NovelToon NovelToon
KAIL AMARASANA

KAIL AMARASANA

Status: sedang berlangsung
Genre:Sistem
Popularitas:749
Nilai: 5
Nama Author: Yusup Nurhamid

Di negeri Amarasana, tempat keajaiban kuno disembunyikan di balik kehidupan sederhana, Ghoki (17), seorang anak pemancing yatim piatu dari Lembah Seruni, hanya memiliki satu tujuan: mencari ikan untuk menghidupi neneknya.
Kehidupan Ghoki yang tenang dan miskin tiba-tiba berubah total ketika Langit Tinggi merobek dirinya. Sebuah benda asing jatuh tepat di hadapannya: Aether-Kail, sebuah kail pancing yang terbuat dari cahaya bintang, memancarkan energi petir biru, dan ditenun dengan senar perak yang disebut Benang Takdir.
Ghoki segera mengetahui bahwa Aether-Kail bukanlah alat memancing biasa. Ia adalah salah satu dari Tujuh Alat Surgawi milik para Deva, dan kekuatannya mampu menarik Esensi murni dari segala sesuatu—mulai dari ikan yang bersembunyi di sungai, kayu bakar ya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yusup Nurhamid, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Menguasai Gada Perisai dan Mencari Sekutu

​Ghoki mendarat keras di pantai berpasir yang tersembunyi, jauh di bawah Tebing Gahara. Aether-Kail berdenyut hebat di tangannya, memprotes penggunaan kekuatan yang terlalu besar, sedangkan Aegis-Manta terasa berat dan dingin di tangan kirinya.

​Jenderal Gorok di atas sana tidak akan bisa turun dengan cepat. Ghoki memiliki waktu, tetapi ia kelelahan total. Ia menyandarkan punggungnya ke batu karang besar dan memejamkan mata, membiarkan Visio-Sonar menenangkan dirinya.

​Ia memeriksa Aegis-Manta. Gada itu tidak dirancang untuk menyerang. Kepalanya berbentuk perisai bundar kecil, bersinar dengan aura emas yang tebal. Saat Ghoki menyentuh ukiran di gagangnya, ia merasakan gelombang informasi lain, mirip dengan apa yang ia dapat dari Aether-Kail, mengalir ke dalam dirinya.

​Aegis-Manta, yang dibuat oleh Deva Limina, berfungsi sebagai Penangkal Takdir. Ia menciptakan perisai yang tidak hanya memblokir kekuatan fisik, tetapi juga memblokir upaya untuk mengubah takdir seseorang atau benda—seperti sihir Gorok yang memanipulasi bumi, atau upaya orang lain untuk menarik Esensinya.

​Ghoki memutuskan untuk mencoba. Ia berdiri dan mencoba memancing batu kecil di depannya dengan Aether-Kail.

​Tarik!

​Batu itu tidak bergerak.

​Ghoki bingung. Ia mengulangi tarikannya, kali ini lebih kuat. Tetap tidak ada pergerakan.

​Kemudian ia menyadari. Tangan kirinya memegang Aegis-Manta! Gada Perisai itu, secara otomatis, melindungi dirinya dan area di sekitarnya dari manipulasi Esensi, termasuk yang dilakukan oleh kailnya sendiri.

​"Mereka saling meniadakan," gumam Ghoki. "Aku tidak bisa menggunakan Aether-Kail untuk memancing sesuatu saat aku memegang Aegis-Manta."

​Ini adalah batasan yang signifikan. Ghoki tidak bisa menjadi petarung dan pemancing takdir pada saat yang sama. Ia harus memilih: menarik realitas dengan tangan kanan, atau melindunginya dengan tangan kiri.

​Sambil merenung, Ghoki ingat kata-kata Nenek Mina: "Kamu harus mencari sekutu." Ia tidak bisa menghadapi Lord Varun dan Jenderal Gorok sendirian, apalagi dengan keterbatasan kedua artefak yang saling bertentangan ini.

​Ghoki memejamkan mata lagi dan mengaktifkan Visio-Sonar. Ia tidak memancing Esensi keberuntungan, tetapi ia mencari Esensi Aliansi—orang yang Esensinya jujur, kuat, dan tidak terikat pada kekuasaan Varun.

​Benang Takdir merespons. Kali ini, ia tidak mengarah ke benda, tetapi ke arah utara, melalui hutan yang mengelilingi Gahara, menuju sebuah tempat yang Esensinya terasa tua, netral, dan sangat terpelajar—seperti buku yang tidak pernah selesai dibaca.

​Tempat itu adalah Perguruan Tinggi Elara, sebuah akademi kuno yang tersembunyi di hutan Amarasana, didirikan untuk melestarikan pengetahuan terlarang yang dianggap berbahaya oleh Dewan Tertinggi Nexus.

