Larasati , seorang gadis desa yang lugu dan sederhana, harus menghadapi takdir pahit ketika sepupunya, Gea, kabur di hari pernikahannya dengan seorang pria kaya bernama Nathan karena hamil dengan lelaki lain.
Orang tua Gea, yang merasa posisi perusahaan mereka terancam bangkrut jika pernikahan ini sampai gagal dan membuat keluarga Pratama malu, memaksa Laras, keponakannya untuk menggantikan posisi Gea sebagai pengantin.
Nathan, yang merasa tertipu dan marah, terpaksa menerima pernikahan itu demi menjaga nama baik keluarganya, meskipun hatinya dipenuhi kebencian pada Laras yang dianggap sebagai biak kerok yang menyebabkan Gea kabur di hari pernikahan mereka.
Intrik dan persaingan dalam perebutan kekuasaan di keluarga Pratama menyeret Laras kedalam pusaran kekacauan yang tiada henti.
Akankah Laras bisa menanggung semua ini?
Menjalani pernikahan tanpa cinta dengan suami yang hatinya masih terpatri nama orang lain?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon julieta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KESEPAKATAN
Nathan yang melihat Laras keluar sambil membawa koper kecil, hanya mengernyit heran tapi dia tak mengatakan apapun dan langsung masuk kedalam mobil, membiarkan Laras memasukkan kopernya kedalam bagasi sorang diri.
Hartati yang melihat semua kejadian itu dari balik kaca jendela merasa sangat senang karena tampaknya nama sang anak masih melekat kuat dalam hati Nathan.
Hal ini akan sangat bagus bagi Gea sehingga begitu anak haram yang dikandungnya itu lahir dan kondisinya sudah pulih seperti sebelumnya, maka gelar nyonya muda Pratama akan tetap menjadi milik Gea.
Laras yang tak tahu pikiran rumit Hartati, hanya menoleh sekilas sebelum dia masuk kedalam mobil dan tak lagi menoleh ke belakang.
Selama perjalanan hanya keheningan yang ada didalam mobil karena kedua orang yang berstatus sebagai suami istri itu sibuk dengan ponsel yang ada ditangan mereka hingga keduanya tiba di kediaman utama keluarga Pratama.
Melihat mobil putranya tiba, Pratiwi menelisik penampilan Laras dari atas kebawah, berusaha untuk mengkritiknya jika salah kostum.
Tapi penampilan anggun dan bersahaja dengan riasan natural yang ditampilkan Laras, membuat Pratiwi tak memiliki alasan untuk mencela sehingga dia memikirkan cara lain untuk membuat Laras merasa tak nyaman.
“Ingatlah! Kamu hanyalah seorang pengganti. Jika suatu saat nanti Gea kembali, maka kamu harus melepaskan posisi ini untuk menantuku yang sesungguhnya!”, Pratiwi berkata tajam untuk mengingatkan Laras akan posisinya ketika mereka tiba dikediaman utama keluarga Pratama.
Laras yang menyadari ketidak sukaan Pratiwi yang selalu tampak berusaha untuk membuatnya merasa tak nyaman ketika bertemu, hanya tersenyum lembut.
“Tenang saja tante, jika bukan karena balas budi terhadap pakdhe dan ancaman yang keluarga tante berikan, aku juga tak sudi bersanding dengan putra tante yang seperti kanebo kering itu”, balas Laras tak kalah tajam.
Uhukkk...uhukk....
Laura yang ada disamping sang mami tersedak ludah mendengar ucapan pedas kakak iparnya yang mengatakan jika Nathan seperti kanebo kering.
Kritikan pedas yang beru pertama kali ini, ada wanita yang berani mengatakan hal buruk itu didepan kakakknya, membuat Laura pun semakin menyukai kepribadian Laras yang lugas dan tajam.
“Kamu...”, Pratiwi yang hendak membalas ucapan pedas Laras dihentikan oleh Gerry yang tak ingin istrinya melanjutkan pertengkaran tak berarti ini.
“Sudahlah mi, jangan diperpanjang lagi. Mama dan papa sedang menunggu kita didalam”, ucapan Gerry sambil merangkul istrinya dan membawanya masuk kedalam kediaman utama sebelum mengeluarkan kata-kata yang akan memperkeruh suasana.
