Tak ada cinta yang tersisa di dalam hati seorang Digo Uparengga. Semenjak pengkhianatan yang dilakukan oleh sang istri dengan adik kandungnya sendiri bukan hanya meninggalkan luka yang menganga di dalam hati Digo, tetapi kelainan impoten yang membuat dirinya di cap sebagai lelaki anomali.
Berbagai cara telah dia lakukan untuk menyembuhkan kelainannya. Namun, tak ada satupun yang berhasil. Hingga, ia bertemu dengan seorang gadis mabuk yang membuatnya Turn on untuk sekian lama. Tanpa pikir panjang, untuk meyakini dirinya telah sembuh dia pun meminta permintaan gila kepada gadis itu, yaitu menikah dengannya.
Apakah gadis itu bersedia menikah dengan Digo?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss Merveille, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cowok Aneh
lewat pukul sembilan pagi, Arumi baru terbangun dari tidurnya. Hal pertama kali yang ia rasakan adalah pening yang di sertai mual yang amat sangat menyiksa. Namun semua rasa itu, ia tampik ketika menyadari ia terbangun di tempat asing.
Matanya mengerjap-ngerjap cepat. Mencoba membias matahari yang masuk melalui jendela dan menusuk mata. Arumi bangkit dari tidur, duduk menyandar di ujung ranjang mencoba mengingat kejadian semalam.
Matanya membelalak lebar nyaris copot, setelah mengingat apa saja yang dia lakukan tadi malam ketika mabuk.
"Astaga." Reflek, Arumi menyibak selimut yang menutupi tubuhnya. Melihat dengan saksama tubuhnya yang masih memakai gaun mini lengkap.
Arumi menghela napas lega, setelah meyakini jika tadi malam dia dan lelaki bernama Digo tidak melakukan apa-apa. Nyaris, dia mati sampai tau dan mengingat jika semalam lelaki bernama Digo yang mengaku impoten menidurinya.
"Huh, jadi dia benar-benar impoten." Keningnya mengerut, alisnya naik turun mengingat setiap ucapan yang di katakan Digo tadi malam tentang kehidupan rumah tangganya yang hancur dengan mantan istri.
Namun, saat Arumi masih mengingat kejadian semalam, perutnya yang sudah tak lagi dapat menahan gejolak pun bereaksi lagi. Cepat-cepat, Arumi turun dari ranjang dan berlari masuk ke dalam kamar mandi.
Dia memuntahkan seluruh isi di dalam perutnya hingga terasa lega dan tak mual lagi. Membasuh mulut, tangan, dan wajah setelah itu.
Arumi memandangi wajah sayu bangun tidurnya di cermin wastafel. Terus mengingat nama, wajah, dan ucapan Digo yang membuat hatinya terusik. Lama dia termenung memutar memori kenangannya bersama lelaki asing di pesta tadi malam, hingga ponselnya berdering cukup keras membuat Arumi terperanjat kaget dan segera keluar dari dalam kamar mandi.
Nama Tessa tertera di layar ponsel sebagai si penelpon. Tak ingin membuang waktu, Arumi segera menggeser layar ponsel dan mengangkat panggilan tersebut.
"Tessa." Suaranya terdengar begitu lemah. Maklum, Arumi masih dalam keadaan hangover.
"Kau masih di motel?"
Kening Arumi mengerut. Binggung, karena bagaimana Tessa bisa tau dirinya sekarang berada di mana. Karena jujur saja, dirinya sendiri saja tidak tahu sekarang berada di mana.
"Mo... Motel?"
"Iya. Kau masih di motel bersama lelaki tampan dengan mata biru indah itu?" Di seberang sana, Tessa bertanya dengan nada yang ia sengajai meledek Arumi.
Penasaran dengan ucapan Tessa. Arumi berjalan mendekati jendela, melihat ke luar jendela memastikan dirinya sekarang berada di mana.
"Aku berada di De Wallen?" Gila! Satu kata yang tepat menggambarkan tempatnya kini. Lelaki impoten aneh itu membawanya ke kawasan prostitusi terbesar di Amsterdam. Bahkan Belanda.
Dari seberang telepon, Tessa tergelak kencang. Dia sudah dapat membayangkan bagaimana wajah panik dan terkejutnya Arumi yang kini berada di lembah dosa De Wallen.
"Kau tertawa, huh?"
"Ini sangat lucu. Aku pikir lelaki itu benar-benar orang Belanda asli. Dia bahkan langsung membawa mu surganya untuk menuntaskan hubungan kalian."
