kenyataan yang menyakitkan, bahwa ia bukanlah putra kandung jendral?. Diberikan kesempatan untuk mengungkapkan kebenaran yang terjadi, dan tentunya akan melakukannya dengan hati-hati. Apakah Lingyun Kai berhasil menyelamatkan keluarga istana?. Temukan jawabannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Retto fuaia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KEPUTUSAN YANG MUTLAK
...***...
...Pengadilan Istana. ...
Kaisar dan permaisuri Chan Juan saling bertatapan aneh.
"Bukan lingyun kai yang bermasalah?." Bisik Permaisuri Chan Juan. "Tapi kakaknya junfeng?."
"Saya juga heran permaisuri." Balas Kaisar.
Saat itu mereka yang hadir tidak berani bersuara sama sekali. Apalagi melihat Kaisar dan Permaisuri Chan Juan sedang berdiskusi.
"Ekhm!."
Jantung mereka hampir copot ketika mendengar Kaisar memberi kode.
"Jelaskan masalahnya." Ucap Kaisar.
"Mohon ampun ayahanda kaisar." Pangeran Shoi-ming memberi hormat. "Ketika acara sedang berlangsung, tiba-tiba saja seorang pelayan mendatangi saya." Ia menjelaskan permasalahan pertama. "Ia berkata melihat kakak putri liangyi menuju ruangan istirahat taman istana." Ia berusaha tenang. "Katanya ia juga melihat junfeng menyusul di belakangnya."
Kaisar dan permaisuri Chan Juan masih tenang, tidak boleh terbawa amarah ketika nama Putri sulung mereka terseret dalam masalah itu.
"Panggil pelayan yang memberikan laporan seperti itu padamu." Kaisar menatap tajam.
"Pengawal!." Pangeran Chaoxiang yang bersuara.
Pengawal istana membawa seoang pelayan wanita dalam keadaan terikat.
"Katakan! Bagaimana kejadian sebenarnya?!." Kaisar tampak marah.
"Hamba kaisar." Ia memberi hormat. "Hamba saat itu hendak menuju ruangan istirahat taman istana, untuk mengganti selimut." Suaranya bergetar, ia sangat ketakutan. "Saat itu hamba melihat tuan putri liangyi berjalan ke sana." Ia menahan tangisnya. "Setelah itu hamba melihat tuan muda junfeng menyusul."
"Kau yakin? Jika yang kau lihat itu adalah kakak liangyi?." Putri Lien-hua marah.
"Benar Gusti putri." Jawabnya cepat.
"Apakah kau melihat ada adik liangyi di sini?." Pangeran Chaoxiang menahan amarahnya. "Lihat seksama!."
Pelayan wanita itu memperhatikan orang-orang yang ada di sana, matanya tidak menangkap keberadaan Putri Liangyi.
"Katakan yang sebenarnya!." Pangeran Shoi-ming tidak dapat menahan amarah.
"Ampuni hamba yang mulia kaisar!." Ia panik. "Hamba sungguh melihatnya! Hamba tidak berbohong sama sekali!."
Plak! Plak!.
Pangeran Shoi-ming tidak dapat menahan diri, ia tampar wajah pelayan wanita itu.
"Adik! Tenanglah!." Pangeran Chaoxiang langsung menahan pangeran Shoi-ming agar tidak melakukan kekerasan.
"Shoi-ming! Hentikan!." Kaisar bersuara keras.
Deg!.
Seketika mereka merasakan hawa tekanan yang sangat kuat, melihat hawa naga merah menguar dari tubuh Kaisar.
"Pengawal! Bawa dia ke penjara!." Perintah Kaisar. "Jangan sampai dia kabur! Akan saya urus dia setelah masalah ini selesai!."
"Baik yang mulia kaisar."
"Tolong hamba! Tolong hamba!."
Pelayan wanita itu sangat ketakutan, ia berusaha berontak, sayangnya dia tidak mampu meloloskan diri.
"Junfeng!." Suara Kaisar menggelegar di ruangan itu.
Deg!.
"Hamba yang mulia kaisar." Junfeng berlutut, memberi hormat.
