Dunia Tati hancur, ketika suami yang sangat dia cintai, yang dia harapkan bisa menjaganya, melindunginya. Malah menjualnya ke pria lain. Sedang suaminya sendiri malah selingkuh.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irawan Hadi Mm, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB. 30
Talita mengerdikkan bahunya, "Mama juga gak ngerti, pah! Nanti biar mama langsung tanyakan sendiri sama si Brian itu! Maksud nya apa dia ngomong begitu sama kita!" kata Talita.
Temmy bingung dengan ucapan pria itu, karena selain mengetahui dia adalah seorang pengusaha yang memang menjalani bisnis legal maupun tidak legal. Temmy tidak tahu lagi tentang pria itu.
Dan Temmy, makin gelisah saja. Putrinya tadi mengatakan, kalau setelah berpisah dagu Junet. Tati akan bersama dengan pria itu. Rasanya Temmy semakin khawatir saja.
Sebenarnya ada masalah apa dengan kisah cinta anak satu-satunya itu. Kenapa dia harus selalu jatuh cinta pada seseorang yang Temmy sama sekali tidak suka sejak kesan pertama bertemu dengan pria itu.
Temmy beralih pada Talita, pria itu menunjukkan ekspresi wajah yang sangat serius pada istrinya itu.
"Mama harus bisa yakinkan Tati, pria itu kejam, mah! Dia bisa lebih nekad dari sekedar menembak kaki papa, mah! Dia bisa kapan saja melenyapkan nyawa kita, mah! Kalo perlu mama minta Tati untuk menjauhi pria itu, dia bukan pria yang bisa melindungi Tati dan membuat Tati merasa bahagia, mah!” pinta Temmy dengan nada meyakinkan.
Dia hanya terlalu khawatir, dia adalah orang tua yang begitu perduli pada putrinya. Dia benar-benar mencemaskan Tati. Dia pikir, mungkin pria itu hanya akan mempermainkan Tati saja. Dia lebih khawatir, lebih daripada saat dia khawatir Tati menikah dengan Junet.
"Mama usahakan ya, pah! Papa istirahat dulu di kamar. Biar mama yang bicara sama Tati." Talita berusaha menenangkan suaminya.
"Pokonya mama harus buat Tati sadar, pilihan berpisah dengan Junet sudah tepat. Tapi tidak dengan menikahi Brian. Itu keputusan Tati yang paling keliru, mah!" cerocos Temmy dengan penuh emosi.
Talita menghela nafas panjang. Dia mulai khawatir pada suaminya yang terlihat semakin emosional dan tidak tenang itu.
"Mama ngerti kekhawatiran papa, tapi mama rasa Brian itu benar benar mencintai Tati. Dia bisa menjaga, melindung dan membahagiakan putri kita, pah!" cerocos Talita dengan tatapan meyakinkan.
Temmy mengerutkan keningnya gak percaya, "Jadi mama mendukung hubungan mereka berdua?" Temmy terlihat tidak senang mendengar apa yang dikatakan istrinya barusan itu.
Tapi, Talita kan juga seorang wanita. Setidaknya dia memiliki feeling itu, feeling dimana dia merasa kalau Brian itu bukan ingin mempermainkan Tati. Atau sekedar ingin memanfaatkan Tati saja.
Talita menganggukkan kepalanya, "Mama melihat ketulusan di mata Brian untuk putri kita, pah!" sebenarnya dia mengatakan itu, juga supaya suaminya tidak terlalu mengkhawatirkan Tati.
Mendengar itu, Temmy terlihat semakin masam
"Papa mau istirahat, mah! Tinggalkan papa sendiri!" seru Temmy dengan tatapan kecewa pada sang istri. Ia bahkan memunggungi Talita dengan pertanyaan yang bersarang di kepala nya.
Talita kembali menghela nafas panjang lagi. Dia sebenarnya juga khawatir, tapi mau bagaimana? sekarang bukan waktunya mereka terus bisa berdebat atau mendebat Brian.
