Jatuh cinta memanglah hal yang membahagiakan. Tapi, jika jatuh cinta tanpa dicintai, apakah masih dikatakan hal yang membahagiakan?
Itulah yang dirasakan oleh seorang wanita yang bernama Mita Yuriko. Jatuh cinta kepada seorang dokter bedah nan tampan yang banyak disukai oleh wanita cantik, merupakan tantangan bagi dirinya.
Ia terus menunjukan rasa sukanya kepada pria itu, namun pria tersebut tak pernah menanggapinya. Sampai pada akhirnya sebuah insiden yang seharusnya tak terjadi kepada mereka berdua, membuat keduanya menjadi terikat. Dan membuat mereka menyandang sebagai suami istri yang dirahasiakan dari orang-orang sekitar.
Apakah Mita masih memperjuangkan rasa cintanya itu? Apakah ia memilih menyerah saat mengetahui jika pria itu masih belum menyukainya?
——————
Info dulu. Cerita ini kelanjutan dari 'Perjuangan Cinta Si Gadis Desa' jadi, jika kalian penasaran awalan cerita mereka bisa baca dulu karya Author yang itu✨
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wanda Naomi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bagian 008. Kejadian Tak Terduga
🍄🍄🍄
-
-
“Akhh! Apa yang kau lakukan sialan!!” teriak wanita itu menatap Mita dengan tatapan tajam.
“Kau masih saja bertanya hah?!” balas Mita yang tak mau kalah dan dirinya pun ikut berteriak. “Kau sendiri yang mau memperkosa pria malang ini dan kau masih bertanya?”
Mita sejenak melirik Fadli yang masih terkapar lemas dikasur besar itu. Bahkan baju yang dikenakan pria itu sudah tak terbentuk lagi, akibat ulah yang dilakukan oleh wanita yang ada didepannya itu.
“Bicara apa kau hah? Memperkosa? Omong kosong!” decih wanita itu yang tengah berusaha menutupi kegugupannya.
“Dasar wanita tak tahu malu! Sudah kepergok malah tak mau mengaku.”
Mita yang sudah kepalang geram, akhirnya berjalan mendekati wanita itu. Kemudian ia kembali menyerang wanita tersebut dengan menarik rambutnya.
“Aaaaaa!! Apa yang kau lakukan? Lepaskan tangan kotormu dari rambutku sialan!”
Mita terkekeh sinis mendengarnya. “Tangan kotor katanya? Benar-benar perempuan tak tahu malu.”
Setelah Mita merasa puas dengan menjambak rambut wanita itu, bukannya berhenti Mita malah menyerang kembali dengan menggigit tangan mulus wanita itu.
Alhasil wanita tersebut kembali menjerit kesakitan dan berusaha untuk melepaskan diri karena disana tak ada yang menolongnya. Tentu saja tak ada yang menolong, karena ruangan tersebut kedap suara. Sehingga orang-orang yang masih menikmati pesta dikediaman itu tak melihat dan mendengarnya.
Setelah berusaha melepaskan diri dari gigitan Mita, akhirnya wanita itu berhasil lolos karena Mita memang sengaja melepaskannya.
Wanita itu pun segera menjauhi Mita, “Lihat saja! Aku akan memberi tahu papa ku, agar kau dihukum dengan seberat-beratnya!” teriaknya. Lalu berjalan keluar meninggalkan Mita yang masih ada didalam ruangan tersebut.
“Cih! Bisanya cuman ngadu doang. Dasar anak manja!” gerutu Mita kesal setengah mati.
Ugghh...
Mendengar suara lenguhan, Mita pun segera menoleh kesamping dimana ia melihat jika Fadli tengah duduk dikasur itu sambil memegangi kepalanya.
Ia pun berjalan mendekati pria itu dengan perasaan cemas. “Dokter Fadli, anda tak apa-apa? Kepala anda merasa pusing?” tanya Mita sambil memegangi bahu pria itu.
Fadli yang mendengar suara itu langsung melihat kearah Mita dengan mata yang sedikit kabur. Mungkin akibat pengaruh alkohol yang ia minum, sehingga membuat pria itu sedikit tak sadarkan diri.
“Siapa...?” tanya Fadli dengan suara seraknya.
“Ini aku! Mita.”
“Mita...? Dokter Mita?” tanya Fadli lagi, sambil menatap terus wajah wanita yang ada didepannya.
“Ya... apa anda baik-baik saja? Apa anda bisa berdiri? Bagaimana kalau saya mengantar anda pulang. Sepertinya keadaan anda tak baik-baik saja sekarang.” Ujar Mita yang benar-benar merasa cemas.
