NovelToon NovelToon
MENGEJAR CINTA CEO TUA

MENGEJAR CINTA CEO TUA

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / CEO / Pengantin Pengganti / Nikah Kontrak / Beda Usia / Pelakor jahat
Popularitas:6.9k
Nilai: 5
Nama Author: akos

Kania, gadis yang hidupnya berubah seketika di hari pernikahannya.
Ayah dan ibu tirinya secara tiba-tiba membatalkan pernikahan yang telah lama direncanakan, menggantikan posisi Kania dengan adik tiri yang licik. Namun, penderitaan belum berhenti di situ. Herman, ayah kandungnya, terhasut oleh Leni—adik Elizabet, ibu tirinya—dan dengan tega mengusir Kania dari rumah.

Terlunta di jalanan, dihujani cobaan yang tak berkesudahan, Kania bertemu dengan seorang pria tua kaya raya yang dingin dan penuh luka karena pengkhianatan wanita di masa lalu.

Meski disakiti dan diperlakukan kejam, Kania tak menyerah. Dengan segala upaya, ia berjuang untuk mendapatkan hati pria itu—meski harus menanggung luka dan sakit hati berkali-kali.

Akankah Kania berhasil menembus dinding hati pria dingin itu? Atau akankah penderitaannya bertambah dalam?

Ikuti kisah penuh emosi, duka, dan romansa yang menguras air mata—hanya di Novel Toon.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon akos, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 24. IDE GILA.

Ucapan Kania membuat jantung Tuan Bram berdegup kencang.

Betapa lancang dan beraninya Kania mengungkapkan perasaannya kepada pria yang tak pernah menganggapnya ada. Selama ini ia hanya dijadikan pelampiasan sesaat, layaknya perempuan simpanan.

Tuan Bram berusaha melepaskan tangannya, namun semakin ia menarik, semakin kuat pula Kania menggenggamnya. Hingga akhirnya, pria itu terjatuh dI atas sofa.

Kania merangkak mendekati tuan Bram, lalu menyingkap jas yang melekat di tubuhnya. Tak berhenti di situ, tangannya mulai bergerak liar, menjalar ke setiap sisi hingga membuat Tuan Bram mendesis, berusaha menahan gejolak yang bergelora dalam dirinya.

Kania terlihat begitu terobsesi. Entah itu karena pengaruh alkohol, atau justru perasaan yang sejak lama ia pendam terhadap Tuan Bram yang tak bisa lagi ia bendung.

Senyum Kania mengembang saat melihat tuan Bram menikmati permainannya. Satu persatu kancing kemeja tuan Bram terlepas hingga memperlihatkan dada bidangnya yang begitu mempesona.

Inci demi inci Kania mencium tubuh tuan Bram hingga berhenti di area telinga.

"Katakan jika maku juga mencintaiku."

Tuan Bram sudah di penuhi hasrat, malah mencengkram wajah Kania dengan kasar.

“Sampai kapan pun aku takkan mencintaimu. Aku hanya membutuhkan tubuhmu, sekadar untuk pelampiasan.”

Di antara amarah dan hasrat yang membara, Tuan Bram mengangkat tubuh Kania menuju sebuah kamar kecil, ruangan yang biasa ia gunakan untuk beristirahat atau bermalam ketika pekerjaan menumpuk.

Tuan Bram menghempaskan tubuh Kania dengan kasar, melucuti semua kalian yang melekat di badan Kania dan melanjutkan hal sama pada dirinya.

Air mata Kania mengalir tanpa bisa ia tahan. Apa yang ia harapkan ternyata jauh dari kenyataan, alih-alih mendapat balasan perasaan, Ia justru diperlakukan kasar dan tak manusiawi.

Setelah melampiaskan seluruh hasratnya pada Kania, Tuan Bram pergi begitu saja. Ia masuk ke kamar mandi, membersihkan diri, lalu mengenakan kembali pakaiannya seperti semula, sebelum akhirnya kembali duduk Di kursi kerjanya.

Kania menggenggam erat seprai, hatinya hancur. Ia tidak tahu lagi bagaimana caranya menaklukkan hati pria itu.

Dengan langkah sempoyongan, Kania masuk ke kamar mandi dan mengguyur tubuhnya dengan air. Air mata bercampur dengan tetesan air mengalir di wajahnya. Dalam keputusasaan, ia mulai memukul perutnya sendiri tak ingin ada benih tuan Bram tumbuh di rahimnya. Biarlah dirinya saja yang menderita, jangan sampai anaknya kelak menanggung luka yang sama.

Jarum jam tepat menunjuk pukul empat sore. Satu per satu karyawan MARLIN Group mulai berkemas, meninggalkan meja kerja mereka setelah seharian penuh berjibaku dengan tugas berat. Raut lelah tampak jelas, namun ada juga rasa lega karena akhirnya waktu pulang tiba.

Kania yang mulai sedikit sadar duduk di sofa, menunggu Tuan Bram yang tengah berkemas. Wajahnya pucat, sesekali tangannya terangkat memegangi kepala yang masih berdenyut. Sisa pengaruh alkohol Jelas belum sepenuhnya hilang,

Melihat Tuan Bram sudah siap keluar, Kania segera meraih tas kerjanya. Keduanya berjalan menuju lift tanpa banyak bicara. Setibanya di pintu utama, mobil sudah menunggu untuk mengantar mereka pulang. Sekretaris Bams dengan sigap membukakan pintu, memberi jalan bagi Tuan Bram dan Kania untuk masuk.

