Alana Xaviera merasa seperti sosok yang terasing ketika pacarnya, Zergan Alexander, selalu terjebak dalam kesibukan pekerjaan.
Kecewa dan lapar akan perhatian, dia membuat keputusan nekad yang akan mengubah segalanya - menjadikan Zen Regantara, pria berusia tiga tahun lebih muda yang dia temui karena insiden tidak sengaja sebagai pacar cadangan.
"Jadi, statusku ini apa?" tanya Zen.
"Pacar cadangan." jawab Alana, tegas.
Awalnya semua berjalan normal, hingga ketika konflik antara hati dan pikiran Alana memuncak, dia harus membuat pilihan sulit.
📍Membaca novel ini mampu meningkatkan imun dan menggoyahkan iman 😁 bukan area bocil, bijak-bijaklah dalam membaca 🫣
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Red_Purple, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 6 : TCB
"Alana?"
Zen berucap pelan dengan wajah yang mulai terlihat panik saat tidak melihat Alana berdiri disana. Dia melangkahkan kakinya kesana-kemari, matanya menjelajahi sekitar tapi tetap tidak menemukan keberadaan wanitanya.
Sementara itu, Alana tengah bersembunyi di balik salah satu pintu toilet. Beberapa waktu lalu dia meminta izin pergi ke toilet pada Cindy saat sahabatnya itu mengatakan jika dia dan suaminya juga akan menonton film.
Cindy adalah teman baiknya semasa kuliah dulu, dan Cindy cukup mengenal Zergan sebagai kekasihnya. Apalagi suaminya Cindy adalah salah satu kenalannya Zergan, bisa bahaya jika mereka melihatnya jalan berdua dengan Zen.
Suara ketukan pintu membuat Alana terkesiap, "Si-siapa?"
"Ini aku," jawab Zen, dia langsung menuju ke toilet yang Alana arahkan saat wanita itu mengirimkan pesan padanya.
Pintu toilet terbuka secara perlahan dengan wajah Alana yang mulai muncul dari balik pintu.
"Kenapa? Kamu datang bulan?" tanya Zen.
"Bukan," masih dengan wajah paniknya Alana menggeleng pelan, "Ini lebih gawat dari itu,"
Alana membuka pintu lebar-lebar, dia melangkahkan kakinya keluar dan tidak melihat siapa-siapa selain mereka berdua disana. Sebelum masuk tadi Zen sudah memastikan dulu jika toilet itu kosong.
Zen meraih tangan Alana dan menggenggamnya, "Kita keluar sekarang, sebelum ada yang melihatku ada di toilet wanita dan mengira kita sedang berbuat mesum." ujarnya, kemudian menarik tangan Alana keluar.
Namun, masalah tak berhenti sampai disana. Alana kembali terkejut saat mereka sudah keluar dari toilet dan melihat Cindy yang sedang berjalan di kejauhan menuju ke arah mereka. Cindy ingin melihat Alana karena merasa sahabatnya itu sudah terlalu lama pergi ke toilet, bahkan dia dan suaminya juga tidak menemukan keberadaan Zergan di gedung bioskop setelah mereka mencarinya.
"Zen." Alana menahan kuat tangan Zen yang sedang menggenggamnya, membuat langkah pria itu ikut terhenti. "Sepertinya kita tidak bisa lewat sana, temanku sedang menuju kemari. Bisa bahaya jika dia sampai melihatku jalan denganmu."
Zen mengikuti arah pandang Alana dan melihat seorang wanita yang sedang jalan dengan terburu-buru menuju ke arah mereka. Saat wanita itu sudah semakin dekat, Zen terpaksa menarik tangan Alana dan mendorong tubuh wanita itu ke tembok. Dia berdiri di depan Alana dan menghimpit tubuhnya untuk menutupinya supaya tidak terlihat oleh temannya itu.
"Dasar anak muda, bermesraan tidak tahu tempat," batin Cindy saat melewati sepasang kekasih yang seperti sedang berciuman mesra.
Toilet yang sebelumnya sempat kosong kini sudah mulai terisi kembali dengan kedatangan pengunjung lain. Setelah memastikan Cindy masuk kedalam toilet, Zen menjauhkan tubuhnya kembali.
"Hampir saja," Alana menarik napas lega.
"Kita pergi saja dari tempat ini," Zen meraih tangan Alana kembali dan menggenggamnya.
"Tapi bagaimana dengan filmnya?" tanya Alana. Zen sudah membeli tiket nonton, dan dia tidak ingin mengecewakannya.
"Lain kali saja nontonnya, kita cari tempat yang lebih aman untuk bersenang-senang." Zen menarik tangan Alana dan membawanya menuju ke arah basement dimana dia memarkirkan mobilnya.
-
-
-
"Aku barusan menelfon Zergan. Dia bilang sedang ada diluar kota untuk perjalanan bisnis."
Cindy terkejut mendengar penuturan suaminya, tadi dia sudah mencari-cari keberadaan Alana ke toilet tapi tidak menemukannya. Dan dia juga sudah mencoba menghubungi nomor Alana tapi Alana tidak mengangkat telefon darinya.
