STOP PLAGIAT!!
Kisah Seorang gadis 23 tahun bereinkarnasi menjadi tokoh antagonis dalam novel kesayangannya..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anviqi Park, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 6. Pesta Teh (2)
Pesta teh yang seharusnya berjalan hangat kini berubah menjadi dingin karna dua gadis yang sibuk beradu pandang dengan aura peperangan. Satu sisi berdrama menjadi gadis baik dan satu sisi manusia yang haus akan darah.
Tak ada yang berani melerai atau sekedar mengeluarkan suara, mereka tidak bisa melarikan diri karna tuan rumah merupakan putri seorang Duke dan lawannya adalah seorang Kaisar dari kerajaan seberang.
Sebut saja perang batin antar bangsawan.
“Kenapa? Apa ucapan saya salah? Lady Theresa ingatlah satu hal, jika anda mengatakan bahwa saya dan baginda bertunangan atas dasar politik atau nafsu untuk menambah ‘koleksi pria’ . Anda salah besar”.
“I, itu.....”.
“Kebetulan semua orang berada di sini maka saya akan menjelaskan supaya tidak ada lagi rumor aneh yang beredar.
Pertunangan itu terjadi karna kami SALING MENCINTAI”. Jelas Freya dengan nada penuh penekanan di akhir kalimat.
Baik Theresa maupun tamu tertegun seketika, mereka tidak menyangka alasan yang keluar membahas tentang perasaan. Pasalnya Freya terkenal suka bertindak sesuka hati tanpa memikirkan perasaan orang lain. Gadis dingin dan egois.
“Jika kalian ingin tertawa, lakukanlah. Buktikan kalimatku saat baginda datang nanti, jika salah maka saya akan memenuhi permintaan lady Theresa”.
Theresa menatap dengan tatapan membunuh bahkan dikepalanya mulai berkumpul puluhan rencana pembunuhan Freya. Tak perlu meminta bantuan jasa pembunuh bayaran karna dia akan melakukanya sendiri.
“Lakukan apa?”. Seru sebuah suara membuat semua orang menoleh.
Di sana Arthur datang bersama Scarlet, penampilannya begitu gagah dengan stelan resmi bahkan pedang di pinggang membuatnya tampak seperti pria tangguh tak terkalahkan.
Freya terbelalak karna kedatangan Arthur secara tiba-tiba, mengira-ngira jika pria itu mendengar semua pembicaraan mereka.
“Hormat kepada baginda!!!”. Seru semua orang kompak kecuali Freya yang mematung salah tingkah.
Hal itu di sadari oleh Arthur dan perlahan ia mendekati tunangannya. Keberadaan Freya tepat di belakang Theresa membuat gadis itu salah sangka jika Arthur mendekatinya.
“Baginda saya....”. Kalimat Theresa terpotong karna pria itu melewatinya tanpa menoleh sedikitpun.
Saat Arthur berada tepat di depan Freya pria itu tersenyum manis membuat gadis di depannya bersemu seketika.
“Maafkan saya karna datang terlambat. Padahal seharusnya kita pergi bersama”. Ucap Arthur sembari mencium punggung tangan Freya.
Tindakan itu menjadi pukulan telak bagi Theresa karna selama mengenal Arthur, pria itu tidak pernah mencium atau bahkan menyentuh tangannya. Tapi dengan mudah Freya mendapatkan semua itu.
“Tidak apa-apa, saya juga belum lama di sini”.
“Begitu? Saya cemas meninggalkan anda terlalu lama”.
Cup~
Freya terbelalak karna tanpa terduga Arthur mengecup keningnya lama dan itu membuat kinerja jantung Freya menggila.
Semua orang yang melihat kejadian tersebut tak sanggup lagi untuk sekedar menutup mulut. Beberapa jam saja semudah banyak kejadian langka yang dapat di saksikan secara gratis.
“Lakukan seperti yang kau rencanakan”. Bisik Arthur membuat Freya tertegun. Namun butuh waktu dua detik bagi Freya mengerti alur kembali memperbaiki ekspresi wajahnya.
Freya melingkarkan tangannya pada leher Arthur memberikan senyuman menggoda andalannya.
“Bukankah kita berjanji untuk melakukannya saat berdua saja? Lihat semua orang jadi terkejut karna baginda”.
“Maafkan aku. Entah kenapa tubuhku bergerak sendiri karna terlalu lama jauh darimu”.
