Demi bisa mendekati cinta sejatinya yang bereinkarnasi menjadi gadis SMA. Albert Stuart rela bertransmigrasi ke tubuh remaja SMA yang nakal juga playboy yang bernama Darrel Washington.
Namun usaha mendekati gadis itu terhalang masa lalu Darrel yang memiliki banyak pacar. Gadis itu bernama Nilam Renjana (Nilam), gadis berparas cantik dan beraroma melati juga rempah. Albert kerap mendapati Nilam diikuti dua sosok aneh yang menjadi penjaga juga penghalang baginya.
Siapakah Nilam yang sebenarnya, siapa yang menjaga Nilam dengan begitu ketat?
Apakah di kehidupannya yang sekarang Albert bisa bersatu dengan Cinta sejatinya. ikuti kisah Darrel dan Nilam Renjana terus ya...
Novel ini mengandung unsur mitos, komedi dan obrolan dewasa (Dimohon untuk bijak dalam membaca)
Cerita di novel ini hanya fiksi jika ada kesamaan nama dan tempat, murni dari kreativitas penulis.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aksara_dee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18 : Jimat Petunjuk
"Mom, Dad... Maaf menunggu lama. Tadi di jalan ada kecelakaan," ucap Dirga lalu memeluk Daddy dan Mommy nya dengan erat.
"Mom, makin cantik aja," ucapnya sambil memeluk mommy nya.
"Jadi mom dan dad harus nyusul kamu ke sini untuk mengobati rindu?" sindir Euis.
"Bukan begitu, mom. Aku memang sibuk sekali di sini, jadi kepala puskesmas dan pembina ratusan posyandu." Wajah Dirga seketika murung.
"Tante Zen bilang kamu udah lima bulan tidak pulang ke Bandung. Kami semua khawatir dengan kesehatanmu, meskipun kamu seorang dokter juga butuh diobati sayang."
"Tenang saja mom, aku konsen dengan kesehatanku kok," kilah Dirga.
Euis dan Pras saling memandang. Euis lalu menarik napas dengan begitu dalam. Ia menatap anaknya yang masih sibuk membalas pesan dengan bawahannya di puskesmas.
"Dirga," panggil Euis menginterupsi kegiatan Dirga. Memastikan anaknya akan mendengarkan ucapannya, Euis menggenggam tangan Dirga. "Mom dan Daddy ke sini ingin memberitahu kamu, kalau kami ingin menjodohkan kamu dengan seseorang. Kami ingin ada yang merawat kamu."
Dirga melebarkan senyumannya. Namun, ada kegetiran di senyuman itu juga di dadanya, "Mom ingin menjerumuskan anak gadis orang untuk mengabdi padaku, mom tahu apa penyakitku, dan aku tidak bisa membahagiakan pasanganku, mom."
"Sayang, dia sudah siap dengan apapun resikonya jika menikah denganmu," ucap Euis dengan lembut.
"Apa mom sudah beritahu aku tidak bisa... Jangan sampai nanti dia kecewa dengan ini dan menjadikan alasan untuk meninggalkanku seperti cewek lainnya," cecar Dirga.
"Sudah nak, kami datang ke sini juga ingin mengenalkan kamu padanya. Dia tinggal di daerah Subang juga dan tidak jauh dari rumahmu," jawab Euis.
"Apa profesinya? kuliah dimana?" cecar Dirga lagi.
"Dia belum kuliah karena sibuk kerja. Anak dari karyawan Abah di material cabang Subang." Euis sedikit cemas anaknya akan menolak.
"Maksudnya dia lulusan SMA? Come on mom, dad!" Dirga menunjukkan wajah kecewa.
"Abah dan Jide akan menyekolahkannya setelah menikah denganmu. Kamu temui dulu aja gadis itu," bujuk Euis.
"Mom, aku belajar ke luar negeri untuk meraih gelar doktor, mengapa di jodohkan dengan anak kecil! Dan apa profesinya dengan ijazah SMA itu?" protesnya.
"Dia CS... " jawab Euis takut-takut. Karena Dirga anak yang sangat mementingkan pendidikan, gelar juga profesi seseorang dalam mencari pergaulan.
"Customer service?" tanya Dirga, Euis menggeleng.
"Cloud Staff everywhere?" tebak Dirga.
"Cleaning service" jawab Pras dengan tegas.
"Dad... Jangan bercanda." Dirga sontak berdiri dari sofa.
