30 Tahun belum menikah!
Apakah itu merupakan dosa dan aib besar, siapa juga yang tidak menginginkan untuk menikah.
Nafisha gadis berusia 30 tahun yang sangat beruntung dalam karir, tetapi percintaannya tidak seberuntung karirnya. Usianya yang sudah matang membuat keluarganya khawatir dan kerap kali menjodohkannya. Seperti dikejar usia dan tidak peduli bagaimana perasaan Nafisha yang terkadang orang-orang yang dikenalkan keluarganya kepadanya tidak sesuai dengan apa yang dia mau.
Nafisha harus menjalani hari-harinya dalam tekanan keluarga yang membuatnya tidak nyaman di rumah yang seharusnya menjadi tempat pulangnya setelah kesibukannya di kantor. Belum lagi Nafisha juga mendapat guntingan dari saudara-saudara sepupunya.
Bagaimana Nafisha menjalani semua ini? apakah dia harus menyerah dan menerima perjodohan dari orang tuanya walau laki-laki itu tidak sesuai dengan kriterianya?"
Atau tetap percaya pada sang pencipta bahwa dia akan menemukan jodohnya secepatnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 7 Penolakan
"Kenapa Nafisha harus dijodohkan dengan laki-laki seperti itu? kenapa?" tanyanya marah-marah ketika tamu di rumahnya sudah pulang.
"Nafisha, jika kamu tidak ingin berusaha untuk mencari calon suami. Umi dan Abi akan berusaha, kalau tidak melakukan usaha maka hasilnya tidak ada," ucap Saras menekankan.
"Tetapi tidak harus dengan laki-laki yang usianya jauh di atas Nafisha. Dia bahkan seusia dengan Abi!" tegas Nafisha menekan suaranya semakin lelah.
"Nafisha, kamu itu seharusnya bersyukur, Umi sama Abi masih berusaha untuk membantu kamu menemukan calon suami. Kamu dalam usia seperti ini masih sempat-sempatnya memilih, sudahlah nikahi aja apa yang ada," sahut Della yang ikut berkomentar.
"Kakak enak sekali bicara. Nafisha yang menjalani semuanya!" ucapnya dengan tegas.
"Nafisha kamu itu sudah 30 tahun sudah waktunya untuk menikah..."
"Kakak 33 tahun dan sekarang menjadi janda bukan," sahut Nafisha memotong pembicaraan Della yang membuat Della langsung terdiam.
"Shuttt!" tegur Abi.
"Kenapa? kalian selalu menjadikan umur sebagai patokan untuk menikah. Lalu menikah di usia muda apakah menjamin rumah tangga akan utuh. Abi jangan hanya memikirkan diri sendiri dengan menjodohkan Nafisha dengan orang yang ini dan orang yang itu," ucapnya.
"Nafisha, tapi kamu tidak boleh berbicara seperti itu kepada Kakak kamu. Tidak ada yang menginginkan untuk menjadi janda, itu sudah menjadi takdir,"
"Dan ini juga menjadi takdir Nafisha. Nafisha bukan tidak ingin menikah, tetapi kenapa Abi dan Umi tidak pernah mencoba untuk memahami Nafisha," ucapnya dengan tegas dan Della sejak tadi hanya diam saja yang sudah di ulti adiknya itu.
Dia memang selalu mengingatkan umur Nafisha, tetapi Della tidak menyadari bahwa pernikahannya kandas dan apa yang dibanggakan menikah di usia muda.
"Jadi Nafisha mohon jangan lanjutkan perjodohan ini dengan laki-laki itu!" tegas Nafisha menghela nafas kemudian meninggalkan ruang tamu.
"Nafisha, Umi dan Abi belum selesai bicara, Nafisha!" panggil Umi.
Nafisha tidak merespon langsung memasuki kamar duduk di pinggir ranjang terlihat sangat kesal.
"Apa yang ada di pikiran Umi dan Abi, apa tidak ada laki-laki lain, selain orang seperti itu," Nafisha terlihat begitu geli sampai mengangkat kedua bahunya mengingat pria tua yang datang ke rumahnya untuk melamarnya.
****
"Uhukkk!" Denny yang langsung terbatuk bahkan minuman yang diminum dia hampir saja memuncrat ke wajah Nafisha yang kaget mendengar cerita Nafisha.
"Jorokkkkk," keluh Nafisha merasa jijik.
"Sorry, sorry, sorry, aku benar-benar tidak menyangka jika orang tua kamu menjodohkan kamu dengan laki-laki yang usianya sama dengan Abi kamu," ucap Denny.
"Itu adalah kenyataannya dan bagaimana mungkin aku tidak kesal," ucap Nafisha dengan mulutnya yang sejak tadi tidak berhenti mengunyah.
"Ya, ampun Nafisha kamu benar-benar kasihan sekali. Ada-ada saja yang dilakukan orang tua kamu," ucap Denny.
"Tetapi yang mereka lakukan tidak pernah sesuai dengan apa yang aku inginkan dan lihatlah, siapa yang tidak kesal coba," ucapnya.
"Aku sudah mengatakan kita lebih baik menikah saja, kamu sih, terus menolakku," seloroh Denny.
"Denny, kamu jangan mulai ya, suasana hatiku sedang tidak baik-baik saja dan aku tidak ingin mendengar candaan kamu!" tegas Nafisha menatap dengan horor.
"Iya-iya becanda," sahut Denny dengan tersenyum.