'Maaf, pah! Mama punya penilain sendiri terhadap Brian. Putri kita sudah cukup menderita selama bersama dengan Junet, papa juga sudah tau itu kan! Kita sebagai orang tua hanya bisa berharap, semoga kali ini Tati benar benar dapat merengkuh kebahagiaan nya dengan pria yang ia cintai." cerocos Talita dengan tatapan penuh harap, sebelum meninggalkan Temmy di kamar seorang diri.
Sementara itu, di luar kamar orang tua Tati. Tati segera menepis tangan Brian dari pinggangnya.
"Aku bisa jalan sendiri! Kamu gak perlu merangkul ku!" Tati menyingkirkan tangan Brain dari pinggangnya.
Sreeek.
Sayangnya Tati kembali dalam rangkulan Brian. Pria itu enggan melepaskan Tati. Bahkan saat ini rangkulannya semakin erat.
Brian berseringai, dengan nada penuh penekanan,
"Jangan berani membantah ku, Tati! Gak ingat kah kamu dengan apa yang baru terjadi pada papa mu!" gertaknya lagi. Sebenarnya dia hanya ingin Tati menurut, tapi karena wanita itu sangat keras kepala, dia hanya bisa menggunakan cara yang keras juga.
Tati mendongak, menatap jengkel Brian, "Gak bisa kah tanpa harus mengancam? Melibatkan orang tua ku?" tanya Tati. Dia sungguh muak terus di ancam oleh pria yang menurutnya sangat menyebalkan itu.
Brian menggeleng, "Jika mereka bisa aku jadikan senjata untuk melumpuhkan mu, akan aku lakukan!" tegasnya.
"Dasar manusia gak punya hati!" maki Tati kesal.
Sayangnya Brian malah terkekeh saja di maki seperti itu oleh Tati.
"Lebih baik tidak punya hati, tidak perlu merasakan sakit hati! Kau punya hati, tapi terus di sakiti pasangan mu! Apa menyenangkan seperti itu? tidak enak kan!" ejek Brian.
Brian membawa Tati melangkah mendekat ke arah pembatas lantai 2. Di mana ada Josep, Tama dan Danu.
"Bagaimana perasaan mu terhadap 2 pria di bawah sana, Tati!" tanya Brian, terfokus pada Josep dan Tama.
Tati mengerutkan keningnya penuh tanya, "Untuk apa kamu menanyakan mereka?" tanyanya penuh curiga.
"Kamu hanya perlu menjawab,Tati! Apa ada diantara keduanya yang mungkin menarik perhatian mu?" tanya Brian dengan rahang yang tampak sedikit mengeras.
Tati menggeleng dengan mantap, "Aku hanya menganggap keduanya teman." jawabnya jujur.
"Kamu yakin? Aku lihat Josep begitu peduli dengan mu dan orang tua mu terlihat mengandalkannya! Bukan begitu, Tati?" tanya Brian dengan penuh selidik.
Tati mengerdik kan bahunya,
"Mau bagaimana lagi, mama dan papa gak bisa mengandalkan mas Junet. Sementara Josep merupakan salah satu anak dari sahabat mama dan papa. Bukankah ini hanya masalah meminta bantuan pada yang dirasa mampu?" tanya Tati.
"Apa kamu menyukainya, Tati?" tanya Brian serius.
"Suka sebagai kaka dan adik, mungkin iya! Tapi tidak sebagai pria dan wanita pada umumnya." jawab Tati dengan cepat.
Brian sepertinya cukup puas dengan jawaban Tati.
"Bagaimana dengan Tama, sedikit cuek tapi gak bisa menutupi kelegaan yang terpancar di wajahnya saat melihat mu baik-baik saja!" ujar Brian tanpa ragu.
"Tama dulu pernah menjadi sekretaris mas Junet tapi hanya beberapa hari, karena setelah itu mas Junet memecatnya." jelas Tati apa adanya.
"Apa kamu gak memiliki perasaan sama sekali untuk Tama?" tanya Brian dengan tatapan menyelidik.
"Cinta ku sudah habis untuk pria yang pernah menyelamatkan ku. Tapi sekarang cinta ku sudah mati. Gak akan ada cinta lagi disini!" Tati menunjuk dadanya yang terasa sesak.
"Dramatis sekali!" ejek Brian.
***
Bersambung...