Demi keselamatan jiwanya dari ancaman, Kirana sang balerina terpaksa dijaga oleh bodyguard. Awal-awal merasa risih, tetapi lama-lama ada yang membuatnya berseri.
Bagaimana kalau dia jatuh cinta pada bodyguardnya sendiri?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kujo monku, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 7 : Kangen
Kepulangan Davis di Jogja, sangat dinantikan oleh Kirana. Sejak mengakui perasaannya sendiri, Kirana begitu ingin tampil menarik di hadapan Davis yang selalu tertutup. Dia tidak peduli seperti apa nantinya wajah Davis. Mau jelek pun asal selalu membuatnya nyaman, Kirana akan terus mencintai Davis.
Buktinya, setelah mengikuti kata hatinya, Kirana merasa Davis memberikan kenyamanan saat berada di dekatnya. Perasaan yang tidak pernah dia rasakan pada pria-pria yang mendekat padanya.
Apa ini cinta? Oh jelas!
Bayangkan penampilan Kirana saat ini. Terusan midi bermotif floral berwarna biru langit, rambut terikat setengah dengan pita senada dengan baju yang dipakai, menambah kecantikan Kirana. Akan tetapi, penampilan Kirana memang tidak terlihat perubahannya secara signifikan. Kirana memang sering berpenampilan seperti itu. Apalagi ketika ada acara yang mengharuskannya untuk dress well.
Hanya Saki yang mengerti dengan apa yang dilakukan nona mudanya. Kirana mengatakan secara jujur jika dia menyukai Davis. Saki pun mendukung penuh dan akan tetap diam sesuai permintaan Kirana.
Sayangnya, Saki tidak mau memperlihatkan atau mendeskripsikan wajah asli Davis pada Kirana. Bagi Saki, apa yang dilakukan Davis yang merupakan bos besarnya itu adalah privasi sang bos. Sebagai anak buah yang setia dan profesional, Saki lebih memilih menutup mulut, meski Kirana memaksanya dan mengancamnya. Toh, Kirana hanya menggertaknya saja dan menyerah begitu saja saat Saki dengan pendiriannya untuk tetap tutup mulut.
"Kok belum dateng ya, Sak?" Gelisah Kirana yang sudah menunggu di teras depan rumah bersama Saki yang pusing sendiri melihat Kirana terus-menerus menanti Davis.
Saki pun memakluminya. Dulu saat dia jatuh cinta pada cinta pertamanya pun juga demikian. Akan tetapi, sejak membuang perasaan itu, Saki merasa geli sendiri dengan sikapnya tersebut.
"Jangan-jangan, dia gak jadi balik hari ini, ya?" Kirana tampak cemas sambil menatap Saki yang sedang mengecek ponselnya.
"Kata Bang Davis, dia akan tiba di Jogja sekitar pukul 4 sore, Nona. Perjalanan dari bandara kemari bisa mencapai satu jam karena sekarang memang jam pulang kerja. Kemungkinan, Bang Davis akan tiba pukul 5 atau 6 sore, Nona. Dan sekarang masih pukul 4 lebih 15 menit." Jelas Saki agar nona mudanya tersebut tidak khawatir secara berlebihan.
Kirana menghela nafasnya berat. Sepertinya dia terlalu berlebihan. Dia pun memilih duduk di kursi kayu jati khas tempo dulu, dengan Saki yang juga ikut duduk di sebelahnya.
"Eh, Berto kemana? Dari tadi aku gak liat batang hidungnya." Tanya Kirana yang sempat melupakan satu bodyguardnya tersebut gara-gara menunggu kepulangan Davis.
"Bang Berto diminta Tuan Alister untuk menjaga Nyonya Elena ke lingkungan kediaman Notokusuma sejak siang tadi. Saat anda sedang tidur siang, Nona. Eyang kakung yang meminta." Jawab Saki.
Kirana pun paham apa yang dikatakan oleh Saki. Kirana akhirnya memutuskan untuk ke warkop sebelah rumah yang dia tinggali selama ini. Warkop itu dibangun oleh eyang kakungnya dan sampai sekarang masih eksis karena diurus oleh Aryan dan Gladys, om dan tantenya Kirana.
Kirana dan Saki duduk berhadapan di meja warkop bagian luar. Dua cangkir kopi dan dua potong kue tersaji di meja mereka. Sesekali Kirana melirik rumah sebelah. Dia berharap mobil yang menjemput Davis segera tiba.
'Gini amat rasanya kangen sama gebetan. Hi hi hi. Kenapa gak dari dulu sih ketemu pangeran bermasker?' Ucap Kirana dalam hati.
Kirana rasanya geli sendiri dengan sikapnya sendiri. Rasanya bukan dia, tetapi tidak pernah Kirana menyesalinya. Jatuh cinta membuat jantungnya sehat, karena ritme detak jantungnya menjadi naik turun. Seperti halnya saat dia melakukan pilates, treadmill atau yoga sekaligus.
Tiba-tiba Kirana teringat sesuatu. Dia pun mencondongkan tubuhnya ke tengah meja, dan menatap tajam Saki yang memang duduk di hadapannya.
"Saki-"
"Iya, Nona." Jawab Saki segera setelah meneguk kopi miliknya. Dia memang dilatih untuk cepat tanggap pada nona mudanya.
