Dikhianati dan difitnah oleh selir suaminya, Ratu Corvina Lysandre terlahir kembali dengan tekad akan merubah nasib buruknya.
Kali ini, ia tak akan lagi mengejar cinta sang kaisar, ia menagih dendam dan keadilan.
Dalam istana yang berlapis senyum dan racun, Corvina akan membuat semua orang berlutut… termasuk sang kaisar yang dulu membiarkannya mati.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arjunasatria, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7
Malam itu, Cassian benar-benar menginap di kamar Corvina.
Ruangan yang biasanya terasa lapang, kini mendadak sempit.
Kelelahan tak membuat Corvina mengantuk, kehadiran Cassian di dekatnya terlalu mengusik pikirannya.
Kenapa semuanya berubah? batinnya gelisah. Di kehidupanku yang dulu, hal ini tidak pernah terjadi... Apa karena aku memutuskan untuk tidak memberi hadiah pada Meriel, sehingga kejadian mulai bergeser satu per satu?
"Kelihatannya kita akan berbagi tempat tidur," ujar Cassian sambil melirik ke arahnya. Ekspresinya tampak netral, tapi ada sesuatu tersembunyi di balik tatapannya.
"Apa Ratu baik-baik saja dengan itu?"
Corvina tertegun sesaat, mencoba menenangkan detak jantungnya.
"Ya, saya tidak apa-apa, Yang Mulia," jawabnya pelan.
Ia menatap ranjang itu, cukup lebar untuk satu orang, mungkin dua ... jika mereka tak keberatan berdekatan.
Cassian menanggalkan pakaian kebesarannya dan duduk di tepi ranjang. Gerakannya tenang, tapi entah kenapa udara di kamar terasa menegang.
"Kenapa Anda melepas pakaian?" suara Corvina terdengar datar, tapi matanya tak bisa berpaling.
Cassian menoleh sedikit, senyum tipis muncul di sudut bibirnya. "Di istana Ratu tidak ada satu pun pakaianku, kan?" katanya santai. "Aku tidak nyaman tidur dengan pakaian resmi."
Corvina membalas, suaranya nyaris terdengar seperti gumaman, "Anda benar, Yang Mulia. Saking tidak pernahnya Anda menginap di sini, tidak ada sepotong pun pakaian Anda yang tersisa."
Cassian menatapnya lama, seolah sedang mencari sesuatu di wajah Corvina. Lalu ia bersandar sedikit ke belakang, nada suaranya rendah tapi tajam, "Kalau begitu... mungkin sudah saatnya kebiasaan itu diubah."
Corvina merasa heran, Cassian terasa berbeda dari kehidupannya yang dulu.
"Apa Yang Mulia sedang bercanda?" tanya nya, berusaha agar tetap terlihat tenang.
Cassian tersenyum samar, menatap api lilin yang bergoyang di meja samping. "Tidak. Aku hanya merasa... sudah terlalu lama kita menjadi orang asing padahal kita ini pasangan."
Kata-kata itu membuat Corvina diam. Dulu, ia akan senang bukan main mendengar kalimat seperti itu. Tapi sekarang, setelah tahu betapa dalamnya pengkhianatan pria ini, semuanya terdengar hampa.
"Pasangan?" Corvina mengulang lirih. "Aneh rasanya mendengar itu keluar dari mulut Yang Mulia. Padahal anda sering mengingatkan bahwa pernikahan kita adalah pernikahan politik."
Cassian menoleh cepat, sedikit terkejut dengan nada tajamnya. Namun Corvina tetap tenang, bahkan tersenyum kecil seolah tak menyadari telah menampar harga diri seorang kaisar dengan kata-kata.
"Ratu benar-benar berubah," gumam Cassian pelan. "Dulu kamu tidak pernah bicara padaku seperti itu.”
Corvina menegakkan tubuhnya, pura-pura sibuk merapikan selimut. "Yang Mulia bisa tidur duluan. Saya akan menyusul setelah mematikan lilin." mengabaikan perkataan Cassian.
Cassian menatapnya lama, senyap tapi menusuk. "Ratu tampak gugup. Padahal dulu kamu selalu memaksa tidur di sisiku."
Nada suaranya ringan, tapi ada sindiran tipis yang menusuk.
"Perasaan seseorang bisa berubah kapan saja, Yang Mulia. Apalagi jika sering di abaikan."
Cassian terdiam sesaat, lalu dengan gerakan cepat menarik tangan Corvina hingga terjatuh ke dalam pelukan Cassian yang sudah berbaring sejak tadi.
"Yang Mulia," pekik Corvina
"Akhir-akhir ini Ratu lebih senang berdebat dari pada menggodaku dengan tubuhmu."
"Lepaskan saya Yang Mulia!"
"Kenapa aku harus melepaskan istriku?" tanya Cassian, semakin mempererat memeluk Corvina. "Dari pertama menikah kita belum pernah melakukannya."
"Melakukan apa maksud, Yang Mulia?" Corvina terlihat panik.
"Melahirkan seorang penerus," ucap Cassian
Corvina semakin panik, ia berusaha melepaskan diri dari Cassian meskipun tak berhasil.
"Aku tidak bisa, Yang Mulia."
"Kenapa kamu tidak bisa?" tanya Cassian dengan nada tajam. "Jangan-jangan rumor tentang Ratu selama ini benar adanya?"
"Rumor apa, Yang Mulia?"
"Kalau Ratu sering bermain dengan pria lain karena merasa kesepian."
Kata-kata Cassian meluncur begitu saja. Ia hanya mengutarakan apa yang selama ini selalu mengganjal di pikirannya yang membuatnya menjaga jarak darinya.
Sedangkan Corvina langsung terdiam, seolah sedang mencerna perkataan Cassian. Setelah otaknya mulai merespon, ia tertawa kecil. Ia tahu siapa yang telah menyebar rumor tak berdasar tersebut.
"Jadi selama ini, Yang Mulia berpikiran seperti itu tanpa berusaha mencari tahu kebenarannya?" tanya Corvina, suaranya bergetar antara marah dan tak percaya.
Cassian menatapnya lama sebelum menjawab, "Malam ini aku akan memastikan kebenarannya sendiri. Jika kamu menolak, berarti rumor itu benar."
"Me-mastikan? dengan apa?" tanya Corvina tak tenang.
Cassian tidak menjawab. Ia hanya mendekat perlahan, langkahnya berat namun pasti. Tatapan matanya menembus gelap kamar, membuat napas Corvina tercekat.
Sampai akhirnya, jarak di antara mereka menghilang...
bertele2