NovelToon NovelToon
Pergi Untuk Kembali

Pergi Untuk Kembali

Status: tamat
Genre:Romansa / Kontras Takdir / Healing / Tamat
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: mom fien

To heal & to grow

Remember,
when you forgive, you heal.
And when you let go,
you grow.
-unknown

Aku membaca tulisan di dinding ruang tunggu, yah aku juga tau teorinya namun kenyataan tak semudah teori, ucap Alena dalam hati.
Aku Alena, ini kisah percintaanku, dimana aku seorang pengecut yang merasa rendah diri, setiap ujian datang menghampiriku maka aku akan memilih untuk pergi, merasa menghindari masalah adalah jawaban yang tepat. Lagipula menjalani cinta dan jatuh cinta adalah 2 hal yang berbeda. Kamu bisa jatuh cinta tanpa perlu memikirkan latar belakang dan konsekuensi yang datang bersamanya. Sedangkan menjalani cinta berarti perjalanan panjang yang penuh dengan pertanyaan dan keputusan disetiap ujiannya.

"Al, aku berjanji untuk selamanya bersamamu menjalani kehidupan ini, apapun yang terjadi di masa depan, yakinlah, kamu akan selalu menjadi pilihan pertamaku".

Full of love,
Author 🤎

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mom fien, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Apa yang Harus Kulakukan?

POV Jason.

Akhirnya semua cerita telah terungkap, aku tau aku salah, seharusnya aku bercerita sebelum Alena bertanya lebih dulu. Tapi aku sangat takut kehilangannya lagi. Apa aku sungguh seorang pengecut?

Aku duduk di sofa ruang keluarga sambil memandang pintu pembatas antara aku dan Alena, aku tau dibalik pintu itu ia sedang menangis, aku ingin memeluknya memberinya ketenangan, namun saat ini justru hal terakhir yang ia inginkan adalah keberadaanku. Aku berjalan lemah menuju pintu kamar tidur tamu, lalu duduk bersender pada pintu, aku sungguh takut kehilangannya lagi, terbayang masa lalu saat aku mencari jejaknya kemana-mana, namun setidaknya kami berstatus suami istri saat ini, kuharap status ini bisa mengikat Alena dan ia tidak akan mudah menghilang seperti dulu, pikirku menenangkan diri.

Buk... kepalaku terantuk lantai.

"Apa semalaman kamu tidur di depan pintu Jas?".

"Ah... ya...", jawabku tergagap karena masih berusaha mengumpulkan nyawaku yang tiba-tiba terbangun.

"Kamu ga pergi ke kantor?".

"Kantor? Astagaaa....", ujarku sambil melihat jam dinding yang menunjukkan pukul 10 pagi.

"Aku ke kantor setelah jam makan siang saja Al".

"Mmm... Al... apa kamu baik-baik saja? Mmm... apa kita baik-baik saja Al?", aku bertanya sambil berusaha meraih tangannya namun ia menghindariku dan melewati berjalan menuju dapur.

"Ya, aku baik-baik saja. Kita... entahlah...", jawabnya acuh sambil membawa segelas air lalu hendak masuk kamar lagi.

"Al...tunggu...", ucapku sambil menahan pintu kamar agar tidak dapat ditutup.

"Kamu ga mau siap-siap ke kantor?".

"Aku bisa meliburkan diri jika perlu".

Aku memandangnya namun ia menghindari tatapan mataku.

"Al... kamu mau makan apa?", bodohnya aku, bisa bisanya pertanyaan yang terlontar adalah tentang makanan.

"Aku bisa pesan sendiri", ia berusaha menutup pintu lagi, namun tenagaku lebih besar untuk menahannya.

"Al... maafkan aku... aku akan menunggumu sampai kamu siap memaafkanku Al".

"Ya Jas".

Kali ini mata kami saling bertatapan, dan saat itu juga aku tau aku harus memberi Alena ruang, lalu tanganku melepaskan pintu pembatas kami.

