Ketika penggemar webtoon <Tower of God>, Arkan, tidak sengaja bertransmigrasi ke tubuh Neon Argarither dan menjadi bagian dari karakter webtoon <Tower of God> itu sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Echo Gardener, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6
Esentia' POV
Setelah mengikutinya sampai ke Lantai Ujian 21 Garis batas Menara bagian Dalam, tepatnya di Laut. Kini, orang yang ku ikuti hanya berdiam diri bagaikan patung melihat para Zigena yang tunduk padanya.
Dia mau apa lagi sekarang?
Aku penasaran apa yang dia pikirkan— atau mungkin sejujurnya aku sangat penasaran dengan orang yang bernama Neon Argarither ini.
Aku belum sepenuhnya percaya pada perkataan Ayahku sendiri tentang kekuatan orang yang katanya 'terkuat' di Menara. Kalau misalkan itu benar, kenapa tidak ada banyak yang mengetahuinya? Kenapa harus disembunyikan? Apa alasannya menyembunyikannya? Dan untuk menemukan jawaban dari semua itu benar atau tidaknya kalau dia orang terkuat di Menara, setidaknya aku harus mengikutinya ke mana pun dirinya pergi, kan?
"Esentia." panggil Neon tanpa melihat ke arahku.
Aku membalas panggilannya dan berjalan hingga berada tepat di sebelahnya.
"Menurutmu, siapa orang yang pantas bertanggung jawab pada pemusnahan Zigena ini?"
Aku terdiam sebentar untuk memikirkan jawaban yang berdasarkan dengan fakta, lalu setelahnya memberikan jawaban singkat padanya.
"Keluarga Yeon."
"Oh, alasannya?"
"Tentunya bisa diketahui dari perhiasan yang mereka kenakan, semuanya terbuat dari bunga Zigena. Bunga Zigena sendiri adalah bunga yang dapat menghasilkan permata unik yang dianggap sebagai salah satu permata terindah yang mana hanya tumbuh di dalam tubuh Zigena. Dan semua tentang ini disembunyikan agar mereka bisa memanennya, lalu pemusnahan ini juga mendapatkan perizinan langsung dari Pengurus Ujian Lantai 21, Noma atau mungkin bisa disebut sebagai salah satu penjilat Keluarga Yeon."
"Oh? Rupanya kau sangat mengetahuinya, Nak."
"Aku mengetahui ini dan berbicara hanya berdasarkan fakta yang ku lihat dan ku dengar."
"Ya... bagaimanapun mereka menyembunyikannya, pasti akan terungkap."
Setelahnya, orang itu tidak mengatakan apapun lagi dan mulai berjalan masuk ke mulut Zigena yang mulai terbuka dengan lebar. Tentunya aku juga berjalan untuk mengikutinya.
Sepanjang perjalanan di dalam tubuh Zigena, orang di depanku berbicara padaku tentang hal aneh yang belum pernah ku dengar sama sekali. Ayahku juga pernah bilang kalau Neon Argarither adalah seorang Irregular. Dan aku sangat yakin dia berbicara menurut pengalamannya di Luar Menara.
Rasanya... aku iri pada mereka, para Irregular. Aku yang terlahir di sini saja bisa tahu kalau sebenarnya untuk keluar dari Menara ini kita harus menyelesaikan semua Lantai. Itu artinya, aku dan yang lainnya yang terlahir di sini bagaikan tahanan yang terpenjara. Jika aku mengikutinya, bisakah aku—
"...tia... Esentia!"
"Ah, maaf, kenapa?"
Neon diam sebentar untuk melihatku dan berkata, "Kau kenapa, Nak?"
"Aku?"
Aku bisa melihat dia mengernyitkan dahinya. Sepertinya aku harus memberikan jawaban yang bisa memuaskannya.
"Tadi aku sempat berpikir... bagaimana rasanya tinggal di Luar Menara? Apakah di sana sebagus di Menara ini atau tidak... begitu."
"Kau ingin melihatnya langsung, Nak?"
"Maksudmu?"
"Luar Menara."
Deg!
Deg!
Deg!
Jantungku berdegup cepat, ini pertama kalinya aku merasakan perasaan seperti ini setelah beratus tahun lamanya aku bernapas.
Aku mau...
Menginginkannya...
Luar Menara!
"Bisakah aku ke Luar Menara? Tapi peraturannya kami seorang Regular harus menyelesaikan semua Lantai Menara."
Dan aku tidak seperti kalian para Irregular yang bebas kemanapun kalian pergi, lanjutku dalam hati.
"Aku bisa membawamu ke Luar Menara."
Apa katanya?
"Tapi tidak untuk saat ini, mungkin beberapa tahun lagi."
Aku terdiam sebentar untuk mencerna setiap kata-katanya.
"Apa itu benar?"
Neon melihatku dan menaikkan alisnya seperti mengatakan 'apanya yang benar'.
"Apa itu benar kalau kau seorang dengan nama Neon Argarither, bisa membawaku ke Luar Menara?"
Aku tersentak kaget melihat senyuman di wajahnya yang dingin sambil mengatakan 'ya', yang kemudian dirinya lanjut berjalan.
Ternyata... dia bisa tersenyum. Ku kira orang terkuat di Menara tidak bisa tersenyum? Apa jangan-jangan Ayahku... tunggu sebentar, dia memang pernah sepertinya tersenyum padaku saat aku panggil dia 'Ayah'. Jadi intinya, Neon akan tersenyum saat bilang 'ya'? Kalau begitu... aku akan tersenyum saat apa nanti? Hm... ini misteri yang harus ku pecahkan sendiri.