Fadli mengeleng sejenak, kemudian pria itu berdiri dari duduknya. “Tidak apa-apa saya bisa sendiri–”
“Ah....” Fadli langsung memegangi kepalanya kembali, karena entah mengapa kepalanya menjadi bertambah pusing sekaligus tubuhnya yang merasakan hawa panas yang luar biasa.
Mita yang melihat itu, lagi-lagi dilanda kecemasan saat ia melihat pria itu yang mengeluarkan keringat yang banyak.
“Sepertinya anda benar-benar tak baik-baik saja, lebih baik kita segera pergi dari sini. Saya akan mengantar anda kerumah sakit untuk diperiksa.”
“Tidak... tidak perlu–”
“Jangan terus menolak dokter Fadli! Saat ini anda sedang membutuhkan bantuan, bagaimana bisa saya meninggalkan anda begitu saja disini? Itu akan membuat saya merasa bersalah.” Ucap Mita dengan emosi, karena pria itu terus saja menolaknya.
Fadli tak langsung menjawab, pria itu nampak terdiam saat mendengar ucapan Mita.
“Baiklah, antar saja saya ke apartemen saya... tidak perlu kerumah sakit. Karena saya memiliki beberapa obat disana!” jelas Fadli yang akhirnya menuruti ucapan Mita. Ia saat ini tak bisa berfikir karena kepalanya benar-benar dilanda kepusingan.
Ia pun merasa heran sendiri, mengapa hanya meminum beberapa gelas alkohol kepalanya terasa sangat pusing. Padahal biasanya ia tak seperti itu ketika meminum alkohol dengan jumblah satu botol, dan sekarang yang membuatnya benar-benar merasa aneh adalah tubuhnya yang merasakan panas yang luar biasa. Bahkan benda keramat yang berada dibawah sana sedari tadi terus berkedut.
'Apa minuman tersebut dicampur dengan sesuatu?' gumam Fadli dalam hatinya.
“Mari dokter Fadli saya akan mengantar anda, ke apartemen.” Ujar Mita yang langsung mengalungkan tangan pria itu dipundaknya.
Fadli pun sedikit tersentak kala disentuh oleh Mita. “Tidak perlu membantu saya, saya bisa berjalan sendiri.” Ucap Fadli yang melepaskan tangannya dari pundak Mita. Dan ia pun mulai berjalan, namun cara berjalannya nampak tak benar. Karena lelaki itu terus oleng kesana kemari bahkan sampai ingin jatuh jika saja Mita tak segera menolongnya.
“Dibilangin ngeyel aja! Udah, biar saya bantu anda ke apartemen anda sampai selamat. Jangan terus menolak, saya jadi kesal sendiri melihat anda seperti ini!” ucap Mita yang lagi-lagi merasa emosi. Bahkan wanita itu berani memarahi Fadli.
Fadli sampai tercengang melihatnya, karena baru pertama kali ia melihat Mita yang marah-marah seperti itu.
Akhirnya pun Fadli menurut, sehingga mempermudah Mita membawa Fadli keluar dari kamar tersebut.
Dan tepat pada saat Fadli dan Mita sudah keluar dikamar itu, barulah wanita yang tadi ingin menjebak Fadli datang bersama keluarganya.
“Ini dia pah! Marahi dia yang berani-beraninya menjambak rambutku!” teriak wanita itu yang mengadu kepada papanya.
“Dimana dia? Aku akan menjebloskannya kepenjara!” ucap Haris papa dari wanita tersebut, yang juga ikut emosi.
“Dia ada disa–” wanita yang bernama Claudia itu terkejut lantaran tak mendapati Fadli dan Mita dikamar itu.
“Loh? Dimana dia? Sialan! Wanita ja**ng itu membawa priaku!” teriak Claudia marah sampai berapi-api.
°
°
°
Sedangkan disisi lain, kini Mita sudah sampai didepan apartemen tempat tinggal Fadli. Wanita itu membawa Fadli dengan menggunakan mobil pria itu, untung saja Mita tahu cara mengendarai mobil. Jika tidak maka ia terpaksa memesan taksi.
Mita pun segera keluar dari Mobil, lantas kemudian ia kembali membopong pria itu.
“Dimana kamar anda? Saya akan mengantar anda sampai didepan pintu.” Ucap Mita.
“1004,” jawab Fadli dengan suara pelan.
Akhirnya pun Mita mengantar Fadli sesuai yang diucapkan pria itu.
