Lupa ingatan?
Mana mungkin aku mau menerima jika ke dua orang tua ku menyuruh ku untuk menerima kekasih ku sendiri jadi adik angkat ku sekarang.
Baru kemarin diri nya melamar gadis yang akan menjadi adik angkat nya.
" Aku menolak, aku tidak mau jika dia menjadi adik ku" Tolak Wafa menahan kesal.
Halo semua nya, minta dukungan nya ya...biar semangat nulis nya. Thank you.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Syari Ba, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Di bedakan
Adzan subuh berkumandang, Annisa Fahma nama gadis yang baru saja selesai membereskan tempat tidur nya, kini akan melaksanakan ibadah sholat subuh.
Pintu kamar terbuka...
" Nis cepetan masak...jangan lupa setrika baju kakak mu" Ucap Bu Yuli.
" Iya bu sebentar lagi, aku mau sholat subuh dulu " Jawab Nisa.
" Buruan....jangan banyak alasan"
Nisa hanya bisa menghela nafas nya saja mendengar ucapan ibu nya tanpa menjawab. Lebih baik segera sholat subuh saja.
Selesai sholat subuh, dari luar ibu nya sudah teriak - teriak agar diri nya hendak memasak.
Keluarlah Nisa dari kamar nya.
" Sholat subuh dari tadi nggak selesai - selesai, kamu sengaja ya mau bermalas - malasan..." Omel ibu nya.
" Aku sholat subuh nggak ada sepuluh menit bu, ibu selalu saja marah - marah pada ku, kenapa kakak nggak di suruh - suruh, dia kan bisa setrika baju sendiri..." Kata Nisa, sesak di dada nya terasa perih. Ibu nya selalu bersikap tidak adil pada diri nya.
Plak....
Satu tamparan melayang di pipi Nisa.
" Udah berani melawan kamu..." Teriak Bu Yuli.
Air mata Nisa membasahi ke dua pipi nya. Tangan nya memegang pipi yang baru saja di tampar oleh ibu nya.
" Kamu tuh, seharusnya bersyukur...udah mending ibu rawat sampai sebesar ini, dasar anak pembawa sial..." Ucap Bu Yuli, membuat Nisa tambah terisak.
" Kerja cuman di toko bunga saja, gaya nya setinggi langit ingin hidup enak...contoh tuh kakak mu, nggak sia - sia ibu menyekolahkan nya tinggi - tinggi, kakak mu sekarang busa jadi menejer di perusahaan"
Untuk apa ibu nya membandingkan dengan kakak nya soal pendidikan. Toh diri nya juga cuman duduk di bangku SMP saja. Setelah itu di suruh kerja.
" Ada apa sih bu, pagi - pagi begini udah ribut..." Keluarlah Tias dari kamar nya, Kakak dari Nisa.
" Tuh, Nisa udah berani bantah ucapan ibu" Jawab nya.
" Mau kita usir kamu, udah berani melawan?...Udah gih sana selesai kan pekerjaan rumah" Ucap Tias dengan nada merendahkan.
" Kenapa masih di sini, buruan sana..." Dorong bu Yuli.
Nisa menghapus air mata nya. Ingin sekali diri nya pergi dari rumah ini. Tapi harus pergi ke mana?, tidak ada tempat yang bisa di tinggali. Uang tabungan nya pun belum cukup untuk sewa kontrakan.
Makanan sudah tersaji di atas meja makan. Cucian piring dan baju pun sudah terselesaikan. Nisa akan menyapu terlebih dahulu, lalu menjemur pakaian nya. Telinga nya ia tutup rapat - rapat agar tidak mendengar ocehan ibu nya yang dari tadi terus marah - marah. Entah diri nya ini anak kandung nya atau bukan.
" Pakaian kakak mu udah kamu setrika belum?" Tanya Bu Yuli.
" Sudah bu, di tempat biasa " Jawab Nisa baru saja selesai menyapu.
" Nah gitu, nggak usah melawan kan enak di dengar....udah seharusnya kamu selayak nya seperti pembantu di rumah ini, kalau bukan karena kamu suami ku pasti masih hidup sekarang" Ucap Bu Yuli menatap sinis ke arah Nisa.
