Tiga orang remaja yang merupakan kembar tiga bersekolah di Smith internasional school. Mereka bukan manusia biasa tapi tiga kembar yang memiliki Indra keenam dan mampu melawan para makluk halus dengan kemampuan mereka.
Bisakah mereka menolong banyak orang dengan kemampuan mereka itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ridwan01, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kalah
Khalid masuk kembali ke kamar itu dan dia mengambil lukisan Noni Belanda yang ada di lantai, dia simpan lukisan itu bersisian bersama Ferdinand yang masih menatap kosong ke arah Aurora
"Kita tunggu om Adrian" ucap Sagara
Lima belas menit menunggu, Adrian akhirnya datang bersama Rayyan
"Apa yang terjadi? Kenapa lukisan itu di simpan bersisian dengan Ferdinand, dan kenapa Ferdinand terlihat hitam auranya?" Tanya Adrian
"Om lihat dengan teliti lukisannya" ucap Sagara
"Astagfirullahaladzim... Yan, lukisannya mirip mama kamu" ungkap Adrian
"Iya pa, mungkin ada jin yang membuat om Ferdinand mengira kalau itu adalah mama" jawab Rayyan
"Coba Ola lepas dulu om Ferdinand nya, Opa mau tahu apa yang terjadi" pinta Adrian dan Aurora melepaskan pandangannya dari Ferdinand
Perlahan Ferdinand melihat sekeliling dan dia terlihat kesal saat melihat Adrian ada disana
"Mau apa kamu kesini! Mau buat Sari menangis lagi? Dia akan tinggal disini mulai sekarang, jadi kamu bisa santai dengan selingkuhan kamu itu!" Bentak Ferdinand
"Sepertinya jin itu sudah meracuni pikiran Om Ferdinand pa" bisik Rayyan
"Gue nggak pernah selingkuh, dan Sari juga masih ada di rumah gue, dia sedang memasak" jawab Adrian memperlihatkan Sari yang sedang memasak
"Itu pasti foto Lama, Sari ada di dalam dan kami akan menikah setelah kalian bercerai nanti!" Bentak Ferdinand membuat William terkejut
"Papa!" Panggil William
"Kamu juga harus menerimanya William" ucap Ferdinand tegas
"Papa kamu sedang kena sihir dari jin itu William, itu bukan sepenuhnya papa kamu" bisik Safira dan William mengangguk faham meski dalam hatinya dia merasa sesak
Tanpa basa basi, Adrian langsung membacakan ayat ayat rukiyah pada Ferdinand sambil memegang kepalanya, Ferdinand terus meronta-ronta bahkan menyerang Adrian.
Sagara dan Rayyan sigap memegangi Ferdinand Agar tidak terus berontak dan juga mencoba menyerang Adrian, sementara Khalid terus melihat setiap sudut rumah bersama Gafi.
"Itu!" Ucap Khalid menunjuk pintu kamar Ferdinand
"Pintunya di kunci" ucap Gafi
"Biar aku panggil William dulu" ucap Gafi
William naik bersama Gafi, dan dia langsung membuka pintu itu menggunakan kunci cadangan yang dia pegang
Ceklek. Bukh.
"Akhh... " Teriak Khalid saat sebuah Vas bunga menghantam kepalanya
"Bang, hati hati" ucap Gafi menarik tangan Khalid agar berada di belakangnya
"William sebaiknya kamu tunggu saja di bawah,biar kami yang urus disini" ucap Khalid dan William mengangguk.
"Dimana bang?" Tanya Gafi
"Di dekat tempat sampah itu, dia masuk ke dalam.. aih gue malas ngomonginnya" gerutu Khalid
"Dimana?" Tanya Gafi geregetan
"Di dalam kondom bekas!" Umpat Khalid dan Gafi cengengesan
"Om Ferdinand lupa buang atau Gimana ya" gerutu Gafi meledek Khalid
"Diam, cepat kamu pegang itu dan kita hancurkan lukisannya" kesal Khalid
"Anjir, Bau banget lagi, yang mana? Ini ada lima loh" umpat Gafi
"Ish... Kenapa orang tua senang sekali main begituan! Itu tuh yang paling pinggir" umpat Khalid
"Bismillahirrahmanirrahim... " Gafi memegang kondom itu dan memusatkan perhatiannya ke dalam cairan yang masih tersisa di dalamnya, hingga beberapa detik kemudian kondom itu terbakar dan Gafi menjatuhkannya ke dalam tempat sampah berisi sampah sampah yang lain.
