🏆 Novel Lomba Anak Genius 2023 🏆
Kisah seorang anak genius bernama Aaron Lee yang piatu sejak bayinya.
Dia dibesarkan dalam keluarga kaya yang memiliki tambang minyak, ayahnya yang bernama Lee Ryder adalah pria tertampan yang termasuk dari sembilan pria terkaya didunia.
Aaron Lee besar bersama seorang pengasuh yang masih muda bernama Margot Evans, gadis yatim-piatu yang diambil oleh keluarga Lee Ryder dari panti asuhan saat dia masih anak-anak.
Margot Evans menjadi bagian keluarga Lee Ryder yang diberi tugas kepercayaan untuk menemani Aaron Lee.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reny Rizky Aryati, SE., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8
Bab 8
Mobil menabrak pembatas jalan hingga menyebabkan kerusakan parah pada mobil.
Terpaksa menghentikan kegiatan belajar menyetir mobil untuk Margot Evans.
Akhirnya mereka berdua harus turun di jalan raya yang sangat sepi oleh lalu lalang kendaraan karena jalan raya yang mereka lewati adalah jalan menuju arah luar kota.
Celakanya ketika berada di mobil tadi tanpa sengaja Lee Ryder memeluk erat tubuh Margot Evans karena dia harus menahan laju setir mobil yang mendadak lepas kendali.
"Apa yang kamu lakukan ? Lepaskan aku !", teriak Margot.
"Bukan mauku karena kedua tanganku sendiri yang bergerak secara refleks, ini juga karena aku membantumu agar mobil tidak lepas kendali", sahut Lee Ryder.
Lee Ryder melepaskan pelukan tangannya dari tubuh Margot Evans lalu mencoba menjauh dari gadis muda itu.
Namun, itu sangat sulit dilakukan oleh Lee Ryder lalu dia berkata pada Margot.
"Ada apa Margot ? Kemana konsentrasimu ?", ucap Lee Ryder.
Sebuah busa pelindung muncul dari depan mobil membentuk semacam bantalan pelindung.
Membuat mereka diam di dalam mobil dan saling berpelukan erat.
"Sekarang kita tidak bisa pulang ke rumah dan bisakah kamu memberikan pendapatmu tentang ini ?", kata Lee Ryder.
Lee Ryder kesulitan bergerak karena adanya bantalan busa pelindung yang muncul secara otomatis di dalam mobil ketika mobil menabrak.
Pria tampan itu membuka pintu mobil dan berusaha keras keluar mobil.
"Kau seharusnya tetap meletakkan kedua matamu pada arah kemudi bukan pada kaca spion untuk bercermin", gerutu Lee Ryder.
Lee Ryder keluar mobil lalu berdiri menatap ke arah bamper muka mobil yang rusak akibat tabrakan tadi.
"Dan sekarang kamu berhasil merusak mobil baru ini", ucap Lee Ryder.
"Aku sudah katakan padamu bahwa aku lelah belajar tapi kamu yang memaksaku untuk tetap menyetir mobil", sahut Margot tak mau kalah.
"Jadi ini semua salahku, begitu ?", tanya Lee Ryder.
"Iya ! Jelas bukan jika kamu yang bersalah ! Dan kenapa kamu melimpahkan kesalahan ini padaku ?", sahut Margot.
"Salahku !? Ini salahku ???", ucap Lee Ryder.
"Iya !!!", teriak Margot Evans.
"Bagus ! Sangat bagus sekali !", sahut Lee Ryder marah.
"Dan tolong jangan menyalahkanku akan hal ini !", ucap Margot Evans membela dirinya.
"Aku baru sadar jika aku adalah manusia terbodoh di dunia jika berurusan dengan gadis kecil sepertimu", kata Lee Ryder mendengus kesal.
"Dan aku tegaskan padamu, tuan Lee Ryder ! Aku bukanlah anak kecil seperti yang kamu sebutkan itu !", sahut Margot marah.
Margot membating pintu mobil dengan kerasnya sehingga Lee Ryder membelalakkan kedua matanya.
"Kau... !? Sudah menabrakkan mobil sekarang bermaksud merusak pintu mobil ?", kata Lee Ryder menggeram.
"Mobil ini memang sudah rusak dan seharusnya kamu teliti sebelum membelinya ! Bukan salahku jika mobil ini telah rusak !", sahut Margot.
"Ya Tuhanku ! Makhluk apa ini yang telah Engkau ciptakan ?", ucap Lee Ryder gemas.
Margot memalingkan wajahnya dari Lee Ryder yang sedang memandanginya.
"Jika saja kau bukan anak angkat ayah mungkin saja kau sudah berada di pembaringan kamar hotel", sahut Lee Ryder.
"Apa maksudmu ?", ucap Margot Evans.
"Tidak ada...", sahut Lee Ryder.
Lee Ryder menarik rambut peraknya dengan jari jemari tangannya kesal.
"Aku benar-benar payah sekali !?", ucap Lee Ryder putus asa.
Pria berambut perak itu hanya menatap mobil miliknya yang bagian depan telah rusak akibat tabrakan tadi.
"Coba sekarang katakan padaku, nona besar ! Bagaimana kita harus pulang sekarang ?", tanya Lee Ryder.
"Emm !? Mana aku tahu !?", sahut Margot gugup.