Mata Arumi melotot. Andai saja, Tessa tau jika lelaki yang dia temui semalam mengidap impoten alias miliknya tidak bangun dan tidak dapat mempertahankan er*ksi meskipun terdapat rangsangan seksual.
Sambil memijat kening Arumi berkata, "Aku akan pulang sekarang."
"Baiklah... Baiklah. Aku akan menunggu mu dan mendengarkan bagaimana hotnya lelaki tampan mirip Chris Hemsworth itu di ranjang."
Jengah dengan perkataan kotor Tessa, Arumi segera mematikan panggilannya membuang sembarang ponselnya ke tempat tidur dan kembali masuk ke dalam kamar untuk membersihkan badan barang sejenak.
Setelah selesai, Arumi segera keluar dari kamar dan meninggalkan motel. Berjalan dengan berhati-hati dan sedikit risih karena beberapa orang yang ia temui di sepanjang lorong motel adalah para pekerja **** komersil yang sedang menjalankan tugasnya tanpa kenal tempat. Bahkan di dalam lift pun, Arumi harus menyaksikan sepasang muda mudi dalam keadaan mabuk sedang bercumb* begitu mesra tak memedulikan Arumi dan status jomblo menyedihkannya.
Dasar cowok saiko. Awas aja kalau gue ketemu lagi, gue potong punyanya biar sekalian dia benar-benar gak punya masa depan.
Sepanjang perjalanan keluar dari motel, Arumi terus saja mengerutu. menyumpah serapah kepada Digo dan mengutuknya keras-keras dalam hati.
Arumi benar-benar tak dapat menyangka akan bertemu laki-laki macam Digo. Yang dengan tega membawanya ke kawasan De Wallen di mana semua orang mengenalnya dengan kawasan prostitusi tertua dan terbesar di kawasan Eropa bahkan dunia.
Dia pikir aku ini pelacur. Sialan. Padahal jelas-jelas aku sudah mengatakan jika aku ini masih perawan.
Entah mengapa lift berjalan begitu lamban. Rasanya seperti sudah setengah jam Arumi berada di dalam sana. Menyaksikan sepasang muda mudi yang berciuman begitu liar enggan berhenti atau tak rela barang sedetik melepaskan pagutan mereka.
Oh, tuhan mataku ternodai. Sial, sial, sial. Dulu aku hanya melihat tubuh Leon telanjang dada saja rasanya jantungku ingin meledak, sekarang aku harus menyaksikan dua orang yang sedang bernafsu bercumb* di depan ku. Digo, jika aku bertemu dengan mu milikmu benar-benar akan ku potongan-potongan.
Ting...
Akhirnya pintu lift terbuka. Gerah dan tak tahan lagi Arumi langsung berlari tak peduli menabrak seorang lelaki yang hendak masuk ke dalam lift.
Napasnya tersengal, Arumi akhirnya lega dapat keluar dari motel penuh dosa itu dengan selamat. Arumi mengibaskan tangannya, mencoba menetralkan kewarasannya yang beberapa detik lalu hampir saja hilang melayang pergi. Dia selamat, huh!.
Tak ingin berlama-lama berada di kawasan itu, Arumi berjalan tergesa-gesa. Menelusuri sepanjang jalan De Wallen yang terbentang sekitar enam hektar itu.
Kawasan yang berada di tepi kanal dekat pelabuhan itu sebenarnya begitu indah. Dengan kanal di tengah jalan berisi air mengalir. Rumah-rumah dari bata merah dengan arsitektur kuno Belanda berjejer rapi. Dan jika malam tiba pun, akan di pasang lentera lentera berwarna merah di setiap rumah bata berpintu kaca dengan beberapa plang bertuliskan 's*x shop', 's*x Live', atau 'motel'.
Untuk sebagai turis mancanegara mungkin kawasan De Wallen akan menjadi tempat wisata yang cukup unik dan tak akan mereka lupakan. Namun, hal itu tidak berlaku untuk Arumi yang notabene wanita lugu dan polos yang tolol karena tertipu oleh lelaki kere seperti Leon.
Meskipun telah lama tinggal di Amsterdam untuk meneruskan pendidikan sarjana bisnisnya, bagi Arumi kawasan De Wallen tidak kurang seperti red light Distrik di Bali. Kendati di Bali tidak separah De Wallen yang melegalkan prostitusi tetap saja bagi Arumi kedua tempat itu sarangnya dosa.