Belum sempat Kania masuk ke dalam mobil, terdengar suara dari kejauhan memanggil namanya. Suara itu makin lama makin dekat, hingga akhirnya tampak Robby berlari kecil menghampirinya.

“Kania?” sapa Robby sambil tersenyum.

Kania sempat terkejut melihat Robby muncul tiba-tiba. Mereka pun saling bertanya kabar. Dari obrolan singkat itu, Kania baru tahu kalau Robby juga bekerja di perusahaan MARLIN Grup. Itu berarti mereka akan sering bertemu lagi ke depannya.

“Masuk, atau kami tinggalkan!” suara tuan Bram terdengar tegas dari dalam mobil.

“Kalian pulang duluan. Soal aku, nanti ikut Robby saja, iya kan, Robby?” jawab Kania santai disertai tawa.

Secepat kilat Robby mengangguk senang karena memang itu yang dia harapkan bisa jalan-jalan bersama Kania.

Tiada Angin tidak ada badai, sekretaris Bams tiba-tiba muncul dan menyuruh Kania masuk. Melihat sekretaris Bams, Robby langsung menunduk memberi hormat.

Sebelum kembali ke mobil, sekretaris Bam menatap Robby dengan tegas dan mengancam.

Mobil melaju meninggalkan Robby, yang masih penuh tanda tanya. Mengapa sekretaris Bam sampai mengancamnya seperti itu?

Di dalam mobil, hening menyelimuti. Hanya suara mesin dan klakson kendaraan sesekali terdengar mengiringi perjalanan mereka.

Keheningan itu pecah ketika terdengar suara Tuan Bram

“Kalau kamu masih ingin melihat dia tetap di perusahaan, jauhi dia.”

Kania mengernyitkan dahinya sejenak.

“Memangnya kenapa?”

“Tidak usah banyak tanya. Lakukan saja apa yang ku perintahkan, paham?”

Kania mengangguk pelan. Percuma protes, Tuan Bram tak akan mendengar ucapannya.

Sementara di mansion, tampak bi Ana sedang berdiri di depan nyonya Marlin. Dia menceritakan semua informasi tentang Kania dari orang suruhannya.

“Apa? Jadi Kania anak Herman Setiawan? Pantas saja di hari pernikahan mereka aku tidak asing dengan nama itu.”

Nyonya Marlin terkejut, tapi tak lama kemudian senyumnya mengembang, seolah ia menyembunyikan sesuatu.

Bi Ana mengangguk, lalu melanjutkan ceritanya. Pada hari pernikahannya, Kania digantikan oleh adik tirinya. Lebih parah lagi, ayahnya mengusir Kania dari rumah dan memblokir semua aksesnya di hari yang sama. Semua itu karena Elizabet, ibu tirinya, yang terus mempengaruhi ayah Kania agar membenci putrinya.

“Luar biasa… dua ular beludak berkumpul dalam satu rumah. Tapi justru bagus. Aku tak perlu mengotori tanganku untuk membalas mereka biar Kania saja yang melakukannya.”

Nyonya Marlin teringat kembali bagaimana Herman dan rekan-rekannya menghancurkan bisnis keluarga mereka.

Dari luar terdengar suara mobil. Nyonya Marlin dan Bi Ana menyadari itu mobil Tuan Bram. Nyonya Marlin menyuruh Bi Ana memanggil Kania. Bi Ana mengangguk dan segera keluar dari kamar.

Benar, mobil Tuan Bram terparkir di depan pintu. Seperti biasa, sekretaris Bams membuka pintu dan mempersilakan mereka keluar. Bi Ana berlari kecil mendekati Kania untuk menyampaikan perintah Nyonya MarlIn.

Kania muncul dari balik pintu dan berjalan mendekati Nyonya Marlin.

“Ana mana?” tanya Nyonya Marlin, mencari sosok itu tapi tidak juga terlihat.

“Bi Ana ke dapur, katanya ada hal penting yang ingin dia kerjakan terlebih dulu,” jawab Kania, lalu duduk bersimpuh di depan kursi roda nyonya Marlin.

Nyonya Marlin membelai rambut panjang Kania. Ia begitu menyayangi Kania, apalagi setelah mendengar kisah pilu anak itu dari Bi Ana.

“Sayang, bagaimana hubunganmu dengan suamimu? Apakah dia sudah memperlakukanmu dengan baik?”

Kania diam, lalu menyandarkan kepalanya di pangkuan Nyonya Marlin. Ada rasa damai yang mengalir saat Kania melakukan itu.

“Sabarlah, Nak. Ibu yakin suatu saat nanti hati Bram akan terbuka dan menerima kamu sebagai satu-satunya perempuan dalam hidupnya.”

Suasana hening dan mencekam. Keduanya tenggelam dalam pikiran masing-masing, hingga Nyonya Marlin kembali tersenyum.

"Ibu ada ide bagus?"

Kania mengangkat kepala dan mukai mendengar ide gila nyonya Marlin

1
Trivenalaila
suka jln ceritanya, klu bisa dilanjutkan yaaa🙏🙏
Akos: akan lanjut terus KK sabar ya
total 1 replies
Ahn Mo Ne
apakah ini lagi hiatus.??
Akos: setiap hari update kk,
total 1 replies
Muna Junaidi
Hadir thor
Ayu Sasih
next ditunggu kelanjutannya kak ❤️❤️
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!