NovelToon NovelToon
When Our Night Began

When Our Night Began

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / CEO / One Night Stand / Pernikahan Kilat / Obsesi
Popularitas:9.1k
Nilai: 5
Nama Author: blumoon

Satu malam yang seharusnya hanya menjadi pelarian, justru mengikat mereka dalam takdir yang penuh gairah sekaligus luka.
Sejak malam itu, ia tak bisa lagi melepaskannya tubuh, hati, dan napasnya hanyalah miliknya......

---

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon blumoon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Cincin permata biru

Mobil hitam itu melaju dengan kecepatan sedang, meninggalkan butik menuju toko perhiasan ternama. Hanya butuh sekitar sepuluh menit sebelum akhirnya roda mobil melambat dan berhenti tepat di depan sebuah toko dengan papan nama elegan bertuliskan “Azure Jewel & Co.”

Hyunwoo segera beranjak dari kursinya, membuka pintu, dan keluar dari mobil. Berbeda dengan dirinya, Soojin masih tetap duduk diam di dalam, tak bergeming sedikit pun.

“Ayo,” Hyunwoo mengulurkan tangan, nadanya tenang.

Namun Soojin hanya melirik sekilas lalu menyilangkan kedua tangannya di dada, menolak untuk bergerak.

“Ayo, kita sudah sampai,” ulang Hyunwoo dengan sabar.

Tetapi, seperti sebelumnya, Soojin kembali tak menanggapi.

Wajah Hyunwoo mulai mengeras. “Han Soojin. Keluar sekarang… atau saya paksa kamu keluar dari situ.” Suaranya datar, tapi aura dinginnya membuat udara di sekitar seakan membeku.

“Dasar pria gila…” batin Soojin, tubuhnya sedikit bergetar. Ia bergumam lirih, “Serem banget sih ni laki kalau marah…”

Suara itu ternyata masih cukup terdengar oleh Hyunwoo. Ia menahan tawa kecil lalu menghela napas, mencoba memperbaiki ekspresinya. Senyum tipis muncul di wajahnya, meredam sedikit ketegangan.

“Kalau tidak mau keluar sendiri…” Hyunwoo mendekat, lalu menunduk tepat di depan pintu mobil, “…biar saya bantu.”

“Aaakh, turunkan aku!” teriak Soojin saat tubuhnya terangkat begitu saja dalam gendongan Hyunwoo.

“Tidak akan,” jawab Hyunwoo singkat namun penuh kepastian. “Karena kamu tidak mau keluar dan berjalan sendiri, maka saya dengan senang hati menggendongmu sampai ke dalam.”

Tanpa memperdulikan protes Soojin, Hyunwoo melangkah masuk ke dalam toko dan menurunkannya di sebuah sofa beludru mewah.

“A…i…ni…” Soojin ingin bertanya, tetapi suaranya terputus saat seorang pria paruh baya mendekat dengan penuh hormat.

“Ini, Tuan. Barang yang Anda minta.” Ia menyerahkan sebuah kotak beludru hitam.

Hyunwoo hanya mengangguk singkat, menerima kotak itu lalu mengibaskan tangannya, menyuruh pria tersebut mundur.

Hyunwoo membuka kotak itu perlahan. Di dalamnya berkilauan sepasang cincin, dengan permata biru muda yang memantulkan cahaya lampu kristal di atas mereka.

“Tangan,” ucap Hyunwoo.

“Eh? Hah? Apa… tangan?” Soojin tergagap, matanya berkedip-kedip tak mengerti.

“Iya, tanganmu.” Hyunwoo meraih jemari Soojin dengan lembut, seolah takut melukai, lalu menyematkan cincin dengan permata biru itu di jari manisnya.

Soojin terpaku. Matanya menatap cincin itu, bibirnya refleks berbisik, “Indah…”

Hyunwoo mendengarnya jelas. Senyum tipis terukir di bibirnya. “Ya. Seindah kamu.”

“Hah?!” Soojin terlonjak, wajahnya merona padam. " Kok denger sih? Padahal kupingnya sama aja kayak gue, tapi kenapa pendengarannya tajam banget… " batinnya panik. Ia menatap Hyunwoo penuh curiga, seolah pria itu punya cara khusus mengetahui isi hatinya.

