Brakk
"Tidak becus! aku bilang teh hangat. Kenapa panas sekali? kamu mau membakar tanganku?"
Alisa tidak mengatakan apapun, hanya menatap ke arah suaminya yang bahkan memalingkan pandangan darinya.
"Tahunya cuma numpang makan dan tidur saja, dasar tidak berguna!"
Alisa menangis dalam hati, dia menikah sudah satu tahun. Dia pikir Mark, suaminya adalah malaikat yang berhati lembut dan sangat baik. Ternyata, pria itu benar-benar dingin dan tak berperasaan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon noerazzura, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7. Kemelut tak kunjung usai
Sementara di kamarnya, Karina terlihat begitu gelisah. Tadi, dia sempat bertengkar dengan Mark. Pria itu terlalu sibuk bekerja, dan Karina mulai bosan kalau tinggal di rumah ini hanya bersama dengan ibunya dan adik-adiknya yang menurutnya membosankan itu.
Karina ingin bekerja lagi di perusahaan. Tapi dia menginginkan posisi sekertaris, posisi yang lama dia tinggalkan. Sayangnya posisi itu sudah ada yang mengisinya selama satu tahun ini.
Karina minta pada Mark, agar dia memecat saja sekertarisnya itu. Dan biarkan Karina bekerja lagi sebagai sekertarisnya seperti dulu.
Namun Mark menolak, karena memang pekerjaan sekertarisnya yang baru sangat baik. Dan mereka punya kontrak kerja. Karina malah tidak mau mendengarkan penjelasan Mark. Dan mengusir Mark dari kamar itu.
Mark pun keluar, sebenarnya Karina tidak mengharapkan hal itu. Dia hanya menggertak saja, biasanya juga Mark tidak akan berdebat dengannya. Dan selalu menuruti apa yang dia katakan dan inginkan. Tapi, kali ini malah pergi begitu saja.
Karina mendengus kesal, kalau dia keluar dan mencari Mark. Lalu minta maaf duluan, yang ada Mark pikir dia bisa mengalah. Dan pastinya keinginannya tidak akan di ikuti oleh Mark.
Setelah berpikir cukup lama, akhirnya Karina menatap ke arah pintu.
"Hehh, kamu sangat mencintai aku Mark. Bahkan melakukan apapun untuk melindungiku, agar aku tetap bersamamu. Lihat saja! kamu juga pasti akan kembali sebentar lagi, dan meminta maaf padaku!" gumamnya yang langsung pergi tidur.
Dia yakin sekali, kalau Mark sangat mencintainya. Dan akan mengalah, lalu mengikuti semua keinginannya.
Sementara pria yang sedang di pikirkan oleh Karina. Pria itu masih sibuk dengan olahraga malamnya bersama Alisa.
Alisa mencengkram kuat pinggiran matras. Suaminya tak puas-puas. Ini sudah lewat tengah malam. Dan sepertinya Mark belum ada keinginan untuk berhenti.
Hingga pagi menjelang, pelayan bagian halaman belakang yang biasanya sudah melihat Alisa bekerja mendadak keheranan, sudah jam 7. Alisa belum terlihat. Biasanya jam segini, Alisa sudah menyelesaikan lebih dari setengah pekerjaannya.
Dia bahkan belum membersihkan kandang, dan belum memberi makan binatang peliharaan Mark.
Merasa penasaran, apakah Alisa baik-baik saja. Nurma, orang selama ini cukup akrab dengan Alisa setelah pindah di halaman belakang pun mengetuk pintu kamar Alisa.
Tok tok tok
"Alisa! Alisa! kamu sudah bangun belum? Alisa, kamu sakit ya? Alisa!"
Tok tok tok
Mark yang mendengar suara berisik itu terbangun. Alisa yang tubuhnya terasa begitu remuk, bahkan sulit rasanya membuka matanya. Dia baru bisa tidur jam 3 dini hari tadi.
Mark yang bahkan belum mengenakan pakaiannya segera membuka selimut dan meraih pakaiannya yang tercecer di lantai.
Pria itu mengenakan pakaiannya dan melihat ke Arab Alisa yang juga belum mengenakan apapun.
"Hari ini liburlah! bereskan pakaian, pindah ke rumah depan..."
"Suamiku, tidak!" sela Alisa.
Tangan Mark yang tadinya sedang mengenakan jubah tidurnya berhenti bergerak.
"Apa maksudmu? kamu tidak mau pindah? kamu anggap aku sedang nego denganmu? ini perintah! bibi Dini akan siapkan kamar untukmu. Besok malam, kamu harus ada di kamar itu!"
Setelah mengatakan itu, Mark pergi dari kamar itu.
Nurma yang masih berada di dekat kamar Alisa sangat terkejut melihat tuannya keluar dari kamar itu.
Wajahnya tidak bisa menyembunyikan rasa terkejutnya itu.
Nurma buru-buru mendekati pintu dan kembali mengetuk pintu kamar Alisa.
Tok tok tok
"Alisa, apa aku boleh masuk?" tanya Nurma.
Alisa yang sudah menggunakan pakaiannya pun bergegas ke arah pintu.
Alisa membuka pintu, dan Nurma tampak memperhatikan Alisa dari ujung kepala sampai...