Sampai beberapa menit berlalu, Mita akhirnya sampai didepan pintu kamar apartemen milik pria itu. Mita sampai menghembuskan nafasnya dengan panjang karena akhirnya ia sampai tepat tujuan walau menguras semua tenaganya.
“Sekarang saya sudah mengantar anda didepan pintu. Anda bisa masuk sekarang,” ucap Mita yang melepaskan Fadli dari rangkulannya.
Pria itu tak langsung menjawab dan hanya dia sambil bersandar didinding dengan mata terpejam.
“Saya akan pergi sekarang, anda bisa masuk sendiri kan?” tanya Mita. Yang ditanggapi angukan kepala oleh Fadli.
“Baiklah saya pergi sekarang.”
Namun beberapa langkah ia akan beranjak, ia mendengar suara keras yang terjatuh dilantai sehingga ia menghentikan langkahnya.
“Astaga!” Mita terkaget saat melihat Fadli tergeletak dilantai dengan posisi telungkup.
“Bangun dokter! Jangan tiduran disini!” teriak Mita yang mencoba membangunkan Fadli.
Namun pria itu nampak tak membuka mata.
“Hahh... berapa password anda? Biar saya membantu anda sampai kedalam.” Mita terdiam sejenak karena ingin mendengar jawaban dari pria itu.
“141516....”
Itulah yang dijawab oleh pria itu. Sehingga membuat Mita langsung cepat-cepat membuka pintu tersebut.
Dan benar saja, sekali ia mengetik pasword tersebut pintu itu pun langsung terbuka. Mita pun tak ingin berlama-lama, ia langsung kembali membopong pria itu dan masuk kedalam apartemen.
Dengan sedikit kesusahan, Mita langsung menghempaskan tubuh Fadli dikasur. Kemudian ia membantu melepaskan sepatu dan kaus kaki, dan yang terakhir dasi pria itu.
“Hahh... capek banget rasanya....” gumam Mita sambil menghela nafas panjang. Ia pun melirik Fadli sejenak lantas kembali menghembuskan nafasnya.
“Untung saja aku lihat dia tadi, kalau tidak aku tak tahu apa yang terjadi selanjutnya. Yang pasti aku tak bisa membayangkannya!” gumam Mita sambil bergidik ngeri.
“Oke, lebih baik aku pulang sekarang... kalau begitu, saya pamit ya dokter Fadli.” Mita kembali melangkahkan kalinya berniat untuk pergi dari ruangan itu.
Namun lagi-lagi langkahnya dihentikan, kala tangannya dicekal oleh tangan besar milik Fadli. Bahkan pria itu sampai menarik tangan Mita sehingga membuat wanita itu terhempas sampai menindih tubuh Fadli, dan posisinya saat ini berada diatas pria itu.
Mita sampai menahan nafasnya, karena saat ini ia benar-benar merasakan kegugupan.
“Dokter Fadli....” Mita mencoba bangkit dari atas tubuh Fadli, namun pria itu malah memeluknya dengan sangat erat.
Hal itu membuat Mita sesak nafas, “Dokter Fadli lepaskan saya...” Mita kembali memberontak, namun yang ia dapatkan malah sesuatu yang menonjol dan keras tepat memepet diperutnya.
“Akkhh! Apa itu?” teriak Mita yang refleks menggunakan seluruh tenaganya sehingga membuat wanita itu terhempas, jatuh tepat dilantai.
Mita pun mengaduh kesakitan saat merasakan bokongnya yang ngilu.
Belum reda rasa terkejutannya, kini ia dibuat terkejut kembali saat melihat didepannya jika Fadli tengah membuka bajunya.
“A-apa yang anda lakukan dokter?” ucap Mita mendadak terbata.
“Tubuhku sangat panas....” ucap Fadli meracau yang berhasil menangalkan pakainnya dan hanya menyisakan celana pendeknya saja.
“Oh my good!”
Mita menjadi melongo saat melihat tubuh Fadli yang terbentuk sangat sempurna. Apalagi ia juga melihat benda keramat itu telah berdiri dengan menantangnya dan nampak sesak disana. Mita jadi menduga-duga jika benda itu nampak begitu besar.
Mita yang tersadar dengan pikiran kotornya itu langsung menampar pipinya. “Sadarlah Mita! Jangan berpikiran tak senonoh!” gerutunya.
-
-
🍄🍄🍄
Terus dukung karya Author ya, dengan cara like, komen and vote... dukungan kalian sangat Author nantikan😍
untung aja lo selamat dri rayuan si dikta bejat filda
yg lain juga dilanjut donk 😆😆😆
semangat author 💪💪💪