Hyunwoo membalas tatapannya dengan tenang. “Soojin, apa kau menyukai cincinnya?”

Soojin terdiam sejenak sebelum akhirnya mengangguk kecil. “Eh… suka, suka. Tapi… bagaimana Anda tahu saya menyukai warna biru?”

Pertanyaan itu membuat Soojin semakin gelisah. Minjae, orang yang lama bersamanya, bahkan tidak tahu hal kecil seperti kesukaan Boba atau warna favoritnya. Tapi Hyunwoo… tahu dengan tepat. " Tidak mungkin hanya kebetulan…" batinnya.

Hyunwoo hanya tersenyum lagi. Ia menunduk, lalu dengan nakal menyentil kening Soojin pelan. “Apa yang sedang dipikirkan istriku?” bisiknya.

Jarak wajah mereka kini hanya terpaut sejengkal. Tatapan itu begitu dekat, begitu menyesakkan, dan Soojin bisa merasakan detak jantungnya kacau tak terkendali.

" Aaaa, tidak, ini terlalu dekat. Tidak, ini terlalu tampan. Jantungku… jantungku mau copot! " teriak batinnya.

Soojin spontan memundurkan tubuhnya hingga tergelincir di sofa, wajahnya panik.

“Hati-hati,” ujar Hyunwoo lembut. Ia meraih tubuh Soojin sebelum jatuh lebih jauh, lalu tanpa diduga, mengangkatnya kembali kali ini langsung ke pangkuannya.

“Eh…” Soojin mencoba bangkit dari pangkuan Hyunwoo, tapi pria itu menahan dengan satu tangan. Senyum tipis terukir di bibirnya, lalu jemarinya menyentuh tengkuk Soojin, menarik wajah gadis itu semakin dekat. Jarak mereka hanya sejengkal.

Tanpa memberi waktu untuk menolak, Hyunwoo melumat bibir Soojin dengan lembut namun penuh tekanan.

“Emmhh…” Soojin meronta, tangannya memukul-mukul dada bidang Hyunwoo. Tapi semakin ia mencoba menjauh, semakin kuat ciuman itu menuntut. Saat ia hampir kehabisan napas, Hyunwoo melepaskannya.

“Hhh…” Soojin terengah, dadanya naik-turun, napasnya tidak beraturan.

“Bernapas, sayang. Bernapas,” goda Hyunwoo nakal, lalu mengecup keningnya sekilas.

Soojin mendengus kesal, pipinya memerah. “Bisa nggak sih kalau mau cium bilang-bilang dulu? Jadi aku bisa ngelak!”

Hyunwoo terkekeh, lalu menurunkannya dari pangkuan. “Oke, lain kali pasti izin,” jawabnya seolah benar-benar tulus. “Sekarang kita harus ke gedung, kamu harus siap siap makeup dan persiapan lainnya.”

Ia kemudian memanggil pria paruh baya tadi kembali masuk. “Kerja Anda bagus. Istri saya menyukai cincinnya. Bonus akan ditambahkan langsung ke rekening Anda.” Nada Hyunwoo tegas, dingin.

Soojin hanya bisa mendengus pelan ketika tangannya kembali digandeng. Mereka keluar toko, melangkah menuju mobil.

Namun tiba-tiba, ponsel Soojin berbunyi. Nada dering “Stigma” dari V BTS mengalun, membuat langkahnya terhenti.

Nama “My Eunhee ❤” terpampang jelas di layar.

Hyunwoo melirik sekilas, alisnya langsung mengernyit. “SIAPA?” suaranya dalam, penuh tekanan.

“Sahabatku, Eunhee. Dia yang telepon,” jawab Soojin sambil melirik balik dengan tatapan heran.

“Angkat. Loudspeaker.” Suaranya cepat, penuh instruksi.

“A… oke…” Soojin menelan ludah, lalu menekan tombol terima.

Suara panik terdengar dari seberang.

“Soojin! Lo di mana?! Tadi gue ke apartemen, kosong! Gue cari-cari nggak ketemu!”

