Ketika dendam dan cinta datang di waktu yang sama, pernikahan bak surga itu terasa bagai di neraka.
“Lima tahun, waktu yang aku berikan untuk melampiaskan semua dendamku.”_ Sean Gelano Aznand.
“Bagiku menikah hanya satu kali, aku akan bertahan sampai batas waktu itu datang.”_ Sonia Alodie Eliezza.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vebi_Gusriyeni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7 : Kenapa Dia? Padahal Aku Lebih Dulu
...🌼...
...•...
...•...
Kenzo kembali ke Jakarta sendiri tanpa Sean, disibukkan dengan pekerjaannya. Semenjak Sean pindah ke Bandung, mereka jarang bertemu lagi.
"Kenzo," sapa wanita paruh baya sambil memasuki ruangan Kenzo.
"Tante, mari duduk!" Kenzo menghentikan kegiatannya dan duduk bersama dengan wanita paruh baya itu.
"Ada apa Tante ke sini? Tumben banget," tanya Kenzo pada Nila— ibu tiri Sean.
"Ada yang mau tante tanyakan sama kamu mengenai Sean."
"Ada apa ya, Tan?"
"Begini Sayang, sudah lima bulan Sean tinggal di Bandung, biasanya jika ada kerjaan di luar kota, dia tidak akan selama itu, paling hanya dua sampai tiga hari dan paling lama ya seminggu. Ini sudah lima bulan, tapi Sean masih belum kembali juga. Semua perusahaannya di sini juga di-handle sama Jonathan, kan. Memangnya apa pekerjaan yang membuat Sean begitu lama di Bandung?" Nila bertanya dengan penuh rasa penasaran mengenai kegiatan dari anak tirinya itu.
"Hm ... Ya biasa Tante, bisnis Sean sekarang sedang naik-naiknya, banyak perusahaan lain yang ingin menjalin kerja sama dengan perusahaannya." Kenzo sengaja menyembunyikan alasan utama Sean pindah ke Bandung, dia sangat tahu watak Nila yang hanya ingin membuat hubungan sahabatnya itu hancur bersama Sonia. Nila sangat membenci Sonia, dia terus berusaha untuk memisahkan Sean dari kekasihnya itu.
"Oh Tante minta alamatnya Sean di Bandung ya Ken, udah lama nggak ketemu Sean, Tante kangen." Nila sangat pandai bermulut manis, tapi sayangnya Kenzo bukan orang yang gampang ditipu dengan mulut manisnya itu.
"Kurang tahu Tan, soalnya dia menginap di hotel dan pindah-pindah, nggak netap," bohong Kenzo, padahal dia tahu kalau Sean memiliki rumah mewah di Bandung.
"Kamu coba telfon dia dan tanyain dia ada di mana." Kenzo terlihat enggan dengan ide Nila ini.
"Ayo lah Ken! Kalau tante yang telfon, dia pasti nggak akan jawab, kamu kan tahu sendiri dia gimana sama Tante. Kasihan papanya, udah kangen banget pengen ketemu dia." Nila beralasan kalau Endro— Papa Sean lah yang sedang kangen, padahal Kenzo tahu, Sean dan Endro tidak pernah akur dan mereka sangat jarang bertemu.
"Oke, sebentar ya." Kenzo mengambil ponselnya dan berpura-pura menghubungi Sean.
"Di mana sekarang?"
"Oh oke, maaf." Kenzo mematikan ponselnya dan menatap Nila dengan sedikit kecewa.
"Sorry Tante, dia lagi sibuk, nanti dia akan telfon lagi. Gimana kalau nanti aku kabarin Tante aja, nggak enak ganggu dia kerja sekarang."
"Hm, oke. Kamu janji sama tante untuk memberitahu di mana Sean ya."
"Oke, siap, Tante tenang aja."
Mereka kembali berbincang ringan dan lepas itu Nila pun pamit untuk pulang.
"Tante balik dulu, jangan lupa yang tadi ya Ken."
"Oke Tan."
Kenzo merasa lega saat Nila sudah hilang dari pandangan matanya.
"Dasar wanita tua rese, ngapain kepo amat sama kehidupan orang lain. Gini nih contoh kalau anjing dikasih akal, bikin rusuh aja," seloroh Kenzo setelah Nila pergi.
...***...
Di dalam mobil, Nila belum puas dengan jawaban Kenzo, dia sangat yakin kalau Sean ke Bandung bukan hanya urusan pekerjaan. Nila begitu kesal karena selalu diresahkan oleh Sean, ya begitulah manusia, kalau tidak ada kerjaan ya ngurusin hidup orang lain.