"Nafisha. Pak Arthur!" tegur Denny saat melihat atasan mereka sedang menelpon yang kebetulan lewat dari tempat mereka. Nafisha dan Denny langsung berdiri dengan menganggukkan kepala.
Arthur tampak cuek dan tetap saja menelepon.
"Pak, mau pesan bubur juga?" tanya seorang penjual gerobak tersebut.
"Seperti biasa," jawab Arthur membuat penjual tersebut langsung membuat pesanan Arthur.
Setelah Arthur mendapatkan pesanan langsung meninggalkan tempat tersebut, tanpa melihat ke arah Denny maupun Nafisha.
"Aku baru tahu kalau pak Arthur level juga makan makanan seperti ini," ucap Nafisha yang menoleh ke belakang melihat bagaimana atasannya itu kembali memasuki Perusahaan.
"Makanya, jangan hanya melihat orang dari cover saja, biasanya orang-orang yang cuek dan tanpa higienis seperti Pak Arthur itu biasanya orangnya merakyat," ucap Denny.
"Masa iya," ucapnya yang kembali melanjutkan makannya.
******
Nafisha yang mendapatkan tanggung jawab dari Perusahaan terlihat berusaha bekerja keras untuk menemukan ide peluncuran produk terbaru.
"Nafisha kamu masih lama selesainya, ini sudah waktunya pulang," ucap Nadien terlihat membereskan mejanya.
"Tanggung sedikit lagi, aku harus menyerahkan dulu kepada pak Arthur untuk diperiksa," jawabnya.
"Harus sekarang?" tanya Nadien.
"Benar, kamu jangan pulang dulu dan antarkan langsung ke ruangan Pak Arthur ya," ucap Nafisha.
"Kamu kebiasaan apa-apa pasti menyuruhku untuk ruangannya. Nafisha tanggung jawab ini diberikan kepada kamu dan kali ini kamu yang harus menemui Pak Arthur dan mempertanyakan ide kamu," tegas Nadien.
"Nadien aku harus mengerjakan sesuatu," jawabnya yang ada saja alasannya.
"Tetapi aku juga harus pulang, ada janji makan malam dengan suamiku," ucap Nadien yang berdiri dari tempat duduknya.
"Nadien kamu tega banget," ucap Nafisha dengan suara manjanya.
"Semangat temanku dan teruslah berjuang," ucap Nadien dengan memberikan semangat menggunakan tangannya.
"Isss, Nadien tega banget," keluh Nafisha membuat temannya itu hanya melambaikan tangan dengan senyum tak berdosa dan langsung pergi.
Nafisha terlihat cemberut melihat di sekitarnya dan satu persatu orang-orang sudah mulai meninggalkan meja mereka masing-masing. Nafisha memang harus lembur kerja, karena tanggung jawab yang diberikan kepadanya bukan main-main.
Nafisha kembali melanjutkan pekerjaannya dengan sangat serius tanpa melihat waktu.
"Alhamdulilah! Akhirnya selesai," ucapnya Nafisha menghela nafas.
"Baiklah, sekarang sebaiknya aku antarkan ruangan Pak Arthur. Biasanya jam segini dia belum pulang," ucap Nafisha berdiri dari tempat duduknya dengan membawa map tersebut.
Nafisha mengatur nafas di depan ruangan atasannya itu dan kemudian mengetuk pintu tersebut.
"Masuk!" sahut dari dalam sesuai dengan dugaan Nafisha, bahwa atasannya itu belum pulang.
Nafisha mengumpulkan seluruh keberaniannya dengan penuh keyakinan yang beberapa kali menarik nafas panjang dan melangkah memasuki ruangan tersebut dengan menundukkan kepala saat melihat atasannya tampak fokus pada laptopnya.
Tidak henti-hentinya Nafisha mengatur nafasnya dan kemudian sudah berdiri di dekat Arthur.
"Ada apa?" tanya Arthur.
"Ini, Pak. Saya ingin menunjukkan rancangan yang sudah saya buat sebelumnya. Bapak saya periksa terlebih dahulu. Agar saya bisa tahu mana yang salah dan harus diperbaiki," ucapnya terlihat sedikit gugup.
"Letakkan saja di meja saya," ucap Arthur membuat Nafisha mengganggukan kepala.
Arthur ternyata langsung mengambil dokument tersebut untuk memeriksanya dan tidak lupa juga dia menggunakan pulpen dan sangat teliti melihat dokumen tersebut.
Nafisha tampak begitu gugup dengan kepalanya berkeliling melihat ruangan itu.
"Kenapa? Kamu baru pertama kali masuk ke ruangan saya!" tegur Arthur membuat Nafisha kaget ternyata gerak-geriknya diperhatikan sejak tadi.
Nafisha tidak menjawab dan memilih untuk diam.
"Makanya, jangan merasa bos di perusahaan ini yang apa-apa harus memerintahkan orang lain. Kamu tidak punya tangan dan tidak punya kaki, sehingga kamu menyuruh orang lain untuk meminta tanda tangan saya," sindir Arthur yang membuat Nafisha hanya diam saja dengan menundukkan kepala.
8 tahun bekerja di perusahaan itu dan memang baru ini pertama kali dia memasuki ruangan atasannya. Nafisha memang sangat malas berurusan dengan atasan dan lebih baik menyuruh orang lain mewakilkannya dan selama ini dia tidak pernah ditegur.
Bersambung.....
tapi aku kok agak takut Agam bakalan balas dendam yaa...dia kan aslinya laki2 begajulan
wanita sholekhah jodohnya pria yg sholeh.nafish gadis yg baik kasihan banget dapet laki2 keong racun hia huaa