PLEASE FOLLOW DEAMERIAWAN UNTUK MENDAPATKAN NOTIFIKASI UPDATE NOVEL TERBARU
Caren Danisha sosok siswa yang multi talenta. Diusia belia dia harus merasakan pernikahan dengan laki-laki yang di cintai nya. Namun dengan berjalannya waktu, pernikahan tidak hanya butuh sekedar cinta tapi komitmen untuk bersama selamanya. Perbedaan mulai muncul satu persatu, sehingga akhirnya ia jatuh cinta untuk kedua kalinya dengan orang yang berbeda. Terkadang dia pun bingung siapakah yang disebut sebagai cinta pertamanya. Karena 2 sosok ini ingin sama-sama dimilikinya.
Hasratnya semakin membara untuk berpetualang sejak hatinya porak poranda.
Cinta telah menghancurkan harga diri dan kepercayaannya.
Apakah Caren akan tetap bermain dengan permainan cintanya ?
Atau dia akan menghentikan saat cintanya berlabuh pada sosok yang tepat.
Hasrat akan selamanya ada ...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon deameriawan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
OBSESI SI PLAYBOY
Dan tentunya menambah kehebohan karena saat ini ada 2 pasangan baru yang akan launching naik kelas statusnya menjadi pacaran.
Aldian membaca ketidaknyamanan di wajah ku. Ia hanya tersenyum sambil mengusap rambut ku. "Gak usah malu gitu dong ... kan jarang-jarang moment begini" ujarnya sambil menahan senyum melihat wajah ku sudah kayak kepiting rebus. "Aku malu Ald ... diliatin anak-anak kalau kamu gandeng aku" cocot ku mulai sedikit mengomel. "Jadi kalau gak ada anak-anak boleh nih gandeng kamu" jawabnya menambah deg-degan dihati ku. Udah akh ... aku ke kelas dulu ya. Dah" ia melepas genggaman tangan Aldian dan bergegas menuju kelasnya. Aldian melihat tingkah ku hanya tersenyum dan melangkahkan kaki menuju kelasnya sendiri. Sedangkan aku sudah merasa nanggung karena anak-anak lainnya sudah melihatnya bergandengan tangan dengan Aldian tadi langsung memasang wajah datar menutup rasa bahagia dan malunya menjadi satu.
Selama jam pelajaran berlangsung, aku berusaha untuk berkonsentrasi. Tapi tetap saja kekacauan tadi menyita pikiran nya. Sepertinya aku harus cuci muka nih biar wajahku agak fresh dikit batin ku. Ia berdiri dan meminta ijin kepada guru mapel dikelasnya untuk ke toilet. "Ah segarnya ..." dibasuh wajahnya berkali-kali dengan air mengalir yang ada di wastafel. Setelah itu disegerakan nya keluar dari toilet dan berjalan kembali menuju kelasnya. Namun baru beberapa langkah keluar dari toilet tiba-tiba dicegat oleh Arya yang hendak menuju ruang PMR. "Caren tunggu sebentar" Arya memanggil ku dan aku langsung menoleh ke arah Arya. "Ada apa Ar ? Ada yang penting kah ?" tanyaku dengan sopan. "Apakah untuk mengobrol denganmu harus ada hal yang penting dulu ?" kata Arya dengan nada yang sedikit jengkel sepertinya. "Ya gak juga Ar ... tapi aku harus segera kembali ke kelas. Karena tadi aku ijin cuma cuci muka doang ke toilet" jawab ku. "Aku pulang sekolah pengen ngobrol sama kamu sebentar. Ada hal penting yang mau aku diskusikan" ujar Arya. "Sorry banget Ar pulang sekolah aku harus segera ke GOR sama anak-anak untuk latihan drumband. Mendingan besok aja pas waktu istirahat kita ketemu di kantin gak apa-apa" jawab ku yang aslinya malas berurusan dengan playboy cap badak ini. "Oke besok aku pegang janjimu kita ketemu di kantin pas istirahat" Arya kembali memastikan konfirmasi dari aku. "Ok aku ke kelas dulu Ar" sembari melangkah sedikit tergesa aku kembali ke kelasnya.
Arya menahan rasa kesalnya karena selama ini semua cewek di SMA PANCA BHAKTI gak ada yang menolak pesona dirinya. Hanya Caren satu-satunya yang tidak peduli dan sangat acuh kepadanya. Sudah berbagai cara Arya lakukan untuk mendekati Caren tapi tidak berhasil. Rasa penasarannya pun menjadi-jadi setelah ia mendengar bahwa Aldian salah satu rivalnya berhasil menggandeng gadis impiannya. Arya merasa tersaingi karena hal itu dan ia sangat tertantang untuk menaklukkan hati seorang Caren. Obsesinya adalah memiliki Caren, walaupun ia sudah punya pacar namun ia tidak peduli. Arya pun kembali melangkahkan kaki menuju ruang PMR untuk mengambil beberapa dokumen pelatihan yang diminta oleh salah satu pembina PMR. Rupanya pertemuan didepan toilet itu diperhatikan oleh seseorang yang akan menuju ruang guru. Aldian ... melihat dan mendengar semua pembicaraan antara Arya dan Caren. Ia hanya tersenyum mendengar kata-kata penolakan dari Caren yang diucapkan kepada Arya. "Hmmm ... gadis pintar sangat bisa menjaga dirinya dari laki-laki seperti Arya" gumam Aldian dalam hati. Aldian sangat mengetahui bagaimana kelakuan Arya diluar sekolah. Banyak cewek-cewek yang menjadi korbannya. Bahkan beberapa dari mereka rela untuk ditiduri oleh Arya dengan dalih suka sama suka. Makanya Aldian sangat menjaga Caren. Ia pun selama 2 tahun ini memantau pergerakan Arya dalam mendekati Caren.