“Hmm dasar pria bermulut manis. Apakah mulut ini juga mengeluarkan kata manis pada gadis lain?”.
“Mana mungkin. Hanya padamu satu-satunya orang yang pantas mendapatkanya”.
“Hanya aku? Benarkah?”.
“Sepertinya aku harus menciummu lagi supaya anda percaya”.
“Iss dasar mesum”. Kekeh Freya sembari menyentuh puncak hidung Arthur yang mancung.
Situasi dingin mulai berubah menjadi hangat karna kemesraan dua insan tersebut, para tamu memuji keserasian Arthur dan Freya tanpa menyadari jika Theresa kini berdiri dengan tangan terkepal di sisi tubuhnya, saking kuatnya hingga kuku-kukunya memutih.
“Kalau begitu ayo pulang, lagian pestanya juga sudah selesai. Bukankah besok anda akan pulang, kita harus bersiap karna aku akan mengantarmu”.
“Ayo, aku juga sudah lelah”. Balasnya lalu menoleh pada Theresa.
“Karna pestanya sudah selesai jika tidak keberatan kami akan pulang lebih dahulu”.
Dengan enggan Theresa membungkuk membiarkan dua insan itu berlalu melewatinya.
“Sudah kukatakan bukan? Jangan mengucapkan omong kosong lagi”. Bisik Freya sebelum berlalu bersama Arthur yang melihat dengan wajah datar.
-o0o-
Situasi aneh terasa dalam kereta kuda milik Arthur, pasalnya sejak tadi Freya tampak salah tingkah bahkan wajahnya berubah merah muda saat mata mereka bertemu.
‘Manis’. Batin Arthur.
“Itu... Baginda kenapa anda berakting seperti itu? Apakah anda mendengar semuanya?”.
“Beruntung aku datang lebih cepat saat kalian mulai berdebat. Jadi aku bisa mendengar semuanya dengan baik dan masuk di waktu yang tepat”.
Fix Freya mulai membulatkan mental untuk membenamkan diri saat mandi nanti. Sangat memalukan.
“Bahkan tentang pertunangan kita yang terjadi karna saling mencintai”. Sambung Arthur penuh niat menggoda dan benar saja Freya menoleh dengan perasaan campur aduk namun tetap manis dan imut.
Kalian bisa membayangkan seekor tupai yang ketahuan mencuri kacang dari seekor black panther. Manis bukan?
“Saya mohon lupakan saja, anggap saya tidak berkata apapun”.
“Tidak mau. Memang kapan lagi saya bisa mendengar kalimat itu dari anda?”.
“Tapi kan....”.
“Sudahlah lagian tidak semua yang anda katakan salah”.
“Eh?”.
Arthur tidak memperdulikan wajah bingung Freya karna sibuk menganggumi Freya yang baru ia sadari tampak cantik malam ini, tidak sia-sia dirinya memanggil semua penata rias dan designer handal karna saat ini bukan gadis sadis berdarah dingin tapi seorang bidadari cantik duduk disisinya.
Tanpa sadar Arthur memeluk tubuh mungil tersebut membenamkan wajahnya di sela leher Freya. Mencium aroma wangi dan memabukkan, merutuki dirinya karna tidak menyadari hal ini sebelumnya padahal mereka sudah lama bertunangan namun tak pernah sampai sedekat ini.
“B, baginda”.
“Biarkan seperti ini, saya lelah sekali”.
Mendengar itu Freya terdiam dan membenarkan kalimatnya karna memang sejak tadi Arthur harus menghadiri rapat penting yang pastinya menguras tenaga. Mau tidak mau Freya membiarkan pria itu bersandar selama mungkin namun berharap debaran jantungnya tidak terdengar jelas.
Entah kenapa berada di samping Arthur jantungnya selalu berdebar tidak karuan bahkan saat mereka beradu pandang tubuhnya mulai terasa aneh. Freya menyangkal jika memiliki perasaan pada Athur melebihi rasa kagum pada tokoh pria kesukaannya tapi perasaan ini tidak bisa dibilang sekedar kagum.
Dia belum pernah merasakan desiran ini sebelumnya, bahkan dikehidupan nyata sekalipun Freya bekum pernah merasakan rasanya memiliki kekasih, bekerja dan kuliah adalah tujuan hidupnya dan Denada sangat membenci itu. Denada selalu memarahi dirinya jika berlebihan bekerja dan mengambil jam lembur atau sekedar melupakan waktu untuk mengisi perut.
aku suka..
semangatt sllu yah