Saat mencoba menerobos ke tingkat kekuatan tertinggi, Xiao Chen—Raja Para Dewa Kultivator—terhisap ke dalam celah dimensi dan terdampar di dunia asing yang hanya mengenal sihir dan pedang.
Di dunia yang nyaris hancur oleh konflik antar ras dan manusia yang menguasai segalanya, kekuatan kultivasi Xiao Chen bagaikan anomali… tak dapat diukur, tak bisa dibendung.
Ia terbangun dalam tubuh muda dan disambut oleh Elvira, elf terakhir yang percaya bahwa ia adalah sang Raja yang telah dinubuatkan.
Tanpa sihir, tanpa aturan, hanya dengan kekuatan kultivasinya, Xiao Chen perlahan membalikkan dunia ini—membangun harapan baru, mencetak murid-murid dari nol, dan menginjak lima keturunan manusia terkuat bagaikan semut.
Tapi saat kekuatan sejati menggetarkan langit dan bumi, satu pertanyaan muncul:
Apakah dunia ini siap menerima seorang Dewa... dari dunia lain?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon GEELANG, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28 – Kebangkitan Qi dan Deklarasi dari Kastil Langit
Langit masih berwarna kelabu setelah pertempuran hebat di reruntuhan kastil. Sisa-sisa energi spiritual dan sihir bercampur, menciptakan badai energi yang mengelilingi wilayah itu selama berhari-hari.
Namun, di tengah kawah raksasa hasil pertempuran Bab 27—seorang pria berdiri tegak. Sosok itu adalah Xiao Chen. Tak bergerak, tak bicara. Hanya berdiri dalam diam, menyatu dengan hembusan angin dunia ini.
Kebangkitan dari Dalam Diri
Tubuhnya penuh luka, tapi tidak satu pun dari luka itu bisa menyembunyikan fakta—bahwa dia telah mencapai sesuatu yang belum pernah dicapai siapa pun di dunia ini:
> “Qi… telah membentuk jalan baru.”
Dunia ini, yang selama ribuan tahun hanya mengenal sihir, kini merasakan sesuatu yang asing merambat ke tanah dan langit. Akar spiritual dunia perlahan bangkit, menggeliat seperti akar pohon purba yang telah tidur panjang.
> “Ini bukan cuma kebangkitan kekuatan...”
“Tapi juga kebangkitan jalan hidup.”
Elvira: Murid yang Bangkit
Di dalam reruntuhan, Elvira duduk bersila, bermeditasi di dalam lingkaran batu. Di sekitarnya, energi spiritual melingkar seperti pusaran. Rambut peraknya kini berkilau dengan cahaya biru muda, tanda dia telah menembus ke tahap kultivator sejati Langkah Roh Langit Tahap Pertama.
Matanya terbuka perlahan, dan wajahnya berubah menjadi keteguhan yang belum pernah terlihat sebelumnya.
> “Qi ini... begitu hidup, begitu murni. Dunia ini… mulai berubah.”
Di dadanya, terdapat Segel Murid Utama Kastil Langit, simbol bahwa dia adalah murid pertama dari Xiao Chen, Raja Para Dewa.
Pengumuman dari Kastil Langit
Malam itu, Xiao Chen berdiri di puncak reruntuhan kastil yang kini telah dibersihkan dan diperkuat dengan formasi pelindung.
Suara Xiao Chen menggema ke seluruh dunia—melalui gelombang spiritual yang hanya bisa dilakukan oleh kultivator tingkat tertinggi.
> “Aku adalah Xiao Chen, pewaris dari Alam Kultivasi Tertinggi.”
“Dunia ini telah menolak Qi terlalu lama. Tapi aku tidak akan menyembunyikan kebenaran.”
“Mulai hari ini, aku mendirikan kembali Kastil Langit, tempat semua ras boleh datang dan belajar Qi—tanpa memandang darah, ras, atau sihir.”
“Aku tak mencari perang.”