Bel sekolah berbunyi juga tanda jam pelajaran usai. "Ren ... kita hari ini kan gak ada latihan. Mau langsung ke toko buku gak bareng Dio sama Sella ?" tanya Alma. "Sorry aku gak bisa Ma. Aku lupa kalau udah punya janji sama Aldian" ucap ku dengan nada memohon maaf. Aku merasa gak enak karena sempat mengiyakan ajakan teman-teman ke toko buku. Tapi langsung ku ralat karena aku hampir lupa kalau ada janji dengan Aldian mau ke markas The Eagle siang ini. "Ya udah deh kalau gitu aku sama Dio dan Sella aja yang pergi" ucap Alma memaklumi temannya yang lagi pedekate. Baru aja aku melangkah keluar kelas, Aldian sudah menunggu disana. Alamak cakep banget ini cowok pengen bawa pulang deh batin ku kacau hihihi. "Aduh Caren udah ada yang nunggu nih" kata Susan teman sekelas ku yang centil dan ganjen. "Hi aku Susan ... boleh kenalan gak ?" ucap Susan kepada Aldian sambil menyodorkan tangannya untuk berjabat tangan. Aldian menatap Susan dengan wajah datar dan berkata dengan wajah datar "Maaf ya saya mau jemput calon istri. Jadi gak bisa kenalan dengan perempuan lain". Aldian pun langsung berdiri dan mendatangi ku yang baru keluar kelas. Aldian langsung meraih tangan ku dan menggenggamnya "Ayo pergi sekarang sebelum ulat bulunya nambah" ujarnya. Aku yang kebingungan dengan kalimat Aldian. "Ulat bulu apaan sih Ald ? Bukannya tanaman depan kelasku udah dipotong habis ? Disitu gak ada ulat bulu" ujar ku yang gak paham pembicaraan Aldian. Tiba-tiba Aldian menatap ku dan tertawa terbahak-bahak ... sambil memeluk bahu ku ia berkata "Aduh gemes banget sih calon istri aku ini". Deg ... hati ku meronta-ronta mendengar kata-kata yang keluar dari mulut Aldian. Ih ... ada-ada aja ini tiang listrik kalau ngomong bikin baper batinku.
Mereka langsung menuju ke markas The Eagle selain untuk membahas masalah pengeroyokan kemaren, Aldian juga punya maksud untuk memperkenalkan ku dengan teman-temannya di The Eagle sebagai calon istrinya. Senekat itukah Aldian ? Yah ... Aldian bukan hanya nekat tapi ia berencana menjadikan Caren sebagai ratu dalam hidupnya selain mamanya. Apalagi gak lama mereka akan lulus SMA sepertinya niatnya akan ia wujudkan dalam waktu dekat.
Sampai di markas The Eagle Aldian langsung menggandeng tangan ku untuk masuk ke ruang tamu yang cukup nyaman bagi sebuah Genk motor yang terorganisir dengan baik. Aku mengamati seputar apa yang ada diruang tamu. Dinding penuh dengan foto-foto motor, pajangan nakas penuh dengan piala-piala dari berbagai pertandingan balap motor dan yang menarik perhatiannya adalah foto-foto team The Eagle memberikan bantuan sembako untuk korban bencana alam di berbagai lokasi. Dalam hati ku ini Genk motor atau organisasi sosial anak muda sih. Karena gak ada satupun foto balapan motor terpajang. Yang ada cuma piala-piala dan foto kegiatan sosial mereka.
"Hi bro ... udah nyampe aja disini. Gimana kejadian kemaren apa perlu kita beresin ?" tiba-tiba seorang cowok kepala plontos dengan wajah ganteng masuk ke dalam ruang tamu. Ia adalah Artenio wakil dari Aldian di The Eagle. Nio adalah salah satu orang kepercayaan Aldian selama ini. "Eh bro udah nyampe duluan kamu. Kenalin dulu ini Caren calon bini" ujar Aldian dengan santainya. Nio langsung menjabat tangan ku "Pertama kali aku lihat Aldi bawa cewek dan langsung dikenalkan sebagai calon bini. Gila emang bapak satu itu" katanya sambil terkekeh. Ia tahu kalau Aldian tidak pernah main-main dalam setiap ucapannya. "Hi Nio ... aku Caren" ucap ku dengan malu-malu.
***