah gila,' gumam Diandra yang kini mendengar suara bariton dari Austin.
"Baiklah. Aku akan pergi agar kamu bisa menenangkan diri, tapi berjanjilah padaku dulu." Austin yang merasa kepalanya seperti mau pecah karena gagal menyalurkan hasrat karena kondisi psikis sang istri yang terganggu, kini meraih selimut tebal yang tadi sempat ia lempar ke lantai beberapa saat lalu.
Kemudian ia menutupi seluruh tubuh wanita terlihat memejamkan mata tersebut yang dari tadi terekspose sangat jelas dan membelai indra penglihatannya.
"Berjanji apa?" tanya Diandra yang masih menutup rapat kedua mata sambil menormalkan debaran jantung tidak beraturan.
"Berjanjilah untuk tidak membahayakan kesehatanmu, Sayang. Aku sangat mengkhawatirkanmu jika membiarkan kamu berada di kamar sendiri," seru Austin yang saat ini bergerak turun dari ranjang dengan sangat terpaksa dan kembali mengenakan pakaian.
Berharap jika menuruti sang istri, akan baik-baik saja dan tidak akan menyakiti diri sendiri.
"Aku hanya ingin sendiri dan tidak akan berbuat apa-apa." Akhirnya Diandra menjawab karena ingin Austin segera pergi dari kamar karena berharap bisa menenangkan diri sendirian.
Austin yang saat ini tidak punya pilihan lain, akhirnya mulai berjalan menuju ke arah pintu keluar. Sebelum membuka pintu, ia menoleh ke arah sosok wanita di atas ranjang yang masih belum bergerak sedikit pun tersebut.
"Satu jam. Aku memberimu waktu menenangkan diri selama satu jam. Setelah itu, aku akan kembali. Sekarang, aku akan mengatakan pada semua orang jika kamu sedang istirahat."
Tanpa menunggu tanggapan dari sang istri yang belum bergerak tersebut, Austin pun membuka pintu dan berjalan keluar. Namun, ia tidak langsung pergi dari sana karena masih bersandar di pintu.
Bahkan saat ini tengah memukul kepala sendiri untuk merutuki kebodohannya. 'Ini semua salahmu. Jadi, jangan menyalahkan wanita tidak berdosa yang telah kau buat trauma sepanjang hidupnya.'
Austin kini mengingat kejadian lima tahun lalu, saat pertama kali bertemu dengan wanita yang membuatnya sangat terobsesi untuk memiliki dan tergila-gila.
To be continued...
kan sdah bahagia d austin sdh berubah jdi baik...