Terpaksa Menikahi Duda

Terpaksa Menikahi Duda

Digo Uparengga

Satu seperempat tahun yang lalu...

 

Senyap menyapa, Digo ketika tiba di flat apartemen mewahnya yang berada di pulau Dewata Bali. Keningnya mengerut bingung, karena tak biasanya apartemen tipe Penthouse itu sepi.

 

Digo mengambil seribu langkah cepat memasuki apartemen mewah yang hampir delapan puluh persen dindingnya terbuat dari kaca transparan yang langsung memperlihatkan laut lepas di belakang apartemen.

 

"What the hell happened here?" Digo tertegun dan nyaris tidak percaya, ketika samar-samar melihat ruang tamu apartemennya dalam keadaan begitu berantakan.

 

Ada sepasang baju wanita lengkap dengan ********** yang berserakan di atas maupun di bawah sofa, juga ada bekas bungkus makanan ringan dan kaleng minuman bersoda dalam jumlah banyak tercecer tak karuan memenuhi ruangan.

 

Maju beberapa langkah mendekati televisi layar datar yang di biarkan menyalah dan memutar serial Western, Digo kembali di buat tercengang dan tertegun kala matanya melihat sepasang baju milik lelaki asing yang di biarkan bergantung di atas meja kecil depan televisi.

 

Hatinya tiba-tiba saja terusik. Terganggu dengan pikiran negatif yang tidak tau datang dari mana dan langsung menerjang pikirannya.

 

Perlahan mata Digo terpejam, nyeri menyerang ulu hatinya. Di cengkeramnya baju berwarna hitam dengan tulisan band Amerika 'Avenged sevenfold' kuat-kuat, sebelum kemudian dia kembali mengambil seribu langkah naik ke lantai atas apartemen.

 

Dengan langkah gontai dan hati teriris seperti tau apa yang terjadi di sana, Digo menelusuri lorong lantai dua apartemen. Terlihat buliran air mata menggenang di pelupuk pipi. Digo menghapus air mata sialan yang tiba-tiba datang itu dengan kasar, mencoba menguatkan diri untuk mendekat ke arah ruangan di ujung lorong lantai yang pintunya sedikit terbuka. 

 

Langkahnya tiba-tiba terhenti tepat satu langkah lagi dari ambang pintu karena gendang telinganya yang mendengar begitu jelas suara desahan yang keluar dari mulut wanita yang amat dia kenal. Dan, seperti sudah tau apa yang terjadi di dalam ruangan itu, Digo menghempaskan baju yang berada di genggamnya, melangkah lebar dan mendobrak pintu kayu berwarna hitam pekat dengan kasar.

 

Matanya membelalak nyaris copot ketika mendapati seorang perempuan cantik nan seksi tengah duduk di atas tubuh seorang lelaki dengan penyatuan diri mereka.

 

"Di... Digo?" Perempuan itu kaget bukan main ketika melihat Digo berada di hadapannya.

 

Buru-buru, dia menutupi tubuh polosnya dengan selimut tebal yang sudah berantakan karena aktivitas panas yang dia lakukan. Tak lupa, dirinya juga melepaskan penyatuannya dengan lelaki yang tak lain adalah adik kandung Digo sendiri. Steve.

 

"Lo udah pulang, bang?" tanya Steven dengan begitu santainya. Dia bahkan tidak peduli dengan kehadiran Digo yang bak jelangkung.

 

"Apa yang kalian lakukan?" tanya Digo kepada kedua pasangan itu.

 

Perempuan berambut panjang, dan bernetra hitam meneduhkan itu maju mendekati Digo. Berusaha meraih tangan Digo, namun dengan cepat di tangkis oleh lelaki berusia tiga puluh tahun itu.

 

"Digo, ini gak seperti yang kamu pikir." Perempuan itu mulai terisak.

 

Sebuah senyum getir terlintas di bibir Digo. "Tidak seperti yang aku pikir? Lalu apa, hah? Lalu apa, Luna?" Teriakan Digo menggelegar memenuhi kamar dengan dinding kaca berbentuk L yang langsung menghadap ke lautan lepas.

 

"Kamu istri aku, Luna. Bisa-bisanya kamu selingkuh saat aku kerja di luar negeri sama adik aku sendiri."

 

Mata Luna memanas, dia tidak dapat mencegah air mata jatuh. Penyesalan dan rasa bersalah kepada suami yang telah dia nikahi lima tahun silam baru dia rasakan sekarang setelah hampir satu tahun lamanya, Luna bermain api bersama Steve adik iparnya sendiri.

 

"Maafin aku, Digo," Suaranya tercekat karena air mata yang turun deras. "Aku salah, maafkan aku."

 

Luna berusaha meraih tangan suaminya untuk dia genggam. Tapi dengan cekatan, Digo menepisnya lagi namun kali ini dengan satu langkah menjauh dari Luna.

 

"Jangan sentuh aku." Seru Digo sambil mengangkat jari telunjuknya. "Aku jijik sama kamu, Luna."

