Helen terkejut bukan main, ketika pria asing masuk ke kamar hotelnya. Dia sedang tidak dalam keadaan sadar, entah apa yang diberikan oleh Nicklas Bernando suaminya padanya.
"Kamu dan suamimu ingin seorang anak kan? aku akan membantumu!" ujar pria itu dengan tatapan mengerikan.
Bak sambaran petir di siang hari, Helen tidak menyangka, kalau suaminya akan berbuat seperti ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon noerazzura, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13. Rencana Moza
Sementara itu Moza sedang begitu kesal, sarapannya yang begitu mewah terasa sangat tidak lezat. Tidak enak sama sekali, karena sejak semalam Nicklas bahkan tidak menghubunginya. Hanya berkirim pesan dengan alasan pamannya ternyata menginap di hotel yang sama dengan mereka.
"Aku tidak bisa terus membiarkan Nicklas bersama wanita itu. Dia itu wanita licik, dia bisa membuat Anika berpihak padanya! bagaimana kalau sampai Nicklas...." Moza tampak khawatir, "tidak, tidak bisa. Aku harus membuatnya menjauh dari Nicklas!" gerutunya kesal.
Sepertinya Moza punya rencana jahat terhadap Helen.
Dan di tempat berbeda, Paman Willy yang memang sudah selesai dengan urusannya di kota ini juga segera berpamitan pada Helen dan Nicklas.
"Kalian harus lebih banyak menghabiskan waktu bersama. Cinta itu bisa muncul seiring waktu kalian bersama"
Helen hanya tersenyum sambil mengangguk. Sementara Nicklas bahkan tampak biasa saja. Saat akan masuk ke dalam mobil, Paman Willy sempat menepuk bahu Nicklas.
"Melewatkan wanita sebaik Helen, kamu akan menyesal Nicklas"
Mendengar itu, Nicklas terkekeh.
"Paman bicara apa? dia sudah menikah denganku, melewatkan apa?" tanya Nicklas.
Paman Willy tersenyum tipis.
"Paman tahu kamu belum mencintainya, apa yang membuatmu berpikir Moza itu lebih baik dari Helen. Kita semua tahu, 2 tahun lalu, saat dia tidak mengenal Anika. Sikapnya bahkan sangat kurang ajar pada Anika. Dia mengira Anika orang miskin yang tidak pantas sayang ke butik Omara, hanya karena saat itu dia sedang pakai baju biasa. Apa itu sikap wanita terhormat, Nicklas?" tanya Willy.
"Paman, kejadian itu hanya salah paham. Moza tidak tahu kalau ibu..."
"Karena dia tidak tahu, bukannya seharusnya itu memperlihatkan sifat aslinya? buka matamu Nicklas!"
Paman Willy segera pergi setelah itu. Dan Nicklas kembali mendekati Helen yang menunggu di anak tangga paling atas teras hotel itu.
"Kembali ke kamarmu, dan bawa barang-barangmu kembali!" ucap Nicklas lalu pergi meninggalkan Helen.
Helen tidak mengatakan apapun. Dia juga tidak memberi reaksi apapun. Helen hanya kembali berjalan mengikuti langkah Nicklas, mereka berpisah di depan kamar, karena Nicklas sepertinya sudah tidak sabar untuk bertemu dengan Moza.
Ketika Helen merapikan semua batangnya, dia ingat set perhiasan milyaran itu masih ada di lemari bagian Nicklas. Merasa pria bernama Andreas Wiratama itu memberikan semua itu padanya. Tentu saja dia harus membawa itu ke kamarnya.
"Hehh, itu bukannya safir kuno yang terkenal itu..."
Mata Moza memang bisa mengenali benda yang harganya miliaran.
"Sayang, kamu membelikan itu untuknya? kenapa?" tanya Moza merengek pada Nicklas.
"Moza, tidak. Aku tidak membelikannya..."
"Jadi, itu Paman Willy! tidak adil sekali. Kenapa semua keluargamu begitu tidak adil padaku" Moza memasang wajah membalas.
'Ratu drama!' batin Helen.
Helen tidak banyak bicara lagi, dia segera membawa barang-barang itu keluar dari kamar Nicklas.
"Tunggu, berikan perhiasan itu padaku!" kata Moza.
Moza berpikir, selama itu adalah keinginannya. Maka meski itu adalah pemberian keluarga Nicklas. Nicklas pasti akan membantunya mendapatkan apa yang dia inginkan ltu.
Langkah Helen yang menarik gagang koper dan membawa sebuah kotak perhiasan mahal itu terhenti.
Helen terkekeh pelan dan melihat ke arah Nicklas.
"Tuan Nicklas yang terhormat, kamu jelas-jelas mendengar sendiri apa yang disampaikan oleh tuan Leon. Semua ini hadiah untukku kan?" tanya Helen pada Nicklas.