"Mulai sekarang kita jangan seperti atasan bawahan dong." Pinta Kirana yang mulai nyaman dengan kedekatannya dengan Saki.
Saki mengerutkan keningnya, dan mulai menerka keinginan nona mudanya itu. " Maksud anda ingin saya tidak bersikap profesional begitu?" Tanya Saki.
Kirana menggelengkan kepalanya. Bukan seperti itu maksud permintaannya. Kirana hanya ingin keduanya bersikap informal saja.
"Bukan. Kita bersikap informal saja, bukan tidak profesional." Jelas Kirana. Akan tetapi, hal itu sempat diprotes oleh Saki.
Mana mungkin Saki bisa melakukan itu? Tetap saja bagi dia, tidak profesional jika dilihat oleh orang lain. Apalagi jika dilihat oleh tuan besarnya atau bosnya. Bisa kena hukuman nantinya.
Kirana pun mengerti dan mencoba memberikan solusi.
"Bagaimana kalau kita santai dan informal saat berdua saja seperti ini. Hanya kita berdua, selebihnya saat di kerumunan, bersikaplah seperti biasa. Deal?" Kirana mengulurkan tangannya, sedikit memaksa Saki dengan satu tangannya menarik tangan Saki.
Saki pun meyerah saja. Melawan Kirana juga percuma saja. yang penting, nona mudanya selalu senang. Dekat dengan Kirana, Saki bisa merasakan positive vibe yang Kirana miliki. Itulah Kirana banyak dicintai penggemarnya dan dibenci rivalnya.
"Panggil Kak Kiran aja kalau lagi berdua gini. Oke?"
"Oke, Kak Kiran." Jawab Saki dengan senyum mengembang. Kirana pun tertawa mendengarnya.
Tidak lama sebuah mobil SUV mewah berwarna hitam melewati warkop dan berbelok ke rumah sebelah. Mobil itu memasuki pekarangan rumah Kirana dan dipastikan mobil itu membawa pria yang sedang ditunggu oleh Kirana.
Mengetahui hal itu, Kirana beranjak berdiri. Dia begitu semangat dan tidak lupa merapikan penampilannya kembali.
"Saki, Davis pulang. Bagaimana penampilanku?" Tanya Kirana begitu antusias.
Saki terkekeh melihatnya. "Sudah cantik seperti biasanya, Kak." Jawab Saki dengan jujur.
Kirana tersipu malu saat disanjung demikian. "Ah, bisa aja kamu." Kirana malu-malu sambil menyolek lengan Saki.
Kirana segera mengajak Saki untuk pulang. Dia ingin segera menyambut kepulangan gebetannya. Kirana begitu bersemangat dan berteriak saat sampai rumah dan melihat Davis dengan penampilan serba hitam dan tertutup keluar dari mobil.
"DAVIS!" Teriak Kirana sangat kencang.
Davis yang merasa terpanggil, langsung menoleh ke arah sumber suara. Matanya begitu kagum dengan penampilan dan wajah bersinar Kirana. Wanita itu begitu cantik dan manis luar biasa dan membuat sejenak Davis terpesona.
Kirana yang ingin melepas kerinduannya, berlari ke arah Davis dengan tidak sabarnya. Dia tidak peduli akan sekitarnya yang masih ada Saki dan supir keluarga yang tentu saja melihat tingkahnya.
Davis melempar tas ranselnya ke tanah, dan dengan cekatan menangkap tubuh kurus Kirana, lalu menggendongnya. Adegan penuh drama itu membuat Davis, Saki dan supir tercengang.
'Bisa-bisanya nona muda bersikap seperti itu pada Bos Davis. Udah bucin emang.' Batin Saki yang ingin menertawai Kirana, tetapi dia tahan dalam hati saja.
Kirana tidak mau melewatkan kesempatan ini. Dia memeluk tubuh Davis yang menggendongnya. Rasa kangen itu menguap setelah bertemu dengan biang keroknya.
"Apa yang Nona lakukan? Bagaimana kalau anda tersandung? Kaki anda begitu berharga, Nona Kiran." Ucap Davis yang begitu cemas dengan tingkah Kirana barusan.
Davis sempat melirik Saki yang berada tidak jauh di belakang Kirana. Saki terlihat takut membalas tatapan itu.
Kaki seorang balerina sangatlah berharga. Bahkan Kirana sudah mengasuransikan kaki dan bagian tubuhnya yang lain dengan nilai yang fantastis.
"Bodo amat." Cuek Kirana.
Dalam gendongan Davis, Kirana menatap kedua mata Davis yang memang saat ini tidak tertutup oleh kacamata seperti biasanya. Hanya topi dan masker yang menutup sebagian wajahnya.
Mata Davis begitu tajam dan indah. Mata yang mampu menusuk sanubari terdalamnya. Yang akhirnya membuat seorang Kirana bisa merasakan jatuh cinta.
"Apa Nona begitu merindukanku sampai seperti ini?" Davis sebenarnya hanya menggoda saja. Akan tetapi, dia terkesiap dengan jawaban yang diberikan oleh Kirana setelahnya.
"Iya, aku memang kangen kamu."
...****************...