Selama di kantor aku tidak dapat berhenti memikirkan Alena, tapi apa dayaku, aku harus meneguhkan hatiku untuk menunggu Alena, selama ia tidak menghilang lagi, maka aku akan menunggunya.

POV Alena.

Sepeninggalan Jason ke kantor, aku mengunjungi mama menggunakan taksi online.

"Ma...", sapaku saat melihat mama sedang menonton televisi bersama para penghuni lainnya.

Mama hanya memandangku sebentar lalu kembali menatap televisi, terkadang mama suka bersikap seperti itu, seakan ia melupakan siapa aku. Jika aku sudah mengajaknya berbicara panjang lebar, baru ia akan memanggil namaku seakan ia baru mengenali aku adalah putrinya.

Kali ini aku hanya ikut duduk disampingnya, ikut menatap televisi namun sebenarnya aku tidak benar-benar menonton acara itu.

"Alena... apa kabar?", sapa salah satu suster ikut duduk di sampingku.

"Suster Nia, baik sus", sapaku ramah.

"Sebenarnya aku sudah memperhatikanmu dari tadi, tumben kamu melamun selama ini Al, apa kamu baik-baik saja?".

"Ya suster Nia, aku baik-baik saja, terima kasih atas perhatiannya", sambil tersenyum kepadanya.

"Kalau kamu butuh teman bicara, suster bisa menjadi pendengar yang baik loh", ucapnya tersenyum membalasku.

"Hanya masalah kecil kok suster".

"Ahh... baiklah... kamu tau Al, kebetulan bu Gita sedang berada disini, barusan salah satu anggota keluarga disini membutuhkan konseling. Apa kamu tertarik untuk berbicara dengan bu Gita?".

"Ga perlu suster", jawabku ramah.

"Baiklah, mmm...kamu tau..., tunggu sebentar", suster Nia bangkit berdiri menuju ruangan kantor staff dibelakangku.

"Ini Al, simpan saja kartu ini, siapa tau kamu atau kenalanmu membutuhkannya suatu saat nanti".

"Nido, layanan sentra pengembangan dan psikologi", ucapku membaca kartu nama itu pelan.

Suster Nia tersenyum saat aku menatapnya dan berkata, "Terima kasih ya sus Nia".

Sepanjang perjalanan aku memikirkan kembali mengenai hubunganku dengan Jason. Sebenarnya Jason sudah memberikan bukti yang cukup untuk aku mengerti, aku tau itu semua adalah masa lalu, apapun yang terjadi, sedalam apapun hubungan masa lalu Jason dengan mantannya, tetap saja itu masa lalu. Bukankah saat ini Jason bersamaku? Bukankah aku seharusnya fokus pada masa saat ini saja? Bukankah aku harus belajar memaafkannya?.

"Al baru pulang dari tempat mama?", Jason sudah berdiri di depan pintu apartemen menyambutku.

Refleks aku melihat jam tanganku, terlihat menunjukkan pukul 16.27, biasanya Jason baru pulang sekitar jam 7 malam.

"Kebetulan aku bisa pulang cepat hari ini Al", ucapnya seakan tau apa yang aku pikirkan.

Aku menggangguk dan hendak berlalu menuju kamarku, tapi Jason memegang lenganku.

"Mau makan malam apa Al? Mau makan diluar?".

"Dirumah saja Jas, nanti aku pesan makanan".

"Biar aku yang pesan saja Al. Kamu mau makan apa?".

"Terserah", kemudian aku berlalu kekamarku.

Aku menutup pintu kamar lalu bersender pada pintunya, mengeluarkan kartu nama 'Nido - caring, sharing, developing', aku membacanya dalam hati. Haruskah aku berkonsultasi saja? Dulu aku terbiasa meninggalkan masalahku dibelakang, kini... kurasa aku tidak bisa pergi begitu saja, dan berharap waktu yang akan menyelesaikannya, ya..., kali ini... situasinya berbeda.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!