Hyunwoo mengembuskan napas panjang, jelas merasa lega. Rupanya Eunhee seorang perempuan.

“A… aku lagi di luar. Sebentar lagi pulang. Lo tunggu aja di apartemen, oke?” ujar Soojin tergesa, seolah ingin menutup pembicaraan.

“Eh… oke…” Eunhee terdengar bingung, tapi akhirnya mengalah.

Tut… tut… tut…

Soojin menutup telepon sepihak. Senyumnya kaku, canggung.

Hyunwoo menatapnya sebentar lalu mengecup keningnya singkat. “Pak, ke apartemen Nona Soojin dulu,” perintahnya pada sopir.

Soojin langsung menoleh kaget. “Ehh?! Kamu tahu apartemenku di mana?” Tatapannya penuh curiga.

“Hm. Tahu.” Hyunwoo menjawab singkat, mengangguk ringan.

“Kamu penguntit, ya?! Kok tahu apartemenku? Kan kita baru kenal… baru…” Soojin mengerucutkan bibir, menghitung cepat, “…satu hari satu malam!”

Hyunwoo terkekeh kecil, lalu meraih pinggangnya dan merapatkan tubuh gadis itu ke arahnya. “Tadi pagi sebelum kamu bangun, Hanuel sudah menyelidiki tentangmu. Semua. Di mana kamu tinggal, seperti apa masa kecilmu…”

Ia menunduk, suaranya melembut. “Maaf, istriku, kalau menurutmu itu tidak sopan.” Telapak tangannya membelai lembut pipi Soojin. “Mulai sekarang, suamimu ini yang akan menjagamu. Aku pastikan tidak ada seorang pun yang bisa menyakitimu lagi.”

Tatapannya serius, hangat. Membuat Soojin merasakan sesuatu yang asing namun menenangkan. Air matanya menetes tanpa ia sadari.

“Hiks… siapa yang istrimu. Aku bukan istrimu…” suaranya pecah di antara tangis. Hatinya berdesir aneh, sakit sekaligus bahagia. Bahagia karena ada pria yang begitu meyakinkan ingin melindunginya, namun juga takut. Takut keluarganya tidak akan pernah menerimanya, seperti keluarga Minjae yang selalu menghina nya miskin, anak yatim, pembawa sial.

Soojin menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan, tangisnya pecah. “Hiks… huaaa…”

Hyunwoo segera menariknya ke dalam pelukan, menekan kepala Soojin di dadanya. “Beri aku kesempatan sekali saja, untuk membuktikan keseriusan suamimu ini.”

“Tapi… Hyunwoo… kita kan orang asing,” isak Soojin pelan.

“Sekarang, kita bukan orang asing lagi.”

CUP.

Hyunwoo mengecup bibirnya singkat.

“Sudah, berhenti menangis. Nanti sahabatmu salah paham,” ujarnya lembut, sambil membuka sabuk pengamannya dan sabuk Soojin.

“Eh… udah sampai?” Soojin mengedip bingung, suaranya terdengar manja.

Hyunwoo menatapnya sejenak, lalu tersenyum kecil. “Lucu,” gumamnya begitu lirih hingga Soojin tak mendengarnya.

 

APARTEMEN SOOJIN

Pintu apartemen terbuka dengan suara klik. Soojin berjalan masuk lebih dulu, matanya langsung menangkap sosok perempuan berambut sebahu yang sedang mondar-mandir di ruang tamu.

“SOOJIN!” teriak Eunhee begitu melihat sahabatnya. Ia berlari menghampiri lalu langsung memeluk erat tubuh Soojin. “Ya Tuhan, lo kemana aja semaleman? Gue hampir gila nyariin lo!”

“Aku… aku baik-baik aja, Eunhee.” Soojin mencoba tersenyum, meski senyumnya tampak kaku.

Eunhee mengernyit, menatap wajah sahabatnya lekat-lekat. “Lo nangis? Mata lo bengkak. Siapa yang bikin lo nangis, hah?”

Belum sempat Soojin menjawab, suara berat Hyunwoo terdengar dari pintu. “Aku yang membuatnya menangis. Tapi bukan karena aku menyakitinya.”