"Kami bisa membantunya untuk masalah pendidikan dan profesi dia nantinya, yang penting kamu kenalan dulu. Kalau kalian cocok, lanjut. Kalau tidak, kalian bisa berteman. Kamu di sini tidak ada yang merawat, mommy khawatir Dirga."
Dirga mendengus kesal, "Ini tahun berapa sih mom? Di jodohin seperti ini, aku rasa... Apa kali lah mom! Dad? Sebagai seorang lelaki, gimana perasaan daddy jika dijodohkan?" tanya Dirga, wajahnya memohon dukungan.
"Daddy sudah lupa perasaan Daddy saat itu, menurut Dad nggak masalah, buktinya Mom and Dad langgeng kan sampai sekarang. Yang penting perempuan itu mencintai kamu, maka aman hidup berumahtangga." Pras membetulkan kerah bajunya demi meledek sang istri.
Euis yang gerah dengan ucapan Pras akhirnya angkat bicara, "Ya, ya... Kamu benar sekali Aa Pras yang gantengnya kelewatan. Aku tergila-gila padamu, sampai Prince Scotlandia saja mommy tolak. Puas tuan Prasetya?" sindir Euis dengan side eyes mematikan dan cubitan maut yang mampir di pinggang suaminya.
"Aawwss... Sakit, sayang!"
...🩷🩷🩷...
Malam itu, diantara diam yang tenang, angin yang berbisik lembut, pulang bekerja Nilam dan Darrel lebih memilih naik angkutan umum lalu berjalan kaki bersama Darrel sambil menikmati jajanan yang mereka beli di pasar malam kampung sebelah. Sementara motor sport Darrel di tinggal di kantor.
"Kenapa kamu suka jalan malam, Nil. Buat seorang manusia, lebih banyak kejahatan di malam hari." tanya Darrel
"Seorang manusia? Kamu bicara seperti kamu sebangsa jin saja," sahut Nilam sambil mengunyah bakso goreng.
"Maksudku, kamu perempuan Nilam, kejahatan pada perempuan di malam hari lebih menakutkan."
"Bagiku jalan malam hari itu menenangkan, Rel. Suara-suara binatang terdengar lebih lirih, aku suka suara jangkrik, udara dingin, atmosfer berbeda dan lebih bersih."
"Apa kamu tidak takut tiba-tiba ada yang terbang, you know... " Darrel melipat tangannya di perut lalu jalan melompat.
"Haha kamu lucu banget sih!" Nilam menepuk lembut bahu Darrel. "Kamu sendiri gimana? Takut ya? ... Awas di belakangmu!" bisik Nilam.
Darrel pura-pura meloncat kaget, benar saja! Nilam tertawa terpingkal-pingkal.
"Nggak usah takut, ada aku Rel. Kamu tinggal bersembunyi di balik punggungku." Nilam memposisikan Darrel di belakang tubuhnya. Tangannya menepuk-nepuk lembut lengan Darrel seperti sedang menenangkan anj1ng harder nyonya Ruslan.
Kesempatan itu di gunakan Darrel bermanja dan menghirup aroma tubuh Nilam lebih dekat.
"Tanganmu jangan macem-macem ya Rel!" Nilam menepis tangan Darrel yang merangkul pinggangnya.
"Aku takut Nil, kamu sih aneh minta jalan kaki, nanti aku pulangnya gimana? Harus melewati jalanan angker ini," sahut Darrel dengan maksud sesuatu.
"Hmm... Tenang aja kamu bisa pesan ojek online dari depan rumahku."
Darrel menurunkan kedua bahunya dengan wajah cemberut, "kamu ngga nyuruh aku nginep aja di rumahmu, Nil. aku takut pulangnya Nil." Wajahnya ia buat setakut mungkin.
"Yeee... Enak aja! Bisa-bisa aku dan Rose di sidang pak RT dan warga sekitar." Nilam merogoh sakunya untuk menghubungi Rose agar membukakan pintu gerbang.
"Kamu nelpon siapa?" tanya Darrel curiga.
"Rose, dia kalau tidur susah di bangunin. Jam segini biasanya gerbang sudah di kunci."
Dari jarak lima puluh meter, seorang pemuda sedang berdiri bersandar di gerbang rumah Nilam, kedua telapak tangannya di masukan ke dalam saku celana.
Darrel menyeringai melihat sosok pemuda itu. Taringnya siap mencuat keluar dari sela bibirnya yang tipis dan merah.
"Dokter Megan!" pekik Nilam. Setengah berlari Nilam menghampiri Megan dan meninggalkan Darrel dengan membawa kresek belanjaan di kedua tangannya.