"Aku harus cari tahu bagaimanapun caranya, aku tidak mau Sonia kembali masuk ke dalam hidupnya Sean. Aku harus menghentikannya sebelum mereka benar-benar kembali menjalani hubungan," ujar Nila dengan amarah yang tertahan.
Nila memasuki rumah mewahnya yang disambut oleh teriakan Endro pada Fian.
"Dasar anak tidak berguna, kerjaanmu hanya menghabiskan hartaku saja, lebih baik kau mati membusuk di dalam penjara," teriak Endro pada anak bungsunya itu.
Nila langsung menghampiri dan memeluk Fian, ia terlihat begitu santai dan terkesan tidak mempedulikan amarah Endro.
"Jangan marah-marah begitu dong sama anak sendiri, dia masih muda, wajar kalau dia sedikit nakal," ujar Nila yang berpihak pada Fian.
"Bela terus anak ini." Endro memecahkan guci besar yang membuat Nila kaget, lalu Endro beranjak pergi. Nila menanyakan apa yang diperbuat oleh Fian sehingga papanya marah besar seperti itu.
"Aku melakukan transaksi narkoba dengan pelangganku dan aku ketahuan oleh polisi." Fian dengan santai mengatakan hal itu, dia kembali mendapatkan pelukan hangat dari Nila karena memang Nila membebaskan Fian untuk melakukan apa pun yang Fian sukai.
"Lain kali kalau kamu mau transaksi begituan, jangan sampai ketahuan dong, kalau papamu sering marah-marah sama kamu, bisa-bisa kita berdua akan ditendang dari rumah ini. Kamu mau hidup miskin dan nggak punya apa-apa?"
"Nggak lah Ma, aku nggak mau jadi miskin."
"Kalau gitu, kamu harus jadi anak penurut sama papamu."
"Oke."
Fian memasuki kamarnya, hari ini adalah hari tersial dalam hidupnya karena sampai ketahuan oleh polisi saat transaksi narkoba.
Fian anak yang begitu nakal, kenakalannya bukan hanya kenakalan biasa, dia bahkan sering melakukan kekerasan dan pemerkosaan di luaran sana. Dia juga bukan sekadar memakai narkoba, tapi juga bandar besar, bisnis ini sudah lama dia geluti dari semenjak di SMA. Fian merebahkan tubuhnya di kasur dan mengingat kembali umpatan-umpatan dari Endro.
"Lihat saja kau tua bangka, suatu saat kau bakalan aku mutilasi." Fian begitu dendam pada Endro karena dia selalu dihina dan direndahkan oleh Endro. Dia juga selalu dibanding-bandingkan dengan Sean yang sukses serta tajir melintir.
...***...
Sonia sudah menutup usaha rumahannya, dia sekarang fokus mengubah pola hidup lebih sehat dan tidak akan memaksakan diri untuk bekerja.
Kesibukannya selama ini hanya untuk mengalihkan pikirannya dari Sean, sekarang Sean sudah kembali menjadi miliknya.
Sonia segera menyelesaikan pekerjaannya di kantor karena sepulang dari kantor Sean akan menjemputnya. Dia merasa bahagia semenjak pacaran kembali dengan Sean. Di balik kebahagiaan Sonia itu, ada Vanno yang begitu terluka. Dia belum bisa menerima hubungan Sonia dan Sean.
"Gimana caranya supaya Sonia bisa menjadi milikku? Aku sangat mencintainya," batin Vanno yang terus menatap foto cantik Sonia yang sengaja dia ambil secara diam-diam.
"Apa kelebihan Sean dibanding diriku? Aku juga memiliki apa yang dia miliki, kau baru saja mengenal dia tapi kau sudah menerima dia menjadi kekasihmu. Ini sangat tidak adil Son, sangat tidak adil untukku," lirih Vanno.
Vanno menyandarkan kepalanya lalu memejamkan mata, merasa begitu sakit dengan semua ini, wanita yang dia cintai kini sudah dimiliki oleh pria lain.
“Aku pikir pria di masa lalumu itu yang telah memenuhi hatimu hingga kamu tidak membuka hati untukku, nyatanya! Sean yang baru saja hadir langsung kamu terima untuk menjadi kekasimu, Sonia. Memangnya kurangku apa? Apa aku kurang kaya? Sepertinya tidak juga,” gerutu Vanno yang terlihat sedikit frustasi kali ini.