Meski kesal dikatakan sebagai kanebo kering, tapi Nathan tetap menggandeng tangan Laras untuk menunjukkan jika pernikahan yang dijalaninya harmonis.
“Ingat tugasmu dan jangan bikin aku malu disini”, bisik Nathan penuh penekanan.
Laras hanya mengangguk sambil tersenyum melihat beberapa sepupu Nathan datang menyambut kedatangannya.
Semua orang tampak sudah memakai topeng terbaik mereka untuk memainkan peran mereka hari ini dengan sebaik-sebaiknya.
Laras yang melihat wajah penuh kemunafikan semua orang hanya bisa tersenyum lembut, menggunakan topeng terbaik yang dia miliki untuk memainkan perannya besarnya hari ini, sebagai menantu keluarga Pratama yang baik hati dan lembut.
Melihat sikap Laras selama pertemuan pagi ini, sesuai dengan harapan dan ekspektasinya, nyonya tua Pratama pun merasa sangat puas.
Apalagi ketika semalam dia baru saja mendapatkan kabar jika pemilik asli HD Group sebenarnya adalah orang tua Laras yang akan diwariskan kepadanya secara sah ketika ulang tahunnya yang ke dua puluh tahun yang akan digelar dua bulan mendatang, membuat Hana semakin bertambah puas lagi karena dia tahu jika HD Group hanyalah wajah yang ditampilkan, dibelakangnya ada industri besar yang menopanganya, dan ini hanya segelintir orang yang mengetahuinya sehingga jika hal sebaik ini ada didalam Pratama Group maka posisi mereka di dalam dan luar negeri akan semakain kuat.
Tak ada anggota keluarga Pratama yang tahu mengenai hal itu kecuali Gerry, sehingga mereka hanya menduga jika Hana menyukai kepribadian Laras yang polos dan lemah lembut itu.
Sebuah kepribadian wanita yang mudah diatur tapi gampang untuk ditindas dan disingkirkan sehingga membuat semua orang tak terlalu menganggap penting Laras yang mereka anggap bisa disingkirkan dengan mudah.
Yang mereka tunggu hanyalah Nathan melakukan kesalahan sehingga hubungan keduanya hancur dan membuat nyonya tua tak senang, maka keluarga yang selalu menjadi duri itu bisa disingkirkan selamanya.
Gerry yang melihat sikap menantunya merasa sangat puas sehingga dirinya pun ingin segera membuat kesepakatan dengan gadis itu secepatnya.
Begitu ramah tamah yang penuh kepalsuan itu selesai, Laras segera pergi keruang kerja Gerry setelah Aldo, asisten pribadi Gerry menjemputnya.
Ketika Laras hendak melangkah pergi bersama Aldo, satu tangan Nathan mencengkeram lengan Laras yang membuat langkah gadis itu terhenti.
“Ada apa papi memanggilmu?”, tanya Nathan penuh selidik.
“Entahlah ”, jawab Laras sambil mengangkat kedua bahunya.
“Jika penasaran, kamu bisa ikut denganku menghadap papi”, ucap Laras menambahkan.
Aldo yang melihat Nathan masih mencoba menghalangi Laras pun segera bersuara. “Mari nyonya, tuan Gerry sudah menunggu anda diruang kerja”.
Apa yang Aldo ucapkan selain untuk membebaskan Laras dari cekalan Nathan juga sebagai jawaban jika papinya itu hanya menginginkan Laras bukan dirinya untuk ikut dalam pembicaraan yang entah apa itu.
Pratiwi yang juga mendengar ucapan Aldo sedikit mengernyit heran karena dia sendiri juga penasaran kenapa suaminya memanggil Laras dan berniat untuk menanyakannya sendiri nanti.
Sementara itu, Laras yang baru saja masuk kedalam ruang kerja Gerry, berusaha untuk tetap menanpilkan sikap tenang meski hatinya berdebar tak karuan karena merasa jika apa yang akan Gerry bicarakan dengannya, sangat penting dan cukup berbahaya.
“Selamat datang di keluarga Pratama Laras”, sapa Gerry sambil tersenyum hangat.
Senyum ramah Gerry, membuat Laras langsung memasang sikap waspada karena dia tahu, pria yang terlihat ramah ini sebenarnya lebih dingin dan kejam daripada anaknya, Nathan.