"Kenapa kau menuju ruangan istirahat taman istana?! Apakah kau mengetahui ada seseorang ke sana?!." Kaisar terlihat marah. "Katakan dengan jelas! Karena kau adalah putra seorang jendral perang!."
"Hamba yang mulia kaisar." Ia kembali memberi hormat.
"Adik, semoga kau bisa menjelaskannya dengan baik." Dalam hati Jianhong sangat takut.
"Sandiwara seperti apa yang akan kau rangkai, junfeng?." Dalam hati Lingyun Kai senang melihat itu. "Tapi di mana kakak mingmei? Kenapa ia tidak ada di sini?." Matanya memperhatikan keadaan sekitarnya.
"Ketika hamba sedang minum bersama tuan muda dongyang, tuan muda yiming, juga nona muda yan li, tiba-tiba saja hamba merasa pusing." Perlahan-lahan ia mencoba menjelaskannya. "Hamba pamit pada mereka, untuk istirahat di ruangan taman istana." Ia memberi hormat.
"Tuan muda dongyang, tuan muda yiming, nona muda yan li, majulah kalian." Ucap Kaisar.
Nama-nama yang disebut maju bersamaan.
"Hormat kami yang mulia kaisar."
"Benarkah yang dikatakan tuan muda junfeng?." Kaisar menatap tajam ke arah mereka. "Jika ia merasa pusing, dan ingin beristirahat di ruangan taman istana?."
"Benar yang mulia."
Ketiganya memberikan saksi dengan benar.
"Ho?." Dalam Lingyun Kai mengejek itu. "Boleh juga saksi yang ada." Ia merasa lucu.
"Jika kau merasa pusing? Kenapa kau bisa melakukan hal tidak senonoh itu dengan nona muda daxia?." Pangeran Shoi-ming menatap tajam. "Kau bisa memberikan penjelasannya?."
"Hamba merasa ada yang tidak beres dengan minuman yang hamba minum." Jawabnya sambil memberi hormat. "Tubuh hamba terasa panas, dan membuat hamba linglung."
"Pengawal!." Pangeran Shoi-ming bersuara keras.
"Hamba Gusti pangeran ketiga." Ia memberi hormat.
"Selidiki bekas minuman junfeng! Cari kebenarannya!." Hatinya terasa panas.
"Baik Gusti pangeran ketiga."
Setelah itu ia segera melakukan tugasnya.
"Tenanglah adik shoi-ming." Pangeran Chaoxiang menahan adiknya agar tidak bertindak gegabah. "Kita dengarkan dulu penjelasan dari nona muda daxia."
"Benar yang dikatakan kakakmu." Kaisar memperhatikan keadaan saat itu. "Nona muda daxia, jelaskan!." Tegas Kaisar. "Kenapa kau yang berada di ruangan itu? Bukan putri liangyi?."
"Hormat hamba yang mulia kaisar." Nona muda Daxia memberi hormat, dan bersujud. "Hamba minum sendirian di barisan belakang nona muda guiying, nona muda dari kediaman menteri pertahanan dan keamanan." Ia mencoba menjelaskannya. "Saat itu hamba merasa pusing, dan tubuh hamba merasa panas." Ia berusaha menahan tangisnya. "Saat itu hamba tidak sadar telah berjalan menuju ruangan istirahat taman istana, hanya tempat itu menurut hamba tempat yang aman untuk istirahat saat mabuk."
"Nona muda guiying." Kaisar menyebutkan nama itu.
"Hamba yang mulia kaisar." Nona muda Guiying nona kedua di kediaman menteri pertahanan dan keamanan.
"Apakah kau melihat nona daxia duduk sendirian di belakang mu?." Kaisar menatap tajam.
"Hamba memang melihat nona muda daxia duduk sendirian di belakang hamba." Jawabnya sambil memberi hormat. "Bahkan hamba melihat ia pergi meninggalkan tempat duduknya." Lanjutnya. "Tapi hamba tidak memperhatikan, apakah ia dalam keadaan mabuk atau tidak."
Untuk sesaat mereka terdiam, termasuk Kaisar dan Permaisuri Chan Juan.