Walaupun Arumi berpikirnya demikian, dia tidak pernah membenci para pekerja **** komersil yang berada di De Wallen. Tak dapat di pungkiri oleh Arumi, jika kawasan De Wallen memang kawasan wisata yang tidak biasa.
Saat dia sudah keluar dari kawasan De Wallen, dan sedang menunggu taksi lewat. Maniknya menangkap sebuah mobil sedan hitam yang berhenti tepat di seberang jalan di mana dirinya berdiri. Dari balik jendela pengemudi, Arumi dapat melihat dengan jelas Digo duduk menyetir mobil.
Tanpa basa-basi, Arumi meneriaki mobil itu hingga membuat beberapa pejalan kaki menoleh serentak dan memandang aneh ke arahnya. Masa bodo, pikir Arumi. Yang hanya ada di dalam pikirannya adalah membalas perbuatan menyebalkan yang Digo lakukan kepadanya.
Mobil yang di kendarai Digo berhenti di depan Arumi. Digo keluar dari dalam mobil begitu santai sambil menenteng sebungkus roti dan kopi panas yang baru matang. Dengan sopan, lelaki berambut sedikit ikal itu menyodorkan roti dan kopi kepada Arumi. Namun, dengan kasar Arumi menolak dan malah menampik bungkus roti dan kopi hingga terjatuh.
"Saiko lo, ya," kata Arumi sambil menunjuk wajah Digo. "Lo bawa gue ketempat gituan. Lo pikir gue apa? *****? Sialan lo."
Digo nampak tak marah sedikit pun, lelaki berpostur badan tinggi tegap berotot itu justru tersenyum sambil melepaskan kacamata yang menghias indah di matanya.
"Eh cewek aneh yang baru patah hati di khianati pacar dan di eretin pacar. Lo dengerin gue baik-baik. Lupa lo semalam gue tanya alamat rumah temen lo di mana dan lo gak jawab-jawab? Malah teler di meja bartender. Masih bersyukur, ya lo gue taro di sini daripada gue taro dan biarin lo di jalanan bisa-bisa perawan lo benaran ilang."
"Sialan banget sih, lo." Tak terima dengan ucapan Digo yang seperti terdengar mengejeknya, Arumi lantas memukul tubuh lelaki itu. "Gue pikir ketemu orang satu negara bakal buat gue bahagia dikit. Nyatanya malah bikin gue sengsara."
"Apa lo kata?" Digo sudah mencengkram kedua tangan Arumi. "Sekarang lo harus bayar upah udah bantuin lo pas lo mabuk."
"Upah apaan, sih?" Kening Arumi mengerut. Tangannya terus menggeliat mencoba melepaskan diri.
"Cepat bayar, atau rahasia lo bakal gue sebar. CEO AM kosmetik di tipu oleh mantan kekasihnya." Digo berkata keras, tangannya ikut bergerak serentak dengan kata yang keluar dari mulutnya.
Mata Arumi melotot. "Eh bule gadungan, lo pikir gue juga ga punya rahasia lo, huh? Gue bisa sebarin rahasia impoten lo dengan tulisan MANTAN DIPLOMAT INDONESIA SEKALIAGUS CEO UPARENGGA GRUP TERNYATA MENGIDAP Kelainan IMPOTEN YANG DI SEBABKAN PERCERAIANNYA DENGAN MANTAN ISTRI."
"Heh, lo kok ngeselin sih." Digo sudah bersedekap dan menatap Arumi lekat.
"Lo duluan yang ngeselin."
"Inget kalau bukan karena gue yang bawa lu mabok, mungkin sekarang lo udah tinggal nama."
Arumi menggeram kesal. Di dalam hati, dirinya juga tidak dapat menampik kalau bukan berkat Digo mungkin sekarang dia sudah berakhir di rumah sakit atau kuburan seperti yang Digo katakan. Mabuk sendirian di tengah malam di negara orang. Yang mabuk di negara sendiri saja sering pulang tinggal nama, apalagi mabuk di negara orang. Tak ada yang tau maut ada di mana.
"Oke oke gue bakal bayar upah lo. Berapa sebutin aja sekalian kirim rekening lu juga."
Digo terdiam sejenak. Tangannya mengusap jengot di dagunya yang baru saja di cukur.
"Uhmm, gue gak minta uang sama lo."
"Lah terus apaan?"
"Pernikahan?"
"Hah, pernikahan maksudnya?"
"Gue mau lo bayar gue dengan lo bersedia jadi istri gue."
bingung euy
pokok e tampan bgt,hot duda wkwk
sebenarnya kamu baik kok,iya kan?
nikah dikit ya?