Elara Vienne menyadari dirinya masuk ke dalam novel yang baru-baru ini ia baca. Tapi kenapa justru menjadi tokoh antagonis sampingan? Tokoh yang bahkan tidak bertahan lebih dari lima bab dalam cerita.
Tokoh antagonis ini benar-benar menyedihkan—tidak diakui oleh keluarga aslinya, dibenci oleh netizen, dan bahkan pacarnya direbut oleh sang putri asli.
Ketika bangun dia bahkan sudah kehilangan kesuciannya, sungguh Elara sangat terkejut. tapi kenapa laki-laki ini begitu mencintainya?
Let’s start the story.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ly-Ra?, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31
Butiran air kecil itu jatuh secara sukarela, dengan irama lembut yang memecahkan kesunyian malam gelap. membuat suatu harmoni halus bagaikan simfoni hujan yang menenangkan jiwa, di luar sana. Banyak orang yang menikmati jatuhnya suara hujan, seakan mendengarnya lebih baik daripada hiruk pikuk kota.
Di villa Amarta hampir seluruh tamu berada di ruang tamu, dengan secangkir kopi dan camilan yang dibagikan gratis oleh sutradara, hanya saja Daffa dan Ayla tidak terlihat di kamera. Mereka sepertinya enggan untuk muncul dalam kamera.
Sutradara Bayu juga membiarkannya, karena tidak ada kegiatan apapun malam ini. Hanya saja ini akan sedikit sibuk untuk Arkan dan Elara, mereka harus menyelesaikan misi rahasia yang diberi oleh Sutradara.
"Bagaimana naskahnya? Kamu sudah bisa?" tanya Alira kepada Elara yang masih membaca naskah, sebenarnya Alira ingin mengatakan tidak perlu bekerja begitu keras, tapi melihat betapa seriusnya dia. Alira menelan kata-katanya.
Elara menyipitkan matanya mencoba merasakan perannya, lalu mengangguk, "Seharusnya ini tidak masalah, ayo kita mulai Arkan." jawabnya begitu percaya diri.
Melihat istrinya sudah selesai membaca naskah, Arkan langsung menyingkirkan naskah yang berada ditangannya, mereka berdua lalu berjalan menuju tempat yang akan masuk dalam drama dan diikuti oleh juru kamera. Jelas mereka menuju kamar Arkan.
Alira dan Keenan saling berpandangan, lalu mulai mengejar mereka berdua. Tentu saja mereka tidak mau ketinggalan untuk menonton dramanya.
Naskah yang mereka terima adalah naskah pendek tapi butuh rasa emosional yang kuat, yang dimana pemeran pria harus menunjukkan dominasinya kepada sang wanita. Sedangkan pemeran wanita harus mempertahankan kendali dirinya.
Ini adalah kisah cinta yang yang memiliki hubungan rumit, yang dibumbui ketakutan, cinta, dan dominasi. Pria yang posesif dan wanita yang merasa kendali dirinya mulai hilang.
Sesampainya di kamar Arkan, Elara masuk terlebih dahulu. Nanti setelah Arkan masuk dialognya akan dimulai. Alira dan Keenan dengan patuh mengikuti juru kamera, mereka juga menghindari kamera agar para penonton bisa fokus kepada Arkan dan Elara.
Adegan dimulai
Kamar Arkan senyap, hanya terdengar detik jam dinding. Tirai putih menutup jendela, ruangan diterangi cahaya lampu, suara gemericik air hujan yang menenangkan.
Arkan berjalan memasuki kamarnya dengan langkah kaki pelan, keseluruhan suasana disekitarnya langsung berubah, hanya dalam hitungan detik, dia sudah memasuki perannya. para penonton berseru kagum dengan bakat tuan Arkan.
Dengan lembut tapi tegas, Arkan menekan Elara ke meja berbentuk persegi, kedua tangannya mencengkram sisi meja, nafas Elara tertahan, dengan mata ketakutan dan keinginan untuk dimengerti.
"Kamu tahu, aku tidak suka kebohongan," ucap Arkan lirih, membuat telinga Elara merasa panas.
Elara menopang dirinya dengan mencengkeram sudut meja, mempertahankan satu-satunya kewarasannya, "Aku tidak berbohong."
Satu tangan Arkan terangkat, mencengkeram erat dagu Elara, memaksa untuk menatapnya. Mata Arkan seperti binatang buas yang baru saja mengamankan mangsa. Tatapan itu membuat mata Elara bergetar, seakan dirinya sudah diklaim.
"Kenapa kamu menjauh hari ini?" tanya Arkan dengan suara rendah, "Ada yang salah?"
Tatapan Elara terperangkap, dia terjerat seakan tidak bisa berpaling. Nafasnya tertahan, "Karena setiap aku dekat dengan mu ... Aku kehilangan arah."
