"Jika aku bisa memiliki keduanya kenapa aku harus memilih salah satu saja." Alkama Basri Widjaya.
"Cinta bukanlah yang kamu butuhkan, pilih saja ambisimu yang kamu perjuangkan mati-matian." Nirmala Janeeta.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dyawrite99, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7
Kama telah menginjakkan kakinya di Amerika.
Ditemani Dirga sang asisten mereka telah sampai setelah menempuh perjalan selama belasan jam dengan menaiki jet pribadi miliknya. Perjalanan yang cukup melelahkan.
Saat di Indonesia Nirmala ikut mengantar Kama sampai bandara. Ingin rasanya Kama menculik dan mengajak Nirmala ikut serta kemana pun ia pergi. Namun itu adalah mustahil yang akan Nirmala penuhi.
Saat tiba rombongan Kama langsung menuju tempat tinggal mereka selama di Amerika. Jadwal Kama sudah teragenda selama di Amerika.
Untuk hari ini Kama hanya akan ke kantor miliknya memeriksa pekerjaan.
"Selamat datang tuan. Mobil anda sudah siap." Seorang pengawal membawa Kama menuju kendaraan yang akan mengantar mereka ketujuan.
Seharian itu Kama langsung bekerja. Banyak berkas dan peninjauan lokasi yang harus ia datangi.
Setelah malamnya Kama kembali ke penthouse miliknya. Waktu bahkan sudah menunjukkan pukul sepuluh malam waktu Amerika.
Kama mengambil handphone pribadi miliknya untuk menghubungi Nirmala. Tadi setibanya ia di Amerika ia hanya mengirim pesan bahwa ia telah mendarat.
Namun Nirmala belum menjawab. Sekarang waktu malam Amerika artinya di Indonesia waktu siang hari.
Lama panggilan Kama tidak terjawab. Kemana Nirmalanya. Apa ia sedang sibuk mengurusi acara acara pernikahan kliennya yang tiada habisnya itu. Kadang Kama berharap usaha itu bangkrut saja supaya Nirmala tidak sibuk bekerja terus. Cukuplah dirinya saja yang bekerja keras.
Karena panggilannya tidak dijawab Kama putuskan untuk mandi terlebih dahulu.
Setelah keluar dari kamar mandi dengan handuk yang masih melilit pinggang liat Kama, handphone miliknya berdering menandakan panggilan dari seseorang.
Kama pastikan panggilan tersebut dari Nirmala.
"Hai." Sapa Nirmala riang.
"Jam segini kamu baru selesai mandi?" Mereka sedang melakukan panggilan video.
"Hmm." Jawab Kama singkat. Ia meletakkan handphone miliknya di atas nakas dan berjalan ke walk-in closet mengambil celana untuk ia pakai.
"Sayang aku dicuekin ya."
Kama menghampiri Nirmala di layar handphone.
"Aku abis pakai celana sayang. Tadi kan baru selesai mandi."
"Malam banget mandinya. Abis dari mana saja?"
"Banyak. Kamu kayaknya gak bakalan tertarik juga kalau aku jelasin."
"Iya sih. Jadi, aku mesti nanya apa."
"Dari pada itu mendingan kamu bilang kangen saja ke aku."
"Idih. Baru juga sehari."
Kama tersenyum mendengar jawaban Nirmala.
"Sebenarnya aku yang kangen. Pengen liat adik kembar kamu."
"Sttt.. aku lagi di kantor nanti kedengaran yang lain. Malu!"
"Ngapain malu sayang. Aku jujur kok. Aku masih terbayang bayang sama perempuan berpakaian pelaut. Pelaut yang suka makan lolipop."
"Al! Kenapa bahas itu."
"Masih berasa sayang yang semalam. Mau lagi."
Wajah Nirmala merona malu. Inilah yang ia tidak suka jika bertingkah seperti kemarin malam. Kama suka sekali membahas dan mengulang ulang apa yang menjadi kesengannya itu. Mana tidak tahu tempat lagi laki laki satu ini.
"Yah, sayang kok lolipop aku jadi berdiri."
"Ih Alll.. aku matiin nih telponnya."
"Jangannn, sayang.."
Tanpa menunggu lama Nirmala mengakhiri panggilan mereka. Kama mengumpat kesal.
Kama jujur jika miliknya benar benar berdiri. Entah efek Nirmala benar benar luar biasa. Hanya melihat wajah ditambah kenangan akan malam kejutan Nirmala selalu berputar dengan sendirinya di pikiran Kama.
Mencoba sekali lagi menghubungi Nirmala namun panggilan itu ditolak. Satu pesan Nirmala kirim setelah menolak panggilan video Kama.
'Aku mau pergi makan siang sama Malika.'
Kama urung untuk menghubungi Nirmala. Sekarang tinggal Kama yang memikirkan bagaimana menurunkan hasratnya yang tiba tiba on fire.
Dengan kesal Kama kembali ke kamar mandi tidak lupa membawa handphone miliknya.
Nirmala tidak boleh tahu jika ia banyak menyimpan foto dan potongan video mereka saat berhubungan. Semua itu Kama ambil dengan sembunyi sembunyi.
Kama sengaja menyimpan itu semua untuk menuntaskan rindu dan hasratnya yang kadang naik jika ia dikondisikan sekarang yang berjauhan dengan Nirmala.