"Sudahlah, mungkin Alana kesini dengan temannya karena Zergan sibuk." ucap Roy, suami Cindy. "Kamu tunggu disini dulu, aku akan beli tiketnya."
Cindy hanya mengangguk kecil. Sejak menikah dengan Roy satu tahun lalu, dia dan Alana memang jadi jarang bertemu karena kesibukannya sebagai istri. Tapi sesekali Cindy akan menghubungi dan menemui Alana untuk sekedar melepas rindu.
"Ini pasti ada apa-apa, Alana tidak biasanya menghindar seperti ini," gumam Cindy.
Sepanjang film berputar, Cindy benar-benar dibuat tidak fokus karena terus memikirkan tentang Alana. Terakhir dia bertemu dengan Alana dua bulan lalu, dan sahabatnya itu mengutarakan keinginannya untuk segera menikah seperti dirinya, namun sampai sekarang Zergan bahkan belum ada niatan untuk datang melamar.
-
-
-
"Ini lebih spesial dari menonton film di bioskop," Zen menunjukkan dua tiket kereta gantung ditangannya pada Alana.
Alana tersenyum lembut dengan mata berbinar, sudah lama sekali dia tidak naik kereta gantung sejak teman-temannya satu persatu menikah dan memiliki kehidupan baru masing-masing.
"Kenapa tadi kamu tidak berterus terang saja pada temanmu itu, kalau kamu mau pergi nonton denganku," ujar Zen.
"Jangan gila, itu sama saja aku cari mati," sahut Alana cepat. "Suaminya Cindy adalah kenalannya Zergan, dia bisa mengadukan pada Zergan jika tahu aku jalan berdua denganmu."
Zen mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti, "Berarti mulai sekarang kita harus cari tempat yang sepi dan tertutup kalau pergi. Misalnya hotel mungkin,"
"Zen!"
Zen tertawa melihat wajah kesal Alana, dia menarik tangan wanita itu begitu kereta tiba, mereka naik dan duduk di kursi paling ujung. Kereta gantung melaju perlahan, membawa keduanya menyusuri rel yang melintasi lembah dibawah langit sore yang cerah.
"Zen, lihat itu. Cantik kan," Alana menunjuk ke sekelompok burung yang terbang berjejer.
Zen mengangguk, namun tatapannnya tertuju pada wajah Alana yang sedang memandang keluar jendela kaca dengan senyuman yang terus bertengger diwajah cantiknya.
"Ya, cantik. Sangat malah." jawab Zen pelan.
Alana mengeluarkan ponselnya dari dalam tas untuk mengambil foto, panggilan tak terjawab dan beberapa pesan masuk dari Cindy bahkan sengaja dia abaikan. Dia tidak ingin momen romantis bersama pacar berondongnya terganggu.
"Zen, mendekat kesini. Kita ambil foto selfie berdua," panggil Alana dengan kamera depan yang sudah diarahkan kearah mereka.
Beberapa foto mulai Alana abadikan saat Zen sudah mendekatkan wajahnya. Sepulang nanti dia akan menyalin dan memindahkan foto-foto itu kedalam laptopnya sebagai kenang-kenangan.
Matahari mulai terbenam, mewarnai langit dengan warna oranye ketika mereka berdua turun dari kereta gantung. Zen membawa Alana kembali ke mobil untuk mengantarkannya pulang sebelum larut.
Ditengah perjalanan, mobil yang mereka naiki terasa bergoyang-goyang dan melengkung ke satu sisi. Zen menginjak rem perlahan dan memarkir mobil di pinggir jalan.
"Sial, sepertinya bannya kempes." gumamnya dengan nada kesal.
"Kamu tunggu disini, aku akan keluar untuk memeriksa," ucapnya pada Alana yang dijawab anggukan kecil oleh wanita itu.
Zen membuka pintu dan melangkah ke belakang mobil. Tangannya mulai menggali bagasi untuk mencari ban serep yang seharusnya ada disana.
"Astaga, aku lupa bawa!" ucapnya saat hanya menemukan tas perlengkapan dan beberapa bungkusan yang sudah tidak terpakai.
Matanya mulai melirik ke sekeliling untuk mencari bantuan. Tapi di jalan itu cuma ada pohon-pohon besar dan angin yang berhembus perlahan. Sepertinya malam ini mereka berdua akan terjebak disana.
Zen menatap Alana dari arah belakang, wanita itu masih duduk santai di jok depan sambil melihat-lihat kembali foto-foto yang diambilnya tadi di handphonenya.
Zen meletakkan kedua tangannya di pinggang, dia menghela napas panjang dan menghembuskannya secara perlahan, "Astaga, ini musibah atau cobaan,"
-
-
-
Bersambung....
mo komen di paragrap gak bisa,, lagi repisi katanya🤧🤧
gonjang-ganjing hubungan
selamat berpusing ria ya lana 😂
Kalo zergan, Dateng lagi Jan diterima ya rin.dia ngebuang kelean sebegitu enaknya
sory ini ya Alana Mungin agak jahat. tapi Karin cerita aja dech.
biar bisa dapet selotip yang baek
"Zen.... lanjutkan" 😆🤣🐅