"Masalah ini adalah masalah yang tidak biasa." Kaisar menarik nafas pelan. "Ada dua orang yang dijebak menggunakan obat perangsang pada minuman." Kaisar merasa aneh. "Kalian berani menodai kesucian acara perdamaian istana?."
"Kami tidak berani yang mulia!."
Mereka semua langsung tertunduk, takut Kaisar marah. Artinya mereka tidak akan bisa tenang sebelum menyelesaikan masalah.
"Junfeng!." Suara Kaisar kembali bergema di ruangan sidang.
"Hamba yang mulia." Junfeng tampak ketakutan.
"Bagaimana caranya mengatasi masalah yang telah terjadi?!." Tatapan mata Kaisar terlihat mengerikan. "Kau seorang laki-laki! Dan kau adalah putra dari seorang jendral perang! Tunjukkan pada saya! Bagaimana kau menyelesaikan masalah ini!."
Junfeng langsung bersujud, hatinya bergetar ketakutan. "Hamba akan bertanggungjawab!." Ia berusaha menguatkan hatinya. "Berikan titah, menikahkan hamba dengan nona muda daxia."
Deg!.
Mereka semua terkejut mendengar ucapan Junfeng, apakah ia tidak salah dalam berbicara.
"Kau yakin?!." Ucap Kaisar ragu.
"Hamba sangat yakin, hamba sangat mencintai nona muda daxia." Ia kembali memberi hormat. "Hamba memang berencana menyatakan perasaan pada nona daxia." Dadanya terasa sesak ketika mengungkapkan apa yang dirasakan. "Tapi hamba tidak menduga, dijebak dalam keadaan seperti ini."
Deg!.
Mereka semua semakin terkejut, ketika melihat Junfeng menangis?. Meneteskan air mata ketika menatap ke arah nona muda Daxia?.
"Hamba pasti akan bertanggungjawab, menikahinya, dan memberikan kasih sayang padanya." Ungkapnya dengan perasaan tulus. "Maafkan saya, telah terbuai dan larut karena pengaruh obat perangsang." Ia menangis sesenggukan. "Sehingga membuat kau malu, melukai harga dirimu sebagai seorang wanita sarjana terhormat." Ia tidak dapat menahan tangisnya. "Maafkan saya." Ia bahkan bersujud sambil membenturkan kepalanya di lantai, pertanda penyesalan yang mendalam di hatinya.
"Tuan muda junfeng." Nona muda Daxia menangis sedih melihat itu.
Suasana mendadak terasa mengharukan melihat Junfeng dengan perasaan tulus.
"Sialan!." Umpat Lingyun Kai dalam hati. "Kenapa kau bertindak seperti laki-laki yang bertanggungjawab?! Kau memang bajingan junfeng." Dalam hatinya merasa tidak karuan.
"Nona muda daxia." Ucap Kaisar menahan perasaan haru. "Apakah kau bersedia saya nikahkan dengan tuan muda junfeng?."
"Bersedia yang mulia kaisar." Nona muda Daxia bersujud memberi hormat.
"Baiklah." Respon Kaisar. "Masalah ini akan saya anggap selesai." Kaisar tidak tega melihat situasi mengharukan. "Saya pasti akan memberikan pernikahan terbaik untuk kalian."
"Terima kasih yang mulia kaisar."
Junfeng dan Jianhong memberi hormat.
"Tidak!." Dalam hati Jianhong merasa marah. "Seharusnya tidak seperti ini!." Hatinya tidak bisa menerima itu. "Kenapa malah jadi seperti ini?!."
...***...
Setelah sidang selesai, mereka langsung bubar, pulang ke rumah masing-masing. Namun Lingyun Kai dan nona muda Xin Qian saat ini berada di sebuah rumah makan, mereka masih ingin berbincang-bincang mengenai masalah rahasia.
"Kau tampak cantik dengan pakaian itu." Ucapnya dengan senyuman lembut. "Rasanya saya tidak salah dalam memilih."
"Terima kasih tuan muda lingyun kai." Nona muda Xin Qian menahan dirinya, ia sangat gugup. "Mengenai surat itu."
"Apakah sudah dilaksanakan?." Lingyun Kai langsung merespon. "Bagaimana dengan tanggapan dari ayahmu?."