Enam tahun yang lalu, saat Nisa akan lulus SMP, kebakaran rumah terjadi di rumah nenek nya. Saat itu keluarga Nisa berada di sana. Nisa yang terjebak di dalam rumah, Ayah nya yang membantu nya keluar, malah tewas dalam tragedi kebakaran saat itu.
Semenjak itu lah Sikap ibu nya berubah tidak menyukai diri nya. Meskipun itu hanya sebuah kecelakaan yang tidak di sengaja, Nisa yang di salahkan atas semua nya.
Nisa yang jadi pendiam semenjak kejadian itu, baru tadi Nisa membantah perkataan dari ibu nya. Hati dan pikiran nya capek mendengar ibu nya yang setiap hari memarahi nya, bahakan saat diri nya tidak melakukan kesalahan pun ibu nya masih saja memarahi nya.
Akhirnya nya pekerjaan rumah nya pun sudah selesai. Kakak nya pun sudah berangkat juga setelah tadi selesai sarapan bersama ibu nya.
Sudah biasa jika diri nya akan sarapan sendiri seperti hari biasa. Tidak ada hari di mana diri nya akan makan bersama ibu nya dan kakak nya lagi, melihat tadi ibu nya bersikap dan berkata kalau diri nya selayak nya seperti pembantu.
Nisa menengok ke arah jam dinding. Susah pukul tujuh lebih. Nisa segera bersiap - siap untuk segera mandi.
" Ya ampun udah jam segini, nanti aku makan di sana saja" Ucap Nisa sudah hampir telat berangkat kerja.
" Bu, nisa berangkat kerja dulu" Pamit Nisa pada ibu nya yang sedang duduk di teras depan.
" Tinggal berangkat aja, nggak perlu pamit, yang penting jangan menyusahkan ibu saja" Ucap nya sinis, membuat Nisa murung.
Tertunduk lah wajah nisa berjalan pergi meninggal kan rumah untuk berangkat kerja.
Tidak ada motor yang ia naiki, karena motor nya di kendarai oleh kakak nya. Sekaligus Nisa trauma jika menyetir motor sendiri.
" Ojek neng" Tawar nya.
" Boleh pak" Jawab Nisa lalu memakai helm yang di berikan dan langsung menaiki motor.
Sekitar lima belas menitan, Nisa baru sampai di tempat nya ia bekerja.
Nisa segera membayar tukang ojek nya lalu berlari masuk ke tempat kerja.
" Maaf bu, saya telat" Ucap Nisa terengah - engah.
" Nggak papa Nis, ibu mu marah - marah lagi" Tanya sang pemilik toko yang bernama Bu Karin.
" Hehehe...nggak kok, cuman kasih nasehat sedikit tadi" Jawab Nisa berbohong.
" Ya ampun, dasar anak ini, kenapa sabar sekali... pasti kamu berbohong lagi kan?,,,,mending nikah aja sama anak ibu, seperti nya anak ibu juga menyukai mu" Ucap Bu Karin.
Nisa hanya tersenyum tidak menjawab nya sembari meletak kan tas milik nya.
Pernah beberapa kali Bu Karin melihat dengan mata nya sendiri saat berkunjung ke rumah Nisa untuk sekedar memberikan makanan. Tapi saat sesampainya di sana, melihat Nisa yang di marahi terang - terangan di tetas rumah, tanpa malu di lihat oleh tetangga nya. Bahkan Bu Karin sampai melihat Nisa yang di tampar.
" Nis, pipi mu di tampar lagi kam sama ibu mu, pipi mu sampai memar seperti ini" Ucap Bu Karin begitu teliti sampai mengetahui Nisa di tampar ibu nya tadi.
Nisa langsung menutupi pipi nya.
" Nggak kok Bu, tadi cuman kebentur pintu aja"
Bu Karin menggelengkan kepala nya. Malang sekali nasib gadis cantik ini. Helaan nafas terdengar dari mulut Bu Karin, Nisa tidak mau jujur pada diri nya. Padahal diri nya sudah bilang jika ingin bercerita keluh kesah nya, Bu Karin Siap untuk mendengarkan keluh kesah nya dan membantu nya sebisa nya. Tapi gadis ini malah menutup diri nya agar semua orang tidak mengetahui apa yang terjadi pada diri nya.