Halwa adalah siswi beasiswa yang gigih belajar, namun sering dibully oleh Dinda. Ia diam-diam mengagumi Afrain, kakak kelas populer, pintar, dan sopan yang selalu melindunginya dari ejekan Dinda. Kedekatan mereka memuncak ketika Afrain secara terbuka membela Halwa dan mengajaknya pulang bersama setelah Halwa memenangkan lomba esai nasional.
Namun, di tengah benih-benih hubungan dengan Afrain, hidup Halwa berubah drastis. Saat menghadiri pesta Dinda, Halwa diculik dan dipaksa menikah mendadak dengan seorang pria asing bernama Athar di rumah sakit.
Athar, yang merupakan pria kaya, melakukan pernikahan ini hanya untuk memenuhi permintaan terakhir ibunya yang sakit keras. Setelah akad, Athar langsung meninggalkannya untuk urusan bisnis, berjanji membiayai kehidupan Halwa dan memberitahunya bahwa ia kini resmi menjadi Nyonya Athar, membuat Halwa terombang-ambing antara perasaan dengan Afrain dan status pernikahannya yang tak terduga.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon my name si phoo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7
Halwa sudah sampai di rumah lamanya yang sekarang sudah kosong dan hanya ada bangku di teras rumahnya.
Ia masuk kedalam dan segera mandi sebelum Afrain datang menjemput.
Setelah mandi, Halwa segera mengganti pakaian sekolahnya dengan pakaian yang sudah ia siapkan untuk pergi dengan Afrain.
Sambil menunggu kedatangan Afrain, ia menunggu di dalam sambil duduk di bawah.
Ia membuka ponselnya dan melihat kalau sekarang sudah jam enam malam.
"Apa Kak Afrain sudah berangkat kesini?" gumam Halwa sambil menghela nafas panjang.
Ia takut jika Yunus akan menemukannya disini sebelum Afrain datang.
Tak berselang lama Halwa mendengar suara motor Afrain yang sudah sampai di rumah Halwa.
"Kak Afrain. Aku kira kakak kesini jam tujuh." ucap Halwa yang merasa Legas ketika melihat Afrain sudah datang menjemputnya.
Afrain turun dari motornya dan memberikan helm kepada Halwa.
"Aku nggak sabar, Hal. Pengen jalan sama kamu." ucap Afrain.
Setelah memakai helmnya Halwa naik ke atas motor sambil memeluk tubuh Afrain yang mulai melajukan motornya.
"Halwa, kita ke Mall yang lain saja, ya? Aku sudah beli tiket bioskop." ucap Afrain.
Halwa menganggukkan kepalanya dan setuju dengan apa yang dikatakan oleh Afrain.
Satu jam kemudian mereka telah sampai di Mall Mega bintang.
Afrain menggandeng tangan Halwa dan mengajaknya masuk kedalam bioskop.
"Aku beli pop corn sama minuman dulu, ya. Kamu tunggu disini."
Halwa tersenyum kecil ke arah Afrain yang membeli pop corn dan minuman ringan.
Tidak butuh waktu lama untuk Afrain membeli semuanya.
Halwa dan Afrain berjalan memasuki lorong gelap menuju studio tempat film akan diputar.
Lampu-lampu kecil di lantai memantulkan cahaya redup, dan suara denting musik trailer terdengar samar dari balik pintu tebal studio.
“Ayo, Hal. Sudah mau mulai,” ucap Afrain sambil tersenyum, menggenggam tiket di tangannya.
Begitu mereka duduk di deretan tengah, Afrain meletakkan pop corn di antara mereka dan menyerahkan minuman ke Halwa.
“Kalau kamu takut scene-nya serem, bilang ya. Aku siap dipeluk,” canda Afrain.
Halwa tersenyum tipis sambil mencubit lengan Afrain yang meledeknya.
Film pun dimulai dan Afrain mengambil popcorn yang ia beli.
"Hal, dimakan dulu."
Halwa menoleh ke arah Afrain yang sedang menyiapkan di sela-sela film.
Afrain memberanikan diri untuk menggenggam tangan Halwa.
Halwa merasakan jantungnya berdetak kencang saat Afrain menggenggam tangannya.
Sementara itu di tempat lain dimana pelayan sudah menyiapkan makan malam untuk Halwa.
Yunus melihat jam dinding yang menunjukkan pukul tujuh malam.
"Kenapa Nyonya belum turun untuk makan malam?" gumam Yunus yang kemudian naik ke lantai atas.
Tok... tok... tok....
"Nyonya Halwa, waktunya makan malam." ucap Yunus.
Yunus mengernyitkan keningnya saat tidak ada jawaban dari Halwa.
Ia menunggu beberapa detik, lalu mengetuk lagi—kali ini sedikit lebih kuat.
Tok… tok… tok…
“Nyonya? Apakah Nyonya tidak apa-apa?”
Yunus yang sudah tidak sabar lagi langsung mengambil kunci cadangan.
Setelah itu ia sedikit mendorong pintu kamar sampai akhirnya terbuka.
"Nyonya Halwa..."
Yunus menghidupkan lampu dan melihat ranjang yang kosong.
"Nyonya Halwa, anda dimana?"
Jantung Yunus berdetak kencang saat melihat kamar mandi yang jendelanya terbuka dengan kain sprei yang terikat disana.
"Astaga, Nyonya. Kenapa kabur seperti ini?"
Yunus mengambil ponselnya dan segera menghubungi Athar.
Hanya ada nada pemberitahuan yang terhubung karena saat ini Athar sudah berada di jet pribadinya.
Akhirnya Yunus memutuskan untuk mengirimkan pesan kepada Athar.
Tuan Athar, ini darurat.
Nyonya Halwa tidak ada di kamar.
Saya menemukan jendela kamar mandi terbuka dan ada sprei yang diikat menjadi tali.
Sepertinya beliau keluar diam-diam melalui sana.
Saya sudah memeriksa seluruh rumah, halaman, dan CCTV bagian dalam.
Beliau pergi tanpa membawa koper, hanya tas kecilnya saja.
Saya akan mencari Nyonya Halwa di sekitar lingkungan rumah dan sepanjang rute menuju sekolah lamanya.
Mohon instruksi Tuan segera setelah pesawat Tuan mendarat.
Saya khawatir, beliau berada dalam bahaya.
Setelah mengirim pesan kepada Athar, Yunus langsung mengambil kunci mobil dan mencari keberadaan Halwa.
"Nyonya, kenapa anda nekat seperti ini? Anda tidak tahu bagaimana kalau Tuan Athar sedang marah." gumam Yunus.
Yunus melajukan mobilnya menuju ke rumah lama dan sekolah Halwa.
Ia berharap jika Halwa ada disana dan tidak kenapa-napa.
Yunus menghentikan mobilnya di rumah Halwa yang sangat gelap.
Ia turun dari mobil sambil membawa lampu senter untuk menerangi rumah Halwa.
"Nyonya... Apa, Nyonya disini?"
Yunus masuk dan tidak menemukan keberadaan Halwa.
Ia pun kembali masuk kedalam mobil dan sekaligus menuju ke sekolah Halwa.
Di sepanjang perjalanan, Yunus menghubungi ponsel Halwa. Tetapi tidak diangkat sama sekali oleh Halwa.
"Nyonya, tolong angkat ponsel Anda." ucap Yunus.
Kemudian Yunus ingat sesuatu jika Halwa meminta ijin untuk ke Mall.
Ia pun segera menuju ke Mall yang dimana Yunus sendiri tidak tahu Mall yang dimaksud oleh Halwa.
"Semoga tebakan ku benar." gumam Yunus.
Sementara itu di Mall Bulan dimana Dinda, Rina dan Bobby sedang menunggu kedatangan Halwa dan Afrain.
Dinda melihat jam tangannya yang menunjukkan hampir pukul delapan malam.
"Kenapa mereka belum datang? Apa mereka tidak jadi malam Mingguan?" tanya Dinda dengan wajah kecewa.
Padahal malam ini ia sudah mempunyai rencana untuk menghancurkan malam Minggu Halwa dan Afrain.
"Lebih baik kita nonton film saja, Din. Sudah sampai sini juga." ajak Bobby.
Dinda menatap wajah kedua temannya yang dari tadi setia menemaninya.
"Baiklah, tapi kamu yang beli tiketnya."
Bobby menganggukkan kepalanya dan ia lekas membeli tiga tiket untuk mereka bertiga.
Setelah membeli tiket, Bobby bergegas menghampiri Dinda dan Rina yang sudah duduk di dekat pintu masuk studio.
“Ayo masuk, nanti telat,” ucap Bobby.
Dinda berdiri sambil menghela napas panjang, karena rencananya gagal.
“Padahal aku berharap bisa lihat muka Halwa pas aku ganggu malam Minggu mereka. Ternyata nggak datang.”
Rina menepuk bahu Dinda. “Ya sudah, Din. Siapa tahu mereka ke Mall lain.”
Dinda hanya mendengus kecil. Namun ia tetap melangkah masuk ke studio bersama kedua temannya.
Sementara itu di Mall Mega bintang dimana Afrain dan Halwa sudah selesai menonton bioskop.
"Kita cari makan malam dulu, Hal. Setelah itu aku akan mengantarmu pulang."
Afrain mengajak Halwa naik ke lantai lima untuk mencari makam malam di food court.
"Kamu mau makan sama apa?"
Halwa melihat beberapa stand yang menyediakan berbagai makanan.
"Aku mie hotplate saja, Kak." jawab Halwa sambil tangannya menunjuk ke arah Stand mie hotplate Singapore.
Afrain meminta Halwa untuk duduk dan ia langsung memesan mie yang disukai oleh Halwa.
Lima belas menit kemudian Afrian membawanya nampan dan dibantu oleh salah satu pelayan.
"Terima kasih, Mas." ucap Afrain.
Pelayan menganggukkan kepalanya dan kembali ke outlet.
"Ayo, Hal. Kita makan dulu."
Mereka berdua pun langsung menikmati makan malam bersama.