Eunhee menoleh cepat. Matanya melebar begitu melihat seorang pria tinggi, tampan, dengan aura dingin sekaligus menakutkan berjalan masuk. “Dan… ini siapa?”

Hyunwoo menutup pintu dengan tenang, lalu berjalan mendekat. Ia menatap Eunhee tajam tapi sopan. “Aku Hyunwoo. Calon suami Soojin.”

“APA?!” Eunhee hampir terlonjak. Ia memandang Soojin dengan tatapan tak percaya. “Soojin… calon… SUAMI? Lo bercanda, kan?!”

Soojin hanya bisa menunduk, jemarinya saling meremas gelisah. “Aku juga masih shock, Hee… Soal nya baru kenal tadi malam.... tapi dia serius.”

Eunhee mendengus. “Serius apaan! Lo baru kenal TADI MALAM, masa langsung ngomongin nikah?!” oceh eunhee dengan penuh penekanan.

Hyunwoo melangkah lebih dekat, kini berdiri tepat di depan Eunhee. Sorot matanya serius, nadanya dalam. “Aku tahu ini terdengar gila. Tapi sejak pertama kali aku melihat Soojin, aku tidak bisa membiarkannya pergi. Aku ingin menjaganya, melindunginya. Dan itu hanya bisa kulakukan jika dia berada di sisiku.”

Eunhee menyilangkan tangan di dada, ekspresinya sinis. “Kedengerannya kayak dialog drama Korea jam dua belas malam.”

Hyunwoo tersenyum tipis, tidak tersinggung. “Kalau pun terdengar berlebihan, biarlah. Yang jelas, perasaan ini nyata.”

Eunhee menoleh ke arah Soojin. “Lo beneran percaya sama orang ini, Jin? Baru ketemu aja udah ngomongin nikah. Jangan-jangan dia psikopat?”

Soojin menggigit bibirnya, bingung. “Aku… nggak tahu harus gimana. Tapi… dia memang serius hari ini cincin bahkan baju pengantin juga sudah selesai.” jawab soojin dengan nada lembut " dan juga berjanji akan slalu melindungiku " jelas soojin sambil meraih tangan sahabatnya

“Melindungi dari apa? Dari rasa lapar?” sindir Eunhee, tapi jelas ada kekhawatiran di matanya.

Hyunwoo mendesah pelan, lalu menunduk hormat sedikit pada Eunhee. “Aku tahu kamu sahabat terdekat Soojin. Karena itu, aku minta restu darimu. Biarkan aku menikahinya sore ini.”

“Restu?” Eunhee hampir ngakak. “Lo pikir gue orang tua Soojin? Restu kepala lo!”

Hyunwoo tidak marah. Ia tetap tenang. “Aku tidak bisa menghadap orang tuanya. Dia tidak punya. Jadi yang paling berhak aku minta izin adalah orang terdekatnya. Dan itu kamu.”

Kata-kata itu membuat Eunhee tercekat. Matanya melembut sejenak, lalu cepat-cepat ia menyamarkan perasaan itu dengan tatapan galak. “Lo pikir gampang? Soojin itu hidupnya udah susah. Gue nggak bakal biarin ada orang asing bikin dia tambah sengsara.”

Soojin buru-buru menarik tangan Eunhee. “Hee… jangan gitu. Aku tahu kamu khawatir. Tapi… aku juga nggak bisa bohong, hatiku merasa… aman waktu dia ada.”

“AMAN?!” Eunhee memandangnya dengan tidak percaya. “Jin, lo baru ketemu semalem! Jangan bilang lo udah jatuh cinta!”

“Aku… aku nggak tahu ini cinta atau bukan. Tapi perasaan ini nyata.” Suara Soojin bergetar, air matanya kembali jatuh.

Melihat itu, Hyunwoo maju selangkah dan meraih bahu Soojin, lalu memeluknya pelan di depan Eunhee. “Aku janji, aku nggak akan pernah membiarkan dia terluka lagi.”