Arkan menghela nafasnya dalam, "Dan aku ... Kehilangan kendali."
Telapak tangannya mulai turun mencengkeram leher Elara, erat tapi tidak menyakitinya, memberikan ilusi tak kasat mata, ada jeratan tali yang tak bisa dilepas.
"Jangan sembunyikan dirimu dariku," ucap Arkan pelan, namun tajam, "Karena aku ingin tahu segalanya."
Adegan selesai
Lama mereka bertatapan, seakan tidak ingin mengakhirinya. Namun suara batuk dari Alira, membuat mereka segera tersadar.
Arkan berjalan mundur memberi ruang untuk istrinya, sedangkan Elara menyentuh ujung hidungnya yang tidak gatal, dia cukup merasa malu.
"Wah, sepertinya kamu sudah bisa berakting nih. Tadi aktingnya keren loh Elara," ucap Alira memuji dengan tulus, membuat Elara tersenyum malu-malu.
"Tidak sebagus itu kok, naskah ku cuman dikit. Jadi itu mudah."
Keenan menggelengkan kepalanya, "Tidak! Walaupun naskah mu dikit, tapi kamu nyatu banget sama perannya. Kita bisa ngerasain emosi kalian, kayaknya rumor kamu gak bisa akting terbantahkan ya?"
Elara mengerjapkan matanya, dia tersenyum tipis, "Yah, akhir-akhir ini aku belajar akting lagi."
Alira dan Keenan hanya mengangguk mengerti, lagipula akting Elara tadi masih ada sedikit kecerobohan, tapi jika diasah lagi itu akan sempurna, tanpa tahu kalau Elara sengaja melakukan sedikit kesalahan.
Tapi mata Arkan menatap istrinya berbeda, tidak ada yang tahu Elara lebih baik selain dirinya. Dia tahu akting Elara tadi tidak seperti pemula, itu seperti veteran yang sudah lama berakting. Bahkan dengan tingkat akting Elara tadi, dia bisa mendapatkan julukan Ratu Film.
Sayangnya Arkan memilih menyimpan rahasia dan keraguan itu sendiri, dia akan menunggu istrinya berkata jujur kepadanya. Karena semenjak Elara bangun dari koma, keseluruhan dirinya sudah berubah, Arkan hanya diam mengamati.
Penonton sekali lagi merasa wajah mereka telah ditampar, jelas karena akting Elara begitu bagus!
"SIAPA YANG MEMBERI DIA JULUKAN VAS TIDAK BERGUNA? AYO BERTARUNG DENGANKU."
"Kakak apakah orang itu benar-benar Elara? Jika dia dijuluki tidak berguna, lalu aku apa?"
"Jelas-jelas akting Elara bagus, tapi kenapa dia memiliki rumor tidak bisa berakting?"
"AKHHHH, SUTRADARA KAMU MEMILIH NASKAH TERLALU PENDEK."
"Wohoo! Pria mendominasi dengan kecantikan kecil, memang drama yang menarik."
"Kerja bagus dewiku! AKHHHH, kalau seperti ini dia bisa diundang dalam drama."
"Aku ingin bertanya ke Elara, bagaimana rasanya ditekan ke meja oleh Tuan Arkan? Pasti mengasyikkan!"
Setelah itu para penonton di kabin cinta, mengedit video drama Arkan dan Elara, lalu mereka mempostingnya di internet. Video itu menjadi trending topik, dan sekali lagi Elara mendapatkan banyak pengikut di akunnya.
Sutradara Bayu mengangguk puas, setelah melihat rekaman yang menunjukkan drama Elara dan Arkan, dia juga terkejut karena Elara bisa berakting dengan baik. jika begini, sutradara Bayu tidak ada beban psikologis lagi.
Karena waktu sudah menunjukkan tengah malam, para tamu akhirnya mengucapkan selamat malam, pergi ke kamar dan tidur.
Sesampainya di kamar, Elara bisa melihat tatapan ketidakpuasan dari Ayla, tapi gadis itu tidak memperdulikannya dan pergi tidur dengan tenang.
Alira juga tidak peduli dengan tatapan Ayla, lebih baik dia pergi tidur nyenyak, daripada mengganggu nyamuk yang suka menggigit orang.
Ayla yang terabaikan merasa frustasi, dia tidak bisa menjadi pusat perhatian lagi, dia tahu kalau muncul di kamera. Ayla akan dimaki habis-habisan oleh para penonton. Makanya dia mencoba untuk meminimalisir kehadirannya depan kamera.
Sedangkan untuk Daffa, dia merasa malu untuk muncul depan kamera. Lagipula perilakunya cukup memalukan, Daffa berencana untuk keluar dari program ini. Tapi sutradara Bayu menahannya dulu, karena belum ada pengganti yang cocok. Mau tak mau Daffa menuruti perkataan sutradara.
...----------------...