"Hai Nilam! Aku dari tadi nunggu kamu di sini, di rumah kamu tidak ada orang?" Megan memposisikan tubuhnya ke arah Nilam sambil melirik tajam ke arah Darrel.
"Ada Rose, tapi anaknya memang susah di bangunkan kalau sudah terlelap, dok." Nilam berusaha ingin melompat pagar. Namun Darrel segera mencegahnya.
"Hey! Ada kami di sini kenapa kamu yang manjat!" tegur Darrel. Dengan menggunakan sihirnya, Darrel membuka gembok di gerbang.
'Huh! berani pamer dia di depanku!" cibir Megan dalam hati.
Dengan satu tangan Darrel mendorong gerbang.
"Lho gak di kunci? Rose pasti lupa," ucap Nilam tanpa memperhatikan bagaimana Darrel membukanya dengan sihir yang ia punya. Nilam mengajak kedua lelaki itu duduk di teras rumahnya.
"Sebentar ya Dok, Rel. Aku ambilkan minum dulu," pamit Nilam
Kedua lelaki itu tidak menjawab, mereka saling menatap dengan tatapan tajam.
"Kupikir, kau sudah membusuk di dasar laut!" ketus Darrel.
Megan terkekeh, "Kamu kecewa? Haha... Aku berjuang hidup untuk menemui Mon fiancèè (tunanganku)," cetus Megan.
"Who's she?" ejek Darrel menyeringai.
"Nilam, tunanganku," bisik Megan dengan nada rendah namun menampilkan wajah penuh kemenangan.
Darrel membuang tatapannya ke langit-langit rumah sambil tertawa sumbang, bibirnya kembali menyeringai dan kemudian menatap Megan lagi dengan kilat mata kemerahan.
"Dia milikku! Tidak ada yang bisa merampasnya dariku!" Darrel mendesis dengan wajahnya yang berubah menjadi vampire.
"Dia bisa dekat denganmu karena ia belum tahu wajahmu yang sebenarnya, kalau ia tahu... kupastikan ia akan lari terbirit-birit menjauhi mu," balas Megan.
"Kamu pikir wajah aslimu lebih tampan dariku, manusia kera?!" sahut Darrel tidak ingin kalah.
Suara langkah kaki mendekat, Darrel segera merubah bentuk wajahnya seperti semula. Senyuman Nilam merekah melihat kedua lelaki muda di ruang tamu terlihat berbincang dengan akrab hingga duduk mereka begitu dekat.
"Maaf ya Hany teh hangat, aku tidak punya kopi." Dua cangkir teh hangat diletakkan Nilam di atas meja kaca.
"Kurasa di sini ada yang tidak bisa makan dan minum seperti makhluk normal, Nilam... " Megan menyandarkan tubuhnya di sandaran sofa seraya menatap Darrel dengan tatapan meremehkan.
"Kalau kamu punya pisang, lebih baik suguhkan itu untuknya," balas Darrel.
"Kalian ngomongin apa sih? Siapa yang tidak bisa makan dan minum? Kamu Rel? Tadi kamu makan martabak dua porsi, kan?" tanya Nilam mengingatkan Darrel dengan wajah bingung.
"Ya! Betul sekali Nilam," sahut Darrel dengan menaikan dagunya, kesombongan menguar dari wajahnya yang tampan
'sial semakin tinggi level manusia kampret ini!" geram Megan.
Megan menegakkan bahunya lalu berdiri, ia mengulurkan tangannya di depan wajah Nilam yang duduk di depannya. Nilam mengernyitkan keningnya.
"Aku ingin bicara denganmu, tanpa dia!" ucap Megan
"Bicarakan di sini, aku ingin dengar!" jawab Darrel wajahnya menegang.
"Oke!" sahut Megan lalu ia merogoh saku celananya.
Di tangannya kini ada sebuah kotak dari kayu berukir dengan lambang ular bermahkota. Lalu ia menyodorkan di depan Nilam.
"Barang ini yang tertinggal di rumah sakit, ini milik papamu, Nilam. Kurasa, kamu harus tahu lebih dalam tentang masa lalu mu dan juga hubungan kita," ucap Megan.
Nilam membuka kotak kayu, sebuah tusuk konde berkilauan berbentuk ular seperti sebuah benda penghubung dengan alam ghaib bersinar menyilaukan.
B e r s a m b u n g
aku yang polos ini... pengen ngintip dikit 🙈🤭