Nicklas terdiam, masalahnya dia juga tidak mungkin mengganti miliaran untuk membuat hadiah itu menjadi milik Moza.
"Moza, itu hadiah dari pemenang lelang untuk Helen..."
"Kalau begitu ganti uangnya sayang, aku mau perhiasan itu. Itu sangat langka. Sayang, katanya kamu akan memberikan apapun yang aku mau, aku mau perhiasan itu!" rengek Moza pada Nicklas.
Helen mendesah kasar.
"Aku khawatir kekasihmu ini tidak bisa memenuhi permintaanmu Moza. Perhiasan ini harganya miliaran"
"Hehh, kamu jangan meremehkan Nicklas ya. Kamu pikir hanya beberapa miliar saja Nicklas tidak punya? dia bahkan punya triliunan, dia juga membelikan aku apartemen dan mobil dengan harga miliaran. Jangan kira hanya miliaran saja, dia tidak punya...."
"Miliaran dolar!" sela Helen yang nyaris membuat rahang Moza jatuh.
Moza seketika segera bungkam seribu bahasa. Milyaran dolar. Itu berapa triliun?
Moza menggeleng-gelengkan kepalanya dengan cepat. Nafasnya seolah tercekat. Baginya, tidak mungkin ada yang sampai memberikan hadiah semahal itu pada Helen. Memangnya siapa dia?
"Tidak mungkin!"
"Nicklas ada di depanmu kan? kalau tidak percaya tanya saja dia!" kata Helen yang segera pergi meninggalkan dua manusia yang menurutnya adalah pemantik kolesterol dan darah tinggi baginya itu.
Moza masih tidak bisa percaya dengan ucapan Helen.
"Sayang, ini tidak benar kan? kenapa bisa seperti itu? bagaimana bisa ada orang yang memberikan hadiah semahal itu untuk wanita seperti Helen?" tanya Moza.
Dia masih tidak bisa mempercayai hal itu. Tidak bisa sama sekali.
Namun Nicklas juga hanya bisa mengatakan, kalau semua itu benar.
"Seorang konglomerat bernama Andreas Wiratama, dia memang menghadiahkan semua barang yang dia menangkan di lelang amal itu untuk Helen!"
Dan jawaban dari Nicklas itu, membuat Moza merasa emosinya akan meledak.
'Tidak mungkin! bagaimana bisa wanita menyedihkan dan licik itu bisa memiliki keberuntungan seperti itu. Tidak mungkin!'
"Sayang, jangan kesal seperti itu. Hari ini aku akan mengajakmu berbelanja. Supaya kamu tidak kesal, bagaimana?" tanya Nicklas membujuk Moza.
Moza yang sebenarnya masih kesal, dan pasti harga belanjaan ini juga tidak akan sebanding dengan perhiasan itu. Mencoba untuk berkompromi dengan keadaan. Jika dia menunjukkan dia kesal terus. Maka Nicklas tidak akan lagi simpati padanya. Selama ini kan dia menunjukkan sisi wanita lembut dan manjanya pada Nicklas.
Moza harus tetap menjaga image itu. Meski tidak sepenuhnya dia seperti itu.
Moza merangkul lengan Nicklas dan bicara dengan nada yang begitu manja dan manis.
"Sayang, maafkan aku. Aku bukannya tidak senang atau iri. Aku hanya kesal saja, tadi dia meremehkan seolah kamu tidak bisa membeli barang seperti itu" ungkap Moza memberikan alasan.
"Aku tahu, aku tahu kamu sangat pengertian dan sangat menghargai aku. Itu yang membuatku sangat mencintaimu. Sekarang bersiaplah!" kata Nicklas yang di angguki dengan cepat oleh Helen.
Sementara itu di kamar hotelnya. Helen harus kembali merapikan barangnya di lemari. Karena mereka masih harus lima hari lagi di hotel ini.
Tok tok tok
"Apalagi sih? pasti wanita itu mau pamer akan di ajak jalan-jalan dan belanja lagi oleh Nicklas. Apa peduliku? menyebalkan!" gerutu Helen sambil berjalan ke arah pintu.
Ceklek
Helen menghela nafasnya. Seperti dugaannya, Moza yang berdiri di depan pintu.
"Hei, kenapa melihatku seperti itu? cepat ganti baju. Aku dan Nicklas berbaik hati mengajakmu jalan-jalan!" kata Moza.
'Hah, matahari terbit darimana? kenapa mereka mengajakku?' batin Helen.
"Tidak usah senang dulu ya. Kamu itu hanya tameng, ibunya Nicklas menelpon. Saat ini masih bicara dengan Nicklas, cepat bersiap. Saat di pulau nanti, ibunya Nicklas ingin melihat kalian berfoto berdua!" ujarnya dengan santai dan sedikit sinis.
'Pantas saja' batin Helen.
***
Bersambung...