****
Malam ini Kama akan pergi ke pesta pernikahan anak laki laki pertama Mr. Zahid, Arsenio Zahid.
Kenapa Kama sering terlibat dengan perusahaan dan keluarga Mr. Zahid itu karena ia sedang menjalin kerjasama dengan keluarga itu.
Keluarga Mr. Zahid memiliki bisnis yang luas dari segala bidang industri dan Kama membutuhkan kerjasama itu untuk memperluas wilayah bisnis ke negara ini.
Kama memasuki ballroom hotel yang telah disulap begitu megah. Ada banyak para pelaku bisnis yang Kama jumpai di acara ini.
Di tengah keramaian Kama berjumpa Mr. Zahid dan Juwita anak perempuan Mr. Zahid.
"Selamat malam, Kama. Terimakasih sudah menghadiri pesta kami."
Kama membalas senyum Juwita. Kemudian ia menjabat tangan Mr. Zahid.
"Selamat malam Mr Zahid. Saya ucapkan selamat atas pernikahan putra anda."
"Terimakasih. Saya senang Mr. Widjaya mau hadir di pesta kami malam ini."
"Suatu kehormatan saya bisa hadir disini."
"Baiklah Kama saya harus bertemu dengan tamu lain. Selamat menikmati acara kami. Juwita tolong temani Mr. Widjaya."
"Baik Daddy."
Kini tinggalah Kama dan Juwita berbincang berdua.
Mereka berdua sudah cukup dekat satu sama lain. Dulu mereka adalah teman masa kecil ketika Kama masih di sekolah dasar saat ia tinggal di Amerika.
Keluarga Mr. Zahid sudah berjaya dari dahulu. Usaha dan bisnis dimana mana namun memang lebih banyak di negara lain seperti Singapura dan Amerika. Kama butuh itu semua untuk menambah relasi dan memudahkan jalan bisnisnya semakin berkembang luas.
"Waktu itu kita belum banyak mengobrol. Sebagai rekan bisnis ada baiknya kita saling mendekatkan diri bukan."
"Ya, tentu. Malam ini sepertinya saya punya banyak waktu untuk berbicara." Ajak Kama.
"Tentu." Juwita tersenyum seraya menyesap minum yang ia terima dari seorang waiter.
Setelah acara pernikahan selesai Kama dan Juwita memisahkan diri. Keduanya menuju sebuah club sebagai tempat berbincang.
Ada ketertarikan Juwita pada Kama. Dan itu pastinya disadari oleh Kama.
Kesempatan ini Kama gunakan untuk menarik ulur dan menjadikan dirinya dapat masuk ke lingkungan keluarga Juwita yang memiliki power di dunia bisnis.
Malam itu keduanya sama sama minum dan menikmati hiburan di club sampai hilang kesadaran. Walau demikian Kama tetap membawa Dirga disekelilingnya untuk menjaga dan mencegah hal hal yang tidak diinginkan.
Namun ditempat lain seorang laki laki tengah menikmati minuman ditemanin seorang wanita.
"Ahh.."
"Lakukan dengan cepat jal*Ng."
Namanya El Barack, orang orang memanggilnya Bara. Ia adalah saudara tiri Kama yang sama sama memiliki ambisi menguasai kekayaan ayah mereka. Keduanya saling membenci satu sama lain.
Bara mencengkram rambut wanita itu, menuntun kepala wanita itu bergerak sesuai ritme yang ia inginkan.
Hela nafas puas keluar dari kerongkongannya. Perasaan lega dan puas telah didapatkan. Setelah itu Bara pergi meninggalkan si wanita dan membenahi penampilannya.
Berjalan menuju handphone miliknya di atas nakas. Bara menghubungi seseorang.
"Jadi kemana mereka pergi."
Bara menyesap sekali minumannya.
"Club? Berbicara bisnis di club malam. Cerdik sekali saudara ku itu. Mencari mangsa untuk dijadikan senjata rupanya."
Sebenarnya Kama dan Bara sangat jarang bersinggungan sebelumnya. Bara lebih banyak menghabiskan waktu diluar negeri. Ia yang selama ini terpenuhi materi oleh ayahnya hanya menjalankan tugas yang diberikan oleh ayahnya saja tidak lebih. Bara tidak mau terlibat lebih jauh dalam bisnis keluarga sebelumnya namun untuk sekarang ia harus berjuang mendapatkan kepercayaan untuk memimpin semua bisnis keluarga. Bara tahu kalau Kama tidak akan berbaik hati untuk berbagi jika ia yang nantinya terpilih menjadi penerus selanjutnya.
Persaingan ini bermula ketika pembicaraan ayah mereka saat pembagian kekayaan milik ayah mereka yang telah diberitahukan pada keduanya beberapa bulan yang lalu. Isi pembagian itu memberitahukan bahwa hanya ada satu orang yang dipilih untuk memimpin semua bisnis keluarga mereka dan itu adalah orang yang dapat mengembangkan perusahaan mereka keberbagai Negera.
Jadilah keduanya saling bersaing untuk membuktikan bahwa siapa yang lebih pantas menggantikan posisi ayah mereka sebagai pemimpin semua gurita bisnis keluarga mereka.