Pandangan Nurma terhenti, melihat banyaknya tanda merah di leher dan sekitarnya di tubuh Alisa.
"Alisa, tuan..."
"Mbak Nurma, aku mandi sebentar ya. Nanti aku akan kerjakan pekerjaanku!" kata Alisa.
Nurma mengangguk.
"Baiklah, aku akan ambil sarapan dari rumah depan" ujar Nurma yang segera pergi ke rumah depan.
Dan di rumah depan, saat Mark kembali ke kamarnya. Karina langsung mencecarmya dengan banyak sekali pertanyaan. Membuat keduanya kembali terlihat dalam pertengkaran.
"Kamu kenapa malah tidak mendengarkan aku?" tanya Karina
"Karina, kamu dulu tidak seperti ini. Aku sudah katakan! Vivian mengerjakan pekerjaannya dengan baik. Dia sudah tanda tangan kontrak selama tiga tahun. Selama itu aku tidak bisa memecatnya kalau dia tidak melakukan kesalahan" jelas Mark pada Karina.
"Tapi aku ingin jadi sekertarismu, Mark. Seperti dulu!" Karina berusaha merayu pria yang merupakan kekasihnya itu.
Karina meraih lengan Mark, dan bergelayut manja di lengan pria itu.
"Tidak bisa Karina. Jika tidak, tunggu saja sampai kontrak Vivian berakhir. Atau kamu bisa jadi manager investasi perusahaan. Jabatan itu yang sedang kosong saat ini!"
Mark masih berusaha bicara dengan lembut. Pria itu memang mencintai Karina. Mereka sudah empat tahun berhubungan.
Karina melepaskan tangannya dari Mark.
"Tidak mau, manager investasi membuatku tak bisa dekat denganmu" keluh Karina.
Mark menyentuh wajah Karina yang terlihat tidak senang itu.
"Kalau begitu tunggu kontrak Vivian berakhir saja. Aku tidak akan perpanjang kontraknya. Dan kamu bisa menempati posisi itu. Jangan berdebat lagi, aku harus berangkat ke kantor!" kata Mark yang langsung mencium kening Karina dan pergi dari kamar itu.
Karina sebenarnya masih sangat tidak terima. Tapi kalau bertengkar lagi, yang ada dia hanya akan membuat Mark tidak senang.
Karina keluar dari kamar, dan iseng saja melihat halaman samping. Saat itu dia melihat bibi Dini meminta para pelayan pria mengangkat matras ke lantai dua.
Karena penasaran, Karina pun menghampiri bibi Dini.
"Tunggu!" panggil Karina pada bibi Dini.
Bibi Dini yang tahu kalau itu adalah suara Karina. Segera berhenti, dan menoleh.
"Nona, ada yang bisa bibi bantu?" tanya bibi Dini dengan sangat sopan.
"Mau ada tamu yang menginap?" tanya Karina.
Bibi Dini tampak gugup untuk mengatakan yang sebenarnya. Karena setahunya, Karina memang mengetahui kalau tuan Mark menikah dengan Alisa. Tapi bahkan Karina sama sekali tidak pernah ingin melihat Alisa. Dia sangat benci pada Alisa, sampai tidak mau melihatnya. Makanya begitu Karina datang, Alisa langsung di suruh pindah ke halaman belakang.
Tapi, pagi ini bibi Dini juga tidak tahu ada angin apa. Tuannya minta Alisa pindah lagi ke kamar tamu di lantai dua. Satu lantai dengan Rena dan Tasya.
Melihat bibi Dini yang terlihat enggan menjawab pertanyaan darinya. Karina malah semakin tidak senang.
"Kamu tidak tulii kan bi? siapa yang pindah ke kamar tamu di atas?" tanya Karina lagi.
"Itu... itu nyonya Alisa, nona" jawab bibi Dini gugup.
"Apa? kenapa dia pindah ke rumah utama lagi. Bukannya Mark sudah menyuruhnya tinggal di halaman belakang? dia membangkang ya? merasa menjadi nyonya rumah ini. Aku akan beri dia pelajaran!"
Karina terlihat sangat marah. Dia bahkan langsung bergegas menaiki anak tangga untuk pergi ke kamar Alisa.
"Nona, nona... bukan seperti itu. Bukan salah nyonya Alisa. Tuan Mark yang memintanya, tuan Mark yang minta nyonya Alisa pindah ke rumah utama!" bibi Dini berusaha bicara dengan lantang sambil menyusul Karina.
Tangan Karina yang berpegangan pada pagar pembatas tangga menuju ke lantai dua mencengkram erat pegangan tangga itu. Dia berbalik dengan cepat ke arah bibi Dini. Membuat wanita paruh baya itu menghentikan langkahnya dengan ekspresi yang begitu khawatir.
"Kamu pikir aku percaya padamu? cih... Mark tidak butuh wanita itu, Mark menikahinya karena menggantikan aku. Mark tidak mungkin minta dia pindah. Tidak mungkin!" ujar Karina begitu yakin.
"Tapi nona..."
"Diam kamu, pergi dari sini. Kalau aku lihat kamu mengikutiku! aku akan minta Mark pecat kamu! pergi!"
***
Bersambung...