"Saya telah mengatakan pada ayah." Ia terlihat ragu. "Awalnya ayah sangat ragu, tapi saya berusaha meyakinkan ayah, bahwa itu memang benar."
"Ayahmu langsung melakukannya?." Lingyun Kai tidak sabaran sekali.
"Tentu saja." Responnya.
"Oh? Syukurlah." Lingyun Kai merasa tenang.
"Bagaimana kau mengetahuinya?." Nona muda Xin Qian heran. "Jika ayah saya akan dijebak seperti itu?." Ada kecemasan tidak biasa di hatinya.
Lingyun Kai belum menjawabnya, pikirannya seakan-akan kembali ke masa lalu. Bagaimana jendral Xiao Chen Tao membawa banyak pasukan untuk menggeledah kediaman menteri pertahanan dan keamanan. Hanya karena kediaman menteri pertahanan dan keamanan menyimpan obat penyembuh sakit secara pribadi. Meskipun hukumannya hanya dimiskinkan?. Tapi jendral Xiao Chen Tao masih belum puas dengan keputusan itu, sehingga mengambil cara lain untuk menjatuhkan menteri pertahanan dan keamanan.
"Hei! Kenapa tidak dijawab?." Nona muda Xin Qian heran melihat Lingyun Kai yang melamun.
"Oh? Saya tidak sengaja mendengar percakapan ayah saya dengan kedua saudara saya." Jawabnya gugup. "Saya tidak mau mereka berbuat jahat pada keluarga mu."
"Kenapa?." Nona muda Xin Qian semakin heran. "Semua orang di kota ini telah mengetahui, jika tuan jendral dan ayah saya memang bermusuhan." Ia menarik nafas dalam-dalam. "Kau adalah putra seorang jendral, dan saya adalah putri menteri pertahanan dan keamanan." Ia merasa bimbang karena masalah itu. "Kenapa kau malah membocorkan rencana itu pada musuh ayahmu?." Tatapan matanya begitu dalam.
Lingyun Kai belum menjawabnya, ia mengingat masa lalu yang akan telah ia hadapi. Lingyun Kai menggenggam tangan nona muda Xin Qian, membuat wanita itu bertambah gugup.
"Karena di masa depan, kau adalah istri saya." Ia kecup tangan nona muda Xin Qian. "Karena itulah, saya harus melindungi mu, melindungi calon mertua saya."
Deg!.
Jantungnya terasa tidak aman, senyuman menawan Lingyun Kai telah membungkam segalanya yang ada pada nona muda Xin Qian.
...***...
Kediaman Jendral Xiao Chen Tao.
Plak!.
Tubuh junfeng ambruk setelah menerima tamparan yang sangat keras dari Jendral Xiao Chen Tao.
"Anak kurang ajar!." Umpatnya penuh amarah. "Kau malah membawa aib untukku?! Kau ingin aku bunuh?!."
"Bunuh saja aku ayah!." Tantangnya. "Setelah itu kau yang akan dipenggal oleh kaisar!."
Duak!.
"Ayah!."
"Suamiku!."
Jianhong dan nyonya Fengying panik melihat Jendral Xiao Chen Tao menendang Junfeng.
"Kegh!." Junfeng meringis kesakitan. "Kau memang bajingan ayah!." Hatinya terasa sakit. "Demi ambisi mu! Kau korban saya seperti ini?!." Teriaknya penuh amarah. "Kau telah melibatkan kekasih saya dalam masalah ini!."
"Diam kau keparat!." Jendral Xiao Chen Tao semakin marah mendengarkan ucapan Junfeng. "Kau anak yang tidak berguna!."
"Tenanglah ayah!." Jianhong berusaha menahan ayahnya agar tidak menyerang adiknya.
"Suamiku! Kau berani sekali memukul anakku!." Nyonya Fengying juga berusaha menahan suaminya. Hatinya tidak terima ketika suaminya main tangan pada anaknya.
...***...
Kediaman menteri pendidikan.
Nona muda Daxia menangis sedih, saat ini ia berlutut tepat di hadapan kedua orang tuanya.
"Maafkan saya ayah, ibu." Ia masih berlutut. "Saya telah membuat malu kediaman menteri pendidikan." Ia menangis sesenggukan. