Ada yang kayak mereka nggak sih? Jodoh lewat chat? Ya ampyuun CHAT?? Iya ho'oh! Mereka nggak pernah ketemu, cuma bertukar kabar melalui pesan ketikan, nggak ada pidio kol (video call). Cuma deretan huruf tapi membuat hidup mereka semprawut!
Giliran ketemu secara nggak sengaja di dunia nyata, mereka malah kayak musuh bebuyutan! Pas kembali ke aplikasi, weeeh sayang sayangan lagi.
Di sini yang koplak siapa sebenarnya? Lintang nya? Bang Baga? atau.... Yang nulis cerita??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dfe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Musuhan sama partner kerja
Hari pertama masuk kerja, cek! Tapi hari yang harusnya diwarnai dengan semangat dan senyum merekah di sepanjang hari, justru jadi hari paling mengsad untuk Lintang. Sepanjang perjalanan ke kantor, dia mewek. Memikirkan nasib percintaannya dengan sang pacar online yang udah di ujung tanduk.
Pergi ke kantor untuk pertama kali, Lintang memakai blazer cropped dengan lengan panjang berwarna dusty pink. Kerah model notch lapel yang memberikan kesan klasik namun tetap modis dan elegan. Celana panjang model palazzo makin menyempurnakan sisi stylish yang selalu dia tekankan pada setiap outfit yang dipakai setiap hari. Berjalan lurus tanpa menunduk, dia juga memakai kacamata hitam dengan frame berbentuk kotak, mungkin kalau Lintang nggak pakai id card yang menggantung di lehernya, dia bakal dikira artis yang kebetulan numpang lewat di kantor milik bapak Abhi.
Seperti sebuah kebetulan yang di setting dari sononya, Baga juga baru saja tiba di kantor bapaknya. Lelaki itu berjalan tegap, gagah, mengenakan setelan kemeja seperti kemarin, tenang aja... Dia ganti baju kok. Nggak mungkin seorang Baga Zyan Abhista makai baju model curingke (cuci kering pake!).
Sesekali terlihat Baga sibuk dengan ponsel di tangannya, dia membaca informasi tentang bagaimana melakukan investigasi, seperti meninjau bukti, mewawancarai saksi, dan melakukan penelitian hukum, meskipun peran ini berbeda tergantung pada jenis kasusnya. Jika dalam kasus pidana, pengacara umumnya berperan sebagai penasihat hukum yang mendampingi klien, sementara polisi adalah pihak yang melakukan penyidikan dan penyelidikan resmi. Berbeda dengan kasus perdata atau investigasi internal perusahaan, pengacara lebih mungkin untuk aktif mengelola atau mengarahkan investigasi untuk melindungi kepentingan klien.
"Stop! Bisa nggak lempengan tipis di tangan you itu disimpen dulu di saku kalau lagi jalan kayak gitu! You ini jenis manusia yang nggak bisa belajar dari kesalahan ya ternyata!" omel Lintang ketika menyadari dia akan bertabrakan dengan Baga, lagi.
Baga menatap ke depan, dan ternyata sudah ada Lintang di hadapannya, gadis itu melipat kedua tangan di depan dada sambil memandang kesal ke arah Baga. Baga mengerutkan kening, dia menoleh ke kanan dan kiri, berharap ada objek lain selain dirinya yang jadi sasaran amukan gadis kemoceng itu.
"Aku?" Baga menunjuk dirinya sendiri.
"Terus kalau bukan you siapa lagi, hah? Mood ai udah hancur pagi ini, jangan bikin ai makin murka sama ulah you ya!"
Baga nggak terima diomelin sama gadis mejikuhibiniu di lobi seperti itu dan dilihatin banyak orang. Orang lain selama ini selalu menghormatinya, karena dia adalah pewaris tunggal perusahaan milik bapak Abhi. Lha ini? Manusia yang belum genap seminggu gabung kerja sama dia, kok berani ngomelin dia di depan umum. Nggak bahaya tah?
"Gini. Aku kasih tahu kamu, nggak usah sok akrab sama aku. Kita ini cuma partner kerja, bukan teman atau sahabat yang bertemu setelah berpisah cukup lama. Enggak. Terus masalah mu negur aku itu apa? Minta disapa balik? Ngajakin kenalan biar lebih dekat sama aku? Sorry. Kamu bukan tipe ku, cewek mejikuhibiniu."
Udah ditahan-tahan biar nggak emosi, tapi denger kalimat panjang yang diucapkan Baga tadi kok bikin hati Lintang tersentil ya.
"Jangan over pede, bisa? Meski kata orang you anak bos di sini tapi ai nggak tertarik sama sekali, sama you! Ai bukan tipe you? Bagus! Karena ai juga geli lihat manusia model Meganthropus Paleojavanicus masih berseliweran di bumi seperti you!"
Baru mau menjawab ucapan Lintang, Baga malah keduluan sama gerakan cepat Lintang yang menaruh jari telunjuknya di depan bibir, bibir Lintang sendiri lho ya. Mengisyaratkan agar Baga diem, dan jangan berisik. Setelah melakukan hal tersebut, Lintang langsung kembali berjalan.
"Apa dikira ai sesuka itu dikasih kerja satu tim sama dia? Misalnya bisa milih, ai lebih suka kalau partner kerja ai itu my boyfriend!"
"Ah.. Iya ai forget, bapak kan nggak suka sama ai punya boyfriend. But, yang namanya cinta itu kan butuh pengorbanan, yes?! Kalau gitu.. Apa bisa nego korban ya? Dari pada ai atau my boyfriend yang dikorbanin, kan mending ngorbanin si Meganthropus Paleojavanicus itu aja? Wah bener! Iya iya.. Ide bagus! Ai mau negosiasi sama Tuhan ai aja lah, buat ngorbanin si jangkung nyebelin itu agar kisah cinta ai and my boyfriend semulus pantat baby!" baby monkey!
Bicara sendiri, nggak jelas sendiri, bener kata bapak Den, kalau Lintang itu sekarang ngadi-adi sekali. Jangan berpikir ketika ngomong tadi, si Lintang pake jurus desisan ular atau seenggaknya disimpan sendiri di dalam hati, kagak! Dia ngomongin rencana nggak ceto nya itu dengan suara menggelegar. Baga yang berada di belakangnya saja bisa mendengar perkataan Lintang dengan sangat jelas.
"Ngomong apa kamu tadi?" Baga menarik tangan Lintang. Secara otomatis Lintang langsung berbalik ke arahnya dengan gerakan slow motion, rambut panjang warna warni itu menyapu halus wajah Baga. Beberapa detik berlalu dengan keheningan.
Antara Baga dan Lintang sama-sama terkejut. Tapi di detik berikutnya, Baga berdehem mengkondisikan tangannya yang masih betah memegang lengan Lintang.
"Excuse me! Bilang ai bukan tipe you tapi you selalu cari kesempatan biar bisa deket sama ai, situ waras?!" Lintang mengetuk pelipisnya sendiri dengan jari telunjuk.
Jelas saja pertanyaan menohok itu membuat Baga melepaskan tangan secepatnya dari lengan Lintang. Lintang mencebik sambil tersenyum tipis, seolah mengejek lelaki di depannya. Lalu jari telunjuk Lintang maju dan menyentuh dada Baga.
"Denger ini baik-baik, ai nggak tertarik sama sekali dengan you! Muka you relatif, ganteng you pasaran, you kaya juga karena harta orang tua, nggak ada yang istimewa di diri you untuk ai jadiin alasan buat ai suka sama makhluk kayak you. And tenang aja, ai kerja di sini juga nggak lama kok. Ai bahkan udah mulai nggak nyaman ada di sini karena ada orang aneh kayak you!"
"Woh bagus! Bagus kalau emang kamu nggak nyaman kerja di sini, silahkan pergi dari sini. Itu pintunya di sebelah sana, bisa lihat kan? Silahkan keluar, no problem! Ini bukan playground yang bisa kamu jadiin taman bermain, semua yang kerja di sini punya kredibilitas tinggi. Bukan cewek gabutan kayak kamu. Pergi aja, nggak apa-apa!"
Pertengkaran mereka makin memanas. Yang cewek nggak mau ngalah, cowoknya ngegas terus bawaannya. Padahal biasanya Baga nggak tertarik sama sekali bicara dengan orang asing terlalu lama kayak gini. Baru Lintang lah cewek yang bikin Baga kesal panas dingin nyampe ubun-ubun.
"Oke! Ai pergi. And, nih. Kerjain sendiri. Ai ogah kerja bareng sama you!" Lintang mendorong Baga, bersamaan dengan itu dia pepetin map yang tadi dia bawa ke dada Baga.
Baga biarkan saja Lintang pergi melangkah menjauhinya. Tapi setelah membuka map tersebut, Baga malah berlari mengejar Lintang.
"Heh! Ini kenapa kosong semua?! Kan kemarin aku udah bilang ke kamu buat ngopi file yang aku kasih!" teriak Baga lumayan nyaring.
"Sorry. Ai nggak suka coffee, ai lebih suka tea!" Ucap Lintang nggak peduli.
"Astagaaaaa!"
Baga mengacak rambutnya frustasi. Kerjaan yang harusnya beres jika dikerjakan berdua, kini jadi berantakan nggak karuan, bukan lagi berantakan tapi justru belum dikerjakan!
Gadis itu cuek aja, Lintang bahkan bisa duduk nyaman di kursi yang ada di depan kantor, dia keluarkan laptop yang sejak tadi dia bawa. Kacamatanya dia taruh di atas kepala, matanya fokus menatap layar laptop yang ada di meja, jarinya mengetik lincah setiap huruf di keyboard seperti tak ada beban saja. Dan, nggak ada lima menit, Lintang berdiri lalu menarik tangan Baga yang sejak tadi ngomel tanpa jeda, untuk menatap ke arah layar laptopnya.
"Ai udah kerjakan tugas yang you kasih. Ai nggak suka pergi ninggalin tanggung jawab, emang ai nggak copy apa yang you bilang kemarin, karena ai pikir, daripada ribet ngulang hal yang sama tapi nggak ngasilin apa-apa, lebih baik cari informasi dari sumbernya dan langsung disimpan di sini aja. Semua daftar saksi dari nama, alamat, pekerjaan, dan informasi detailnya ada di sana. Sekarang nggak jaman, bawa-bawa map dengan tumpukan kertas tebal kemana-mana, ada teknologi bernama notebook, you know?"
Mulut Baga menganga ketika membaca apa yang ada di laptop dan keterangan yang Lintang berikan. Gadis kemoceng itu kok bisa sepintar ini sih? Apa ini alasan bapak Abhi nerima Lintang kerja langsung bareng anaknya tanpa interview, karena si Lintang ini punya bakat meretas yang nggak bisa dipandang sebelah mata. Baga menatap Lintang dengan sorot mata kagum, tapi Lintang langsung menutup lagi kacamata hitamnya dan berlalu pergi.
Untuk pertama kalinya, Baga nggak yakin apakah dia sedang kesal… atau kagum pada sosok yang dia juluki gadis kemoceng itu.
aku malah mikirnya dia kasih Paramex tadi🤦🏻♀️ taunya feminax😐
bisa kali Tang ungkap akun² anonim disini yg kurang kerjaan mampir² di trending org 😌