“Tapi siapa pun yang menghalangi kebangkitan Qi…”
“Akan aku anggap sebagai musuh jalan langit.”
Reaksi Dunia
a. Kekaisaran Sihir Utama – Tahta Surgawi
Di pusat kekaisaran manusia, para bangsawan, penyihir agung, dan orakel tua berdiri di balkon menara tertinggi.
> “Qi?” tanya seorang kaisar tua. “Kekuatan dari legenda kuno?”
> “Tidak… ini lebih dari legenda…” jawab seorang penyihir tua.
“Ini adalah ancaman yang bahkan tidak bisa dihitung oleh sihir.”
Sementara itu, faksi ortodoks segera berkumpul, membahas apakah mereka akan memburu Xiao Chen atau mengirim duta.
b. Negara-negara Kecil dan Ras Minoritas
Di pegunungan yang dihuni para beastkin...
Di hutan yang menjadi tempat tinggal ras peri...
Di gurun yang tersembunyi dari manusia...
Suara Xiao Chen menyentuh hati mereka.
Banyak dari mereka yang telah ditindas oleh sistem sihir selama bertahun-tahun... Kini memiliki harapan.
> “Kultivator?”
“Mungkin ini... jalan baru untuk kami.”
Para Murid Pertama
Elvira berdiri di halaman kastil baru, kini dikelilingi oleh tiga murid baru dari ras berbeda:
Kaith, manusia buangan yang gagal menjadi penyihir karena tidak memiliki bakat sihir, tapi tubuhnya selaras dengan Qi.
Rin, beastkin wanita dengan darah rubah api, mampu menyerap energi alam secara alami.
Nara, elf muda yang dibuang karena tak bisa menggunakan sihir cahaya, tapi memiliki mata spiritual yang mampu melihat aliran Qi.
Mereka semua berlutut di hadapan Xiao Chen.
> “Mulai hari ini, kalian adalah muridku. Kalian akan berjalan di jalan kultivasi. Kalian akan menjadi... benih dari dunia baru.”
Membangun Kembali Kastil Langit
Xiao Chen membentuk Formasi Bangkit Langit—sebuah teknik arsitektur kultivasi yang memanggil roh tanah, kayu, batu, dan elemen alam.
Dalam satu malam, reruntuhan kastil berubah menjadi:
Sebuah istana pusat mengambang di atas kolam Qi.
Lapangan latihan dikelilingi pilar emas dan batu giok.
Aula meditasi berisi formasi waktu lambat, memungkinkan satu hari di dalam terasa seperti seminggu.
Kastil Langit telah lahir kembali—bukan hanya tempat tinggal, tapi pusat kebangkitan spiritual dunia.
Sinyal Perang dari Dunia
Namun tak semua menyambut Qi dengan damai.
Beberapa akademi sihir tertua mengirim pernyataan resmi:
> “Kami menganggap penyebaran kekuatan Qi sebagai penodaan terhadap keseimbangan dunia. Jika Xiao Chen dan murid-muridnya tidak menyerahkan diri, maka ini akan dianggap sebagai deklarasi perang terhadap dunia.”
Mereka bahkan mengirim lima penyihir tingkat agung untuk menyelidiki dan mengancam Kastil Langit.
Xiao Chen Tak Bergeming
Di hadapan para utusan sihir, Xiao Chen duduk di singgasana spiritual. Di sisi kirinya, Elvira. Di sisi kanannya, para murid.
Salah satu penyihir maju dan berkata:
> “Tuan Xiao Chen. Dunia ini tidak butuh Qi. Anda membawa ketidakseimbangan.”
Xiao Chen membuka matanya, dan berkata:
> “Dunia ini tak butuh ketidaktahuan.”
“Jika kalian ingin menyerang, maka lakukanlah.”
“Tapi ingat satu hal...”
Ia menunjuk ke langit.
> “Aku datang dari atas sana. Dan aku tidak datang untuk kalah.”