 

"Digo, aku mohon jangan kaya gini. Aku ngaku salah, maafkan aku." Luna maju dan masih berusaha meraih tangan suaminya. Tapi, Digo yang sudah tersulut emosi, dan rasa kecewa tak mau sedikitpun menyentuh istrinya. Dia begitu jijik dan hina melihat kelakuan kotor sang istri.

 

"Aku mati-matian kerja di luar negeri, demi bahagiain kamu. Tapi ini balasan kamu buat aku, Luna? Kamu gak punya otak Luna!" Lagi, Digo membentak Luna dengan begitu keras.

 

Luna tersentak kaget, karena selama tujuh tahun mengenal Digo tak pernah sekali pun lelaki itu membentaknya dengan begitu keras. Isaknya semakin terdengar begitu pilu. Luna begitu kalut, dan tak tau harus berbuat apa sekarang untuk membuat suaminya merendahkan amara yang memuncah itu.

 

"Sejak kapan kalian main di belakang aku?"

 

Steve yang masih tertidur dengan santai di atas ranjang sambil menyaksikan pertengkaran kakak dengan istrinya itu dengan santai menjawab

 

"Satu  tahun."

 

Mata Digo memincing kebencian kearah Luna. Dia mengusap wajahnya kasar, dan menggerutuki dirinya yang begitu bodoh hingga tak menyadari perselingkuhan istri dan adiknya sendiri itu.

 

"Satu setengah tahun kamu main api di belakang aku, Luna?"

 

Diam, Luna tak menjawab. Dia malu dan amat takut mengakui akan dosanya itu kepada suaminya.

 

"Kenapa, Luna? Kenapa kamu tega ngelakuin ini sama aku?" Kali ini giliran air mata Digo yang tak bisa di cegah untuk keluar.

 

Di pandanginya lekat-lekat wajah cantik meskipun tanpa make-up di hadapanya untuk menunggu jawaban. Tapi sayang, hingga beberapa menit hanya suara isakan yang memekikkan hati yang Digo dengar.

 

"JAWAB SAYA, LALUNA?!"

 

"Karena aku kesepian, Digo. Dan kamu gak pernah pulang ke Indonesia dan sibuk dengan pekerjaan diplomat kamu." Tak lagi ada air mata, Luna justru menjawab alasannya berselingkuh dengan amarah yang tiba-tiba muncul memenuhi relung hati.

 

"Haha, kamu bilang kesepian?" Digo menatap miris ke arah Luna yang sudah menengadahkan kepalanya menatap lekat wajah tampan blasteran Digo.

 

"Apa semua ini salah aku, Luna?"

 

Luna kembali menundukkan kepalanya. Diam seribu bahasa, dan menyadari jika penjelasannya hanya akan membuat semua terlihat jelas jika ini adalah kesalahannya sendiri.

 

"Dua tahun lalu, aku nyuruh kamu ikut dengan aku pindah ke Canada. Tapi kamu kekeh milih tetap tinggal di Indonesia karena ingin merintis karier modeling kamu. Apa ini salah aku juga, huh? Salah aku Luna?"

 

"Digo, aku benar-benar minta maaf. Aku janji gak akan ngulangin ini lagi."

 

Kepala Digo menengadah, menatap langit-langit temaram kamarnya. Hatinya benar-benar sakit, seperti teriris benda yang tidak kasar mata hingga meninggalkan bekas luka yang menganga.

 

"Aku janji, Digo, aku janji gak akan ngu..."

 

"Cukup!" Digo mengangkat tangannya. "Secepatnya aku akan mengurus surat perceraian kita, Luna."

 

Mata Luna membeliak sempurna, kepalanya menggeleng cepat merespons ucapan Digo yang bak seperti sebuah petir di tengah hari.

 

"Enggak! Aku gak mau pisah sama kamu, Digo. Aku gak mau."

 

Tanpa di duga, tiba-tiba Luna bersimpuh di bawah kaki Digo. Memeluk kaki suaminya sambil terus melanjutkan tangisan penyesalannya.

 

"Aku mohon jangan giniin aku, Digo. Aku gak terima. Aku gak mau pisah sama kamu."

 

"Terserah. Terima atau tidak terimanya kamu, ini keputusan terakhir aku." Dengan kasar dan tak lagi memperdulikan Luna, Digo menendang tubuh Luna hingga terpental dan mengenai dipan ranjang. Luna meringis, dan merasakan cairan kental berwarna merah keluar dari kepalanya.

 

Di sisa-sisa usahanya, Luna menatap Digo dan berusaha memasang wajah memelas agar lelaki itu kasihan dan merasa bersalah karena telah melakukan kekerasan kepadanya. Namun, sayangnya Digo malah tak memedulikan Luna dan melenggang pergi meninggalkan kamarnya begitu saja.

 

Pernikahan ini sungguh harus berakhir, Laluna. Kau telah melukai dan menghancurkan hatiku. Mengkhianati cinta suci yang ku berikan kepadamu.

 

 Bersambung...

Terpopuler

Comments

Uliex

Uliex

hadir... anak baru 😁😁

2021-10-06

0

IG. @Ar_Inthan99

IG. @Ar_Inthan99

aku mampir kak, semangat.😉

2021-09-07

0

Tita Dewahasta

Tita Dewahasta

halooo ak datanggggg

2021-09-07

0

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 64 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!