"Aarrrgggghhhhhh... "
Dhuar. Dhuar.
Teriakan jin itu dan juga suara ledakan terdengar memekakan telinga sampai William terus menutupi telinganya
"Allahuakbar... !" Ucap Adrian mengakhiri bacaannya dan mengusap wajah Ferdinand yang sekarang terlihat semakin pucat
"Alhamdulillah... Rayyan, bakar lukisan itu, ajak Khalid dan pastikan semuanya terbakar" ucap Adrian
"Baik pa" jawab Rayyan membawa lukisan itu
Tak lama Khalid dan Gafi turun membawa tempat sampah yang masih terbakar dari lantai dua, Rayyan menarik Khalid agar ikut dengannya ke halaman belakang bersama William
"Aurora, tugas kamu sayang" ucap Safira
"Bismillahirrahmanirrahim... " Ucap Aurora menyentuh ubun ubun Ferdinand dan terus memfokuskan matanya pada mata Ferdinand.
"Lupakan semuanya, dan hanya ingat kalau lukisan yang Om terima adalah lukisan bergambar ikan bukan lukisan Tante Sari" bisik Aurora dan Ferdinand mengangguk
Brak. Brak. Brak.
Dari luar terdengar suara gebrakan seperti sesuatu yang hendak memaksa masuk.
"Itu, Anak anak jin yang di hasilkan dari persetubuhan dengan manusia yang di lakukan jin itu" ungkap Safira
"Andromeda bilang, bakar lukisan itu sampai habis dan abunya harus di kubur di tempat yang jarang di lewati manusia" ucap Safira
"Dimana kira kira, yang tidak di datangi manusia "Gumam Adrian masih memegangi Ferdinand yang belum sepenuhnya pulih
"Muntahan om Ferdinand juga harus di buang dengan abu lukisan itu om" ucap Aurora
"Astagfirullah, om lupa, kamu jaga Ferdinand, om akan ke belakang untuk kasih tahu Rayyan dan Khalid" ucap Adrian berlari ke arah halaman belakang
"Dimana ya mom buangnya?" Tanya Aurora
"Kalau di kuburan gimana?" Tanya Safira
"Boleh, di sana kan jarang di datangi manusia kalau bukan mau jiarah" jawab Sagara
Di luar.
"Kalian sedang apa? Kenapa bisa masuk ke sini?" Tanya Vincent yang baru pulang dan dia melihat Adrian berlari dari arah samping rumah Ferdinand.
"Kami mau bakar lukisan ini kak" jawab Khalid
"Kamu juga William?' tanya Vincent
"Iya kak, papa kerasukan dan di dalam sedang di jaga Ola dan orang tuanya" jawab William
Vincent panik dan masuk ke dalam rumah untuk melihat Ferdinand.
"Bismillahirrahmanirrahim.. laa Haula walaa kuwwata Illa billahil a'liyyil a'dziim"
Sreek..... Krak. Krak. Krak. dhuaaarr
Api menyala dan kayu yang menjadi pigura itu perlahan lahan patah dan hancur terbakar begitupun dengan lukisannya yang terlihat mengeluarkan darah dan meledak.
"Alhamdulillah.. sekarang satukan abunya dengan muntahan Ferdinand, kita bawa menggunakan peti kayu ini saja" ungkap Adrian
"Papa dapat dari mana itu?" Tanya Rayyan
"Ini kayanya pajangan si Ferdinand, ada di meja dan isinya mutiara gede banget, jadi papa ambil saja buat wadah" Jawab Adrian cuek.
"Harganya mungkin mahal Opa" ucap Khalid tak habis pikir
"Ah nggak apa apa, si Ferdinand kaya, dia bisa beli yang begini lagi, iya kan William?" Tanya Adrian.
"Itu hadiah dari Opa kami di London om, tapi nggak apa apa demi keselamatan papa dan mama, om pakai saja" jawab William tersenyum canggung.
"Tuh yang punya saja nggak keberatan ko kalian sewot" ucap Adrian memasukkan sisa abu lukisan itu sampai bersih ke dalam peti itu dan menutupnya kembali
"Sudah, ayo kita lihat papa kamu" ajak Adrian
Mereka kembali masuk, dan Ferdinand sudah mulai terlihat sadar kembali
"Kalian ada disini?" Tanya Ferdinand bengong menunjuk Adrian dan Rayyan
"Iya, gue mau minta bolu pisang buat istri gue, kemarin Ola bawa ke rumah dan Sari ngambek" jawab Adrian menyembunyikan peti yang dia bawa di belakang punggungnya
"Tapi kayanya sudah habis, mau gue pesenin lagi? nggak lama ko datangnya" tanya Ferdinand masih sedikit linglung.