"Sudah tidak tahu harus bagaimana untuk pulang ke rumah. Kenapa masih saja menyetir dengan asal-asalan ?", teriak Lee Ryder.
"A--aku...", sahut Margot Evans.
"Coba kamu pikirkan caranya kita bisa pulang ke rumah !!!", teriak Lee Ryder emosi.
"Aku !?", tanya Margot kaget.
"Iya ! Kenapa aku yang harus memikirkannya ? Kamu yang menabrakkan mobil dan kenapa harus aku juga yang berpikir ?", sahut Lee Ryder.
"Aku !?", ucap Margot.
"Benar-benar gadis tidak berperasaan, mana yang kamu pikirkan ? Belajar mobil atau yang lainnya di dalam kepalamu itu ?", kata Lee Ryder.
"Ya Ampun..., kamu masih saja menyalahkanku akan kecelakaan kecil ini !?", sahut Margot.
"K--ke--kecelakaan kecil ???", kata Lee Ryder.
Margot hanya memandangi Lee Ryder tanpa bersalah, tatapannya datar dan terkesan masa bodoh.
"Ya Tuhanku !!! Aku akan sekarat karena menghadapimu, dan aku akan merendam kepalaku di air asin karena hal ini !", sahut Lee Ryder.
"Itu urusanmu, bukan urusanku", ucap Margot cuek.
"Ya... Ya... Ya... Salahkan aku saja akan hal ini ! Memang aku pelatih amatir yang tidak mahir menyetir mobil", kata Lee Ryder.
"Ada apa dengannya !?", gumam Margot aneh.
Lee Ryder mendengus kesal seraya memalingkan muka dari Margot Evans.
"Aku tidak mengatakan bahwa dirimu adalah pelatih yang buruk tetapi kamu sendiri yang mengatakannya jika kamu sangat buruk", kata Margot.
Lee Ryder bertambah marah mendengar jawaban Margot Evans padanya.
Dia menendang ban mobil hingga membuat bunyi alarm menyala.
NGING... NGING... NGING...
Alarm mobil berbunyi nyaring hingga membuat Lee Ryder semakin kesal.
Dia duduk di sandaran ruas bahu jalan sambil memandangi mobilnya yang rusak.
"Apa ?", ucap Lee Ryder.
"Ada apa ?", sahut Margot.
Ketika gadis muda itu menatap ke arah Lee Ryder karena pria itu membiarkan alarm mobil terus menyala kencang.
"Kenapa menatapku ?", kata Lee Ryder.
"Aku hanya tidak mengerti kenapa kamu membiarkan alarm mobil terus menyala dan tidak mematikannya", ucap Margot.
"Mana kunci mobilnya ? Padaku atau tidak ?", sahut Lee Ryder.
"Ehk..., tidak ! Ada di dalam mobil...", jawab Margot.
"Lalu kenapa kamu masih saja menanyakannya padaku ?", kata Lee Ryder.
"Maksudmu !?", tanya Margot bingung.
"Ambil kunci mobil lalu matikan alarmnya !", perintah Lee Ryder.
"Apa harus aku yang bertanggung jawab ?", kata Margot.
"Apa maksudmu ???", teriak Lee Ryder kesal.
Margot laangsung berlari ke arah mobil untuk mengambil kunci mobil.
Cukup sulit ketika Margot melepaskan kunci mobil karena terhalang bantalan pelindung didalam mobil.
Margot mematikan alarm mobil tetapi masih saja alarm berbunyi kencang.
"Tidak bisa dimatikan. Bagaimana ?", kata Margot
Margot Evans melirik ke arah Lee Ryder yang duduk di sandaran bahu jalan sambil memalingkan wajahnya ke arah jalan.
"Sudah ! Biarkan saja seperti itu !", sahut Lee Ryder.
"Tapi akan sangat mengganggu sekali jika masih terus berbunyi", kata Margot Evans.
"Sudah rusak mobilnya dan alarm akan terus menyala seperti itu", kata Lee Ryder.
"Apa kita akan membiarkannya ?", tanya Margot Evans.
"Sudahlah ! Kita sebaiknya pergi dari sini", jawab Lee Ryder.
Lee Ryder beranjak berdiri sembari mengibaskan tangannya ke arah celana miliknya yang terlihat kotor.
Pria itu memandang Margot Evans dengan ekspresi seriusnya.
"Apa kamu ingin tinggal disini terus ? Dan dimakan harimau ?", kata Lee Ryder.
Lee Ryder memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celananya lalu berjalan pergi dari tempat mobil berhenti.
"Tunggu aku, Lee Ryder !", teriak Margot Evans.
"Kamu lama sekali kalau berjalan..., Margot", sahut Lee Ryder.
Margot tersentak kecil ketika Lee Ryder memanggil namanya karena ini baru pertamakalinya dia mendengar pria tampan itu menyebut namanya dengan jelas.
Tanpa nada penuh tekanan ataupun emosi yang biasa dia lakukan ketika mengganggu Margot setiap harinya.
Margot berlari mengejar Lee Ryder yang telah berjalan cukup jauh darinya.
Lee Ryder hanya menyunggingkan senyumannya ketika melihat gadis muda itu berlari menyusulnya dengan tergopoh-gopoh.