Eunhee menghela napas panjang, jelas emosinya campur aduk. “Ya ampun… ini beneran kayak sinetron. Lo sadar nggak, Jin, lo lagi ngomong sama cowok yang lo kenal 24 jam doang?”

“Eunhee…” Soojin menatap sahabatnya penuh harap. “Tolong, percaya sama aku sekali ini aja.”

Hening sejenak. Eunhee menatap Soojin, lalu menatap Hyunwoo, seperti menimbang. Akhirnya ia mendesah berat.

“Baiklah. Gue kasih lo kesempatan.”

Soojin langsung memeluk Eunhee erat. “Hee… makasih… makasih banget.”

“TAPI!” Eunhee menegakkan tubuhnya, menunjuk lurus ke arah Hyunwoo. “Kalau sampai Soojin lo sakitin, lo harus berhadapan sama gue dulu. Gue nggak peduli lo tajir, tampan, atau punya pasukan. Gue nggak bakal tinggal diam!”

Hyunwoo tersenyum tipis, tapi kali ini senyumnya tulus. Ia menunduk sedikit. “Aku hormati itu. Dan aku janji, aku tidak akan pernah memberi alasan untukmu melawan aku.”

Eunhee mendecak, lalu melipat tangan. “Huh. Lihat aja nanti. Gue belum percaya sepenuhnya.”

Soojin tersenyum kecil di tengah tangisnya. “Hee… kamu sahabat terbaikku.”

“Ya iyalah.” Eunhee menepuk pipinya lembut. “Dan lo jangan sembarangan bikin gue panik kayak tadi lagi!”

Hyunwoo menghela napas lega, lalu menggandeng tangan Soojin erat. “Terima kasih, Eunhee. Aku tahu ini sulit dipercaya. Tapi percayalah, aku akan membuktikan.”

Eunhee mendengus. “Bukti bro bukan kata-kata. Gue tunggu tindakan lo, Tuan Calon Suami Kilat.”

Hyunwoo terkekeh lirih. “Itu janji.”

---

Bersambung.......

1
Nurika Hikmawati
Hyunwoo selangkah lebih depan darimu ji hyun... dia sdh mencium akal bulusmu
Nurika Hikmawati
kamu pergi selama 6 thn ji hyun... aku yakin keluargamu juga akan mengerti. mereka sdh sah menikah, kamu terlambat
Pray
curiga eunhee bakal kek soojin nih. nih saudara kan takutnya sifatnya mirip
Pray
ya ok banget Sampek sahabat mu GK bisa melawan😌
Nurika Hikmawati
aku percaya padamu Hyunwoo... tapi bnr nnt jelasin ya
Pray
jangan bilang bakal 😓gitu dimobil tuh laki cabul soalnya
Pray
kau tak tau bagaimana tersiksa nya soojin
sjulerjn29
jantungmu pasti dar der dor soojin kayak gak diberi waktu untuk napas dan berpikir.. dalam waktu singkat dah sah aja🤭..
belum juga sedih karena penghianatan udah jadi istri orang aja🤣
Muffin🧚🏻‍♀️
Beruntung yaaa dia punya mertua baik asli sih. Biasanyabyg begini jahat jahat dpy nyaa
Afriyeni Official
huffhhh.... nafas Oma sesak... butuh oksigen nih 🤭🤣 Tolong AC thor.. AC... Oma kepanasan 🤣
Xlyzy: ini Oma AC nya
total 1 replies
Afriyeni Official
emang cukup dua ronde 🤭
Afriyeni Official
soojin, gantian sama Oma yuuk 🤭🤣
Aquarius97 🕊️
bukan soojin ini temoe goreng🤣
Aquarius97 🕊️
nomor yang anda tuju sedang berbulan madu 🤣
Avalee
Kalo adik iparnya begini enak yaaa, cepat akrabnyaa ☺️
Avalee
Salah satu keuntungan gak sih, cuma soojin yg nikmatin senyumnya itu ☺️
Dasyah🤍
semoga ajaaa dan moga moga kalian baik baik
Dasyah🤍
iya itu dia Cobaa tanya pake pelet apa itu
Alyanceyoumee
orang tua asem memang
Alyanceyoumee
uleeer ini
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!