"Iya deh, gue tunggu disini, Yan kamu bawa ini dengan Sagara, dan kubur di kuburan umum saja" bisik Adrian
"Iya pa, Om kami mau pamit dulu ya, mau beli batagor pesanan Ola" pamit Rayyan mencium tangan Ferdinand begitupun Sagara
"Nanti aku kesini lagi jemput kalian" ucap Sagara mengusap rambut Safira dan Aurora
"Itu siapa Ola?" Tanya Vincent yang saat masuk hanya fokus pada Ferdinand
"Itu Daddy Ola, dan ini mommy Ola" jawab Aurora dan di balas senyuman oleh Vincent
"Selamat sore Tante, maaf tadi saya khawatir dengan papa jadi lupa sapa" ucap Vincent mencium tangan Safira
"Tangan saya nggak kamu cium?" Tanya Adrian menyodorkan tangannya yang penuh tanah
"Nggak cuci tangan dulu om?" Tanya Vincent merasa ragu
"Nanti setelah kamu cium tangan saya, baru saya cuci" jawab Adrian menatap Vincent tajam, dan Vincent yang takut akhirnya mencium tangan Adrian juga.
"Kenapa tangan Lo kotor?" Tanya Ferdinand
"Gue tadi ajak Khalid main tanah, mau cari cacing buat mancing bareng geng lansia" jawab Adrian
"Om siapanya Ola ya?" Tanya Vincent
"Anak saya yang nomor lima adalah calon suaminya Ola" jawab Adrian membuat Vincent kesal
"Anak kamu kan yang laki laki hanya Rayyan" ucap Ferdinand yang bisa melihat Vincent terlihat marah.
"Langit, dia juga anak gue" jawab Adrian tegas
Vincent semakin mengepalkan tangannya dan memilih untuk pergi dari sana dengan perasaan emosi.
"Astagfirullah... Opa masih saja suka bikin orang kesal" gerutu Gafi
"Mau gimana lagi, itu Opa Rian, pasti akan lebih pro ke Opa Dala" bisik Khalid
"Khalid, kepala kamu berdarah sayang, sini duduk" ucap Safira
"Iya mom, tadi kena batu di halaman belakang" jawab Khalid berbohong
"Biar om ambilkan kotak P3K dan akan om bantu obati" ucap Ferdinand
"Ko lukisannya nggak ada? William apa kamu tahu dimana lukisan papa?" Tanya Ferdinand melihat tembok tempat lukisan itu sudah tidak ada
"Ada pa, di gudang, kata papa kan mau di pindahkan ke kamar papa" jawab Wiliam berbohong
"Oh iya papa lupa" jawab Ferdinand
Setelah mengambil kotak P3K dan mengobati Khalid, Ferdinand memesan kue bolu untuk Adrian
"Ferdinand.. Lo harus lebih hati hati saat buang barang yang berharga tahu nggak, kenapa Lo pake kondom? Harusnya Lo buang saja di dalam" ucap Adrian berbisik
"Maksudnya apa?" Bisik Ferdinand panik
"Tempat sampah dan tempat kotor itu adalah salah satu tempat yang di sukai para jin dan setan, jadi Lo harus perhatikan jangan buang kondom sembarangan, Lo harus hati hati, istri Lo sakit kan? Maka dari itu jangan suka sembarangan buah barang berharga" bisik Adrian
Plak.
"Jangan murung, istri Lo akan baik baik saja selama Lo setia sama dia" ucap Adrian menggeplak kepala Ferdinand
"Gue setia ya, mana ada gue selingkuh, kepikiran juga nggak!' gerutu Ferdinand mengusap kepalanya
"Bohong banget" sinis Adrian mencibir
"Eh gue jujur! Mau ngajak berantem Lo!" Umpat Ferdinand
"Gue yakin, kalau Sari kesini dan merengek sama Lo, Lo pasti akan luluh juga" ledek Adrian mencibir dan Ferdinand tak bisa membalasnya lagi, yang di katakan Adrian memang benar, Sari masih menempati posisi pertama di hati Ferdinand, itu sebabnya jin itu bisa dengan mudah menipu Ferdinand.
moga karyamu yang ini juga luar biasa ya thorr🤲
semangaat🤭