​Ghoki memulai perjalanannya, membawa beban dua artefak langit. Ia harus berjalan dengan sangat hati-hati, karena ia tahu Gorok akan mencari jejaknya di seluruh area Gahara.

​Perjalanan Melalui Hutan Gahara

​Perjalanan melalui hutan itu sunyi, hanya ditemani suara gesekan daun dan Visio-Sonar yang terus memantau ancaman Gorok. Untuk menghemat energi, Ghoki hanya menggunakan kailnya untuk hal-hal kecil, seperti menarik Esensi Kesehatan dari buah beri liar yang beracun menjadi buah beri yang aman, atau menarik Esensi Kehangatan dari kayu basah untuk membuat api kecil di malam hari.

​Pada malam kedua perjalanan, Visio-Sonar Ghoki berteriak. Ia merasakan Esensi Kemarahan dan Pelacakan yang brutal datang dari belakang, bergerak dengan kecepatan yang mengerikan—Jenderal Gorok!

​Ghoki tahu Gorok menggunakan sihir bumi untuk melacaknya. Ia tidak bisa melarikan diri hanya dengan lari biasa.

​Ia berhenti di tengah padang rumput kecil. Ia harus mengambil risiko. Ia meletakkan Aegis-Manta di tanah (seketika ia merasa sedikit rentan) dan meraih Aether-Kail dengan kedua tangan.

​Aku memancing... Esensi Distorsi Arah dan Kebingungan di area ini.

​Ia menarik dengan semua kekuatannya. Benang Takdir menyebar ke udara seperti jaring raksasa.

​Ketika ia melepaskan tarikannya, tidak ada yang terlihat, tetapi Ghoki tahu ia telah mengubah Esensi di sekitar area itu. Ia telah menciptakan 'simpul' kebingungan yang akan mengganggu pelacakan sihir Gorok.

​Ghoki kemudian mengambil Aegis-Manta lagi, yang langsung mengaktifkan perlindungan di sekitarnya, mengunci 'simpul' kebingungan itu agar tetap di tempatnya dan tidak hilang dengan cepat.

​Ghoki melanjutkan pelariannya, dan tak lama kemudian, ia mendengar raungan Gorok dari kejauhan. Gorok telah mencapai area simpul kebingungan dan melacak lingkaran. Ghoki berhasil membeli waktu lagi.

​Tiba di Gerbang Elara

​Setelah beberapa jam berjalan, Ghoki mencapai tempat yang ditunjukkan oleh Visio-Sonar: sebuah dinding batu yang ditutupi tanaman merambat, yang tampaknya hanyalah tebing biasa.

​Namun, Esensi di sini sangat padat.

​Ghoki mengaktifkan Aether-Kail. Ia memancing Esensi Akses dari dinding itu.

​Benang Takdir menyentuh dinding, dan seketika tanaman merambat itu merayap ke samping, menampakkan gerbang batu yang tersembunyi dengan ukiran kuno. Gerbang itu tidak memiliki pegangan, tetapi memiliki sebuah lubang kecil di tengahnya.

​Dari lubang itu, Ghoki mendengar suara yang tenang dan berwibawa. "Siapa yang mencari pengetahuan dari masa lalu?"

​Ghoki mengambil napas dalam-dalam. "Namaku Ghoki Limana. Aku datang dari Lembah Seruni. Aku membawa dua Alat Surgawi dan mencari sekutu untuk melindungi Amarasana dari seorang tiran."

​Ada jeda yang panjang. Kemudian, pintu batu itu bergeser. Di ambang pintu berdiri seorang wanita muda dengan mata yang sangat tua dan pakaian sederhana yang terbuat dari bahan alami. Aura Esensi di sekelilingnya adalah Kecerdasan Murni.

​"Kami sudah lama menunggu takdir untuk menunjukkan jalannya," kata wanita itu. "Masuklah, Ghoki Limana. Namaku Elara. Di sini, di Perguruan Tinggi, kau akan belajar lebih dari sekadar memancing."

​Ghoki melangkah masuk, meninggalkan hutan yang berbahaya. Ia memasuki tempat yang terasa seperti surga ketenangan. Elara menatap Aether-Kail dan Aegis-Manta di tangannya dengan campuran kekaguman dan kesedihan.

​"Kita punya banyak hal untuk dibicarakan. Terutama tentang sisa lima Alat Surgawi yang Varun cari," tutup Elara sambil menutup gerbang batu di belakang Ghoki. Jenderal Gorok sudah berada di luar, tetapi kini ia hanya melacak dinding batu yang tak bisa ditembus.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!