“Anda tak perlu terlalu berbasi-basi tuan Pratama. Langsung saja, apa yang anda inginkan dari saya?”, ucap Laras to the point.
Melihat sikap Laras yang tegas dan waspada terhadapnya, Gerry terkekeh pelan.
“Santai saja Laras. Aku tak akan menggigitmu, jadi jangan terlalu waspada seperti itu”, ucap Gerry terkekeh pelan.
Melihat jika menantu dadakannya itu merasa tak nyaman dengan basa-basinya, Gerry pun langsung ke tujuannya memanggil Laras keruang kerjanya.
“Kamu tahu bukan, jika posisi Nathan sebagai pewaris utama masih belum aman. Kaburnya Gea, cukup menggoyahkan posisi itu”
Begitu Gerry membuka percakapan, Laras sudah bisa menebak apa yang diinginkan oleh pria itu darinya.
“Saya hanyalah seorang pengganti tuan, jika anda lupa akan hal itu. Anak anda juga telah memberikan saya surat kesepakatan, untuk keinginan anda ini, saya rasa akan sulit untuk bisa saya realisasikan”, jawab Laras lugas.
Gerry yang sudah tahu mengenai surat kesepakatan yang Nathan buat, hanya bisa menyesal tindakan gegabah putra sulungnya itu yang didasarkan pada emosi tanpa melihat keuntungan besar dibelakangnya.
“Kamu tak perlu takut, aku tak akan menyuruhmu menyalahi point yang ada dalam kotrak pernikahan itu. Tugasmu hanyalah mendekati nyonya tua dan membuatnya yakin jika Nathan adalah pilihan yang tepat, hanya itu”, ucap Gerry bernegoisiasi.
“Apa keuntungan yang akan saya dapatkan jika semua itu bisa terwujud?”, tanya Laras tanpa basa-basi.
Gerry yang melihat sikap Laras yang terus terang, merasa sangat senang karena dia tak harus bertele-tele menjabarkan semuanya.
“Keluarga Pratama akan menjadi pendukung utamamu dalam setiap hal yang akan kamu lakukan dimasa depan”
Melihat Laras masih tak bergeming, Gerry sadar jika tampaknya menantunya itu tak mudah dibujuk sehingga diapun langsung mengeluarkan kartu trufnya.
“Aku akan membantumu mengungkap misteri kematian kedua orang tuamu. Didalam berkas itu, ada sedikit petunjuk mengenai hal itu, meski tak banyak tapi seiring berjalannya waktu, aku janji akan membantumu mengungkap semuanya, dan untuk itu kamu perlu dukungan nama besar keluarga Pratama dan sumber daya yang ada didalamnya”.
Kedua mata Laras bergerak cepat, menatap amplop coklat didepannya dengan pikiran sedikit rumit.
“Bukalah, agar kamu yakin jika aku bisa membantumu”, ucap Gerry lagi.
Dengan segera, Laras pun membuka amplop coklat tersebut dengan hati berdebar. Meski hanya sedikit, tetapi petunjuk kecil itu bisa membuka jalan bagi pencariannya selama ini yang mengalami jalan buntu.
Lara berusaha menetralkan detak jantungnya sejenak sebelum dia melipat amplop coklat tersebut dan menyimpannya didalam tas kecil yang dibawanya.
“Baik, saya setuju bekerja sama dengan anda tuan Pratama”, ucap Laras sambil mengulurkan satu tangannya untuk berjabat tangan.
Gerry pun menyambut uluran tangan itu dengan gembira. “Jangan terlalu sungkan, panggil saja papi, dan senang bekerja sama denganmu, Laras”.
“Saya akan berusaha diwaktu pernikahan ini untuk menyelesaikan semuanya, papi”, jawabLaras.
“Aku juga akan memberikanmu hasil yang kamu harapkan selama apa yang kamu lakukan cukup memuaskan”, ucap Gerry berjanji.
Keduanya saling mengangguk, tanda bahwa kesepakatan tersebut mulai berlaku detik ini juga.
Setelah selesai, Laras pun keluar dari dalam ruang kerja Gerry dengan wajah datar tanpa eskpresi agar tak menimbulkan banyak pertanyaan dari orang lain.
thanks teh
😍💪
thanks mbak 🙏😍💪