NovelToon NovelToon
Selena

Selena

Status: sedang berlangsung
Genre:Bullying dan Balas Dendam / Reinkarnasi / Enemy to Lovers / Mengubah Takdir
Popularitas:694
Nilai: 5
Nama Author: aulia indri yani

Hidup untuk yang kedua kalinya Selena tak akan membiarkan kesempatannya sia-sia. ia akan membalas semua perlakuan buruk adik tirinya dan ibu tirinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aulia indri yani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

CHAPTER 21

Tangan Sofia bergetar pelan karena rasa sakit dan kebas. tangannya sedikit merah dan berdarah—Sofia merintih kesakitan.

Tak lama suara langkah kaki masuk kedalam kelas—tergesa-gesa dengan panik. Selena masuk kedalam kelas, mendekati Sofia.

Ia berlutut, memegang tangan Sofia. "Ya ampun, kau pasti kesakitan."

"Kemari biar aku lihat." Selena membujuk Sofia untuk duduk dibangku terdekat.

Ia mematikan kamera tersembunyi di dekat meja paling belakang—menghentikan bukti yang sudah cukup terkumpul. Ia memasukan kamera kecil itu didalam sakunya—sebelum kembali fokus menatap Sofia.

"Aku akan mengantar mu ke ruang perawatan." tanpa menunggu persetujuan Sofia—Selena menuntun Sofia keruang perawatan.

Sofia mengikuti tanpa bertanya, sesekali ia melirik Selena bingung dan merasa bersyukur. Selena tak hanya memberi tantangan dan juga tawaran, Selena juga bertanggung jawab atas tantangannya.

Perasaan hangat Sofia rasakan. Ia seperti merasakan sesuatu lembut—Layaknya seperti pertemanan. Tapi, Sofia tak boleh berargumen lebih dulu bahwa Selena ingin berteman dengannya.

Selena anak orang kaya—terpengaruh, ia tak mungkin berteman dengan gadis miskin seperti dirinya.

Bisa saja Selena seperti Karina, kan?

Sesampai diruang perawatan. Selena menuntun Sofia ke salah satu ranjang yang terlipat seprai putih rapih.

Melihat Selena dengan sigap mengambil perban dan anti septik membuat Sofia tertegun sesaat sebelum ia berbicara meski gugup. "Uh, Selena.. Biar aku saja—"

"Diam." perintahnya tajam namun hampir lembut.

Sofia langsung diam, patuh. Tidak terbiasa dengan kebaikan apalagi dari orang berpengaruh besar disekolah ini.

"Kau hebat membuat Karina mengeluarkan sifat buruknya." puji Selena—ia mulai meneteskan salah satu kapas dengan antiseptik di tangan Sofia yang terluka.

Sudut bibir Sofia terangkat tanpa sadar. "Benarkah? Aku kira aku buruk dalam drama." ia tersenyum kecil hampir tertawa.

Selena ikut tersenyum, bahkan menahan kekehan kecil. "Sebenarnya mengetahui sifat Karina sangatlah mudah. Dia mudah di provokasi dan mudah marah."

Sofia mengangguk, itu benar. Selama ini ia buta. Ia tak melihat kelemahan Karina. "Kau benar.." ia tertegun tidak percaya—memandangi Selena dengan kekaguman.

"Aku tidak tahu kau bisa begitu membaca emosi seseorang." puji Sofia dengan tulus. Memperhatikan bagaimana tangan Selena dengan lembut membalut luka ditangannya.

Selena tersenyum tipis, menyempurnakan simpul di perban ditangan Sofia. "Itu mudah. Jika kau pandai mengamati, kau bisa melihat sifat asli seseorang."

Sofia mengangguk tanpa sadar seperti sedang belajar dan mencerna ucapan Selena.

"Aku mengerti." bisiknya lembut. Melihat tangannya sudah terbungkus perban dengan sempurna dan rapih.

"Lebih baik, terimakasih." Selena hanya mengangguk sembari tersenyum lembut menyahutinya.

Selena mengambil ponselnya. Menulis sesuatu sebelum menunjukkannya kepada Sofia. "Uangnya sudah masuk kedalam rekeningmu."

Tubuh Sofia sedikit bergeser untuk melihat ponsel Selena—matanya membelalak dengan tubuhnya kaku sempurna, tangannya gemetar menunjuk layar ponsel Selena.

"Seribu lima ratus AUD?!"

Raut wajah Sofia yang terkejut dan membelalak membuat Selena tertawa. Untuk pertama kalinya dalam hidupnya—ia tertawa lepas.

Mungkin dengan harga segitu kecil bagi Selena namun beda bagi Sofia. ia memakluminya—ia tersenyum, memegang lembut bahu Sofia meyakinkan.

"Ya, ini untukmu. Kau sudah membantuku untuk mengerjai Karina. Harga yang pantas denganmu—"

Suara Selena terhenti tiba-tiba karena Sofia memeluknya—tubuhnya gemetar dan kaku. Tidak ada yang pernah memeluknya begitu dengan rasa bersyukur.

Suara Sofia terisak pelan, tubuhnya gemetar menahan tangisan yang semakin keras. Ia bersyukur bertemu dengan selena—yang baik dengannya dan murah hati.

"Aku tidak bisa berkata-kata." suara Sofia mengecil dengan tangisan disela-sela ucapannya.

Dengan gerakan kaku Selena mengelus punggung Sofia. Ia tidak terbiasa menenangkan seseorang.

"Tak masalah, kau pantas mendapatkannya." bisiknya meyakinkan. Ia membalas pelukan sofia—meski kaku dan tampak waspada.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Senyuman Sofia semakin melebar saat sang ibu membuka matanya setelah mendapatkan perawatan—fasilitas gratis dari Selena.

Ia memeluk tubuh ibunya—tubuhnya gemetar dengan perasaan lega dan bersyukur, ia hampir kehilangan ibunya.

Namun tuhan seperti mengirimkan hadiah untuknya—Selena.

Senyuman sang ibu—Lily Blunt. Lemah namun bahagia saat melihat putrinya. Ia pikir tidak akan pernah melihat putrinya untuk selamanya.

Sementara Selena hanya berdiri dibelakang Sofia—memperhatikan Sofia bisa kembali dengan ibunya.

Nafasnya sedikit tersendat pelan namun dengan cepat kembali tenang. Melihat Lily, ia memikirkan mendiang ibunya—Ana.

Selena tidak cemburu, hanya merasa rindu kepada ibunya. Sofia beruntung memiliki orang yang menyayanginya—Meski Selena masih memiliki seorang ayah, ia tak pernah merasakan peran itu untuk kehidupannya.

Setelah berbincang dengan ibunya, Sofia berbalik menatap Selena. Senyumnya cerah dengan rona tipis dikedua pipinya, ia menggenggam tangan Selena.

"Aku sangat berterimakasih denganmu Selena.. Sangat, berkatmu ibuku kembali sadar dan normal." Suara Sofia penuh rasa bersyukur dan rasa terimakasih yang mendalam.

Selena membalas remasan lembut tangan Sofia, "Sama-sama.. Kau berhak bahagia."

Sofia hanya mengangguk sebelum berbicara lagi. "Aku berhutang budi denganmu Selena.. Jika kau butuh sesuatu dariku, aku akan dengan suka rela membantumu!" Tawaran Sofia tampak antusias dan semangat.

Selena hanya terkekeh, mengangguk lagi. "Ya, aku hanya minta sesuatu." suaranya ragu namun hati kecilnya menginginkan itu dibalik rasa dingin menyelimuti hatinya.

Alis Sofia terangkat penasaran. "Ya? Katakan saja."

Hening sejenak, Selena seperti mempertimbangkan sesuatu yang sakral baginya. Seperti hal yang tak terduga baginya—ia melirik Sofia.

"Aku ingin kau berteman denganku."

Sejenak Sofia, membeku. Ia tak menyangka Selena meminta hal sederhana namun bermakna kepadanya.

Tanpa berbicara apa lagi ia langsung memeluk Selena. Berjinjit senang, tak menyangka ia memulai pertemanan dengan Selena. "Oh, aku mau! Aku sangat ingin berteman denganmu!"

Selena tersenyum tipis, ia sedikit kewalahan dengan sikap riang Sofia meski Selena sendiri tidak keberatan. "Itu bagus."

Lily tersenyum melihat putrinya memiliki lingkungan pertemanan yang baik. Dan memiliki teman yang baik seperti Selena yang tak memandang status mereka dan membantu begitu banyak untuk keluarga mereka.

"Terimakasih nona Wiranata." Lily membungkukkan sedikit bahunya memberi hormat atas kemurahan hati Selena.

Selena menggeleng pelan, menolak kehormatan itu. Itu berlebihan baginya, "Tidak, jangan panggil aku seperti itu. Cukup Selena saja."

Lily mengangguk, kagum dengan sikap rendah diri Selena. "Tentu, kau sangat baik kepadaku dan putriku. Kami berdua berhutang budi kepadamu."

"Tak masalah, aku hanya membantu sedikit."

Sofia cemberut, meski tidak serius. "Oh, ayolah! Kau tidak membantu sedikit. Kau membantu sangat banyak!"

Selena terkekeh pelan, "Teman saling tolong menolong kan? anggap saja sebagai hadiah awal pertemanan kita dariku."

Sofia mendengus, ia tak percaya mengapa Selena begitu baik hati. Berbeda dengan Karina yang sombong—selalu mengaitkan sebagai 'Nona Wiranata' dan memiliki rasa tidak sopan kepada orang tua.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!