...****************...
Di Lantai Menara yang berbeda, seorang pria tinggi yang tercatat sebagai lelaki tampan berambut pirang, mata merah menyala dan mempunyai struktur tubuh sixpack (kekar) dengan sebuah tattoo nama dirinya dan simbol/lambang pohon bersayap di belakang tubuhnya, serta mengenakan topi yang terlipat ke belakang dan mempunyai penampilan seorang 'Rapper' itu sedang menunggu sebuah balasan pesan yang tak kunjung diterimanya.
"Ini aneh! Aku sudah mengirimnya lebih dari 17.760 kali dan orang itu bahkan tidak membalas satu pesanku?! Pasti ada yang tidak beres ini! Aku yakin tidak ada yang beres! Apa dia sedang dalam bahaya— tidak, tidak, tidak! Dia sendiri adalah orang terkuat di Menara ini, jadinya tidak ada bahaya yang datang padanya, tapi justru sebaliknya! Bagaimana ini, Yuze?"
Orang yang bernama Yuze diam sebentar dan berkata, "Anda ingin saya mengatakan hal yang jujur atau yang bohong?"
"Apa maksudmu?"
"Seperti maksud saya, Tuan Mazino."
"...lupakan. Kejujuranmu itu sangat menyakitkan."
"Baik, Tuan Mazino."
Tuan Mazino, alias Urek Mazino menghela napas lelah. Seorang yang tidak sabaran sepertinya kecuali hanya untuk perempuan, sekarang terlihat dia telah menunggu sangat lama hanya untuk mendapatkan balasan dari idolanya yaitu, Neon Argarither.
Urek Mazino sangat ingin tahu sekali keberadaan idolanya. Tapi sayangnya, Idolanya tampak tidak begitu memperdulikannya. Ini menyakiti hati kecilnya.
"Haa... rasanya aku ingin menangis saja malam ini." gumam Urek Mazino.
Yuze hanya melihat Urek Mazino dengan tatapan kosongnya, seakan itu sudah biasa terlihat oleh kedua matanya.
Yuze berpikir kalau Neon Argarither merupakan segalanya bagi Tuan Mazino. Yuze percaya kalau orang itu pasti ada sangkut pautnya dengan permasalahan Tuan Mazino yang berambisi untuk ke Luar Menara. Akan tetapi itu tidak terlalu pasti, namun Yuze tidak meragukan hal ini. Setelah memikirkan itu, dia jadi bertanya-tanya kenapa sesosok Yang Maha Agung seperti Neon Argarither tidak mau diketahui oleh seluruh makhluk yang ada di Menara. Sebuah pikiran lain yang mengganggu muncul di sudut pikirannya, jika seorang Yang Maha Agung saja tidak mau diketahui oleh yang lainnya, lantas kenapa mereka yang di bawahnya sangat ingin diketahui oleh yang lainnya? Bukankah ini terdengar lucu? Perbedaan pada orang yang dianggap sebagai orang terkuat dengan orang-orang yang mengaku sebagai orang terkuat. Dan ada juga sahabatnya Phantaminum, seorang Irregular dan juga Axis. Lalu seorang dengan julukan Menara Merah bernama Enryu yang tidak banyak diketahui tentangnya— mungkin tentang mereka bertiga.
Tiba-tiba, terdengar suara seperti seseorang sedang mendengus kesal.
Yuze menoleh ke sumber suara dan mendapatkan Urek Mazino tengah menahan kekesalannya.
"Ada apa lagi, Tuan Mazino?"
"Kau tahu kan si tua itu?"
Yuze menggelengkan kepalanya. Dia tidak mengetahui maksud perkataan Urek Mazino, nyatanya banyak yang terbilang tua di Menara ini, termasuk dirinya sendiri.
"Phantaminum!"
"Oh, kenapa memangnya?"
"Dia baru saja bilang kalau beberapa hari yang lalu dia dan beberapa administrator lainnya diundang ke pesta perayaan Neon!"
"Pesta perayaan?"
"Ya! Pesta perayaan kenaikkan tinggi badan Neon Argarither!"
"..."
"Sial! Aku tidak diundang dan si tua itu ingin aku kesal sampai mati karena aku tidak diundang? Memangnya dia siapa, huh?!"
Phantaminum seorang Irregular, High Ranker, Axis dan juga sahabat dari Neon Argarither, pikir Yuze.
Pip!
"Sepertinya ada pesan masuk, Tuan Mazino."
Kemudian Urek membaca isi pesan tersebut dan langsung mengernyitkan dahinya.
"Kenapa orang yang tidak pedulian seperti dia bisa bersama Neon?"
"Kalau boleh tahu, siapa yang Tuan Mazino maksudkan itu?"
"Khun Esentia Gustav. Phantaminum mengirimku pesan yang isinya, 'Khun Esentia Gustav mengikuti ke manapun Neon pergi'— hei, Yuze! Bukankah Esentia ini anaknya si Khun Eduan? Apa di dalam keluarganya memunculkan seorang penguntit?"
Bukankah kau sama dengannya, pikir Yuze.
"Aku tidak tahu pasti, tapi dilihat dari pesan yang disampaikan oleh Phantaminum ini bisa dikatakan kalau Khun Esentia Gustav adalah seorang penguntit." balas Yuze tanpa ekspresi.
"Aku jijik jadinya."
Hah, lucu. Kau jijik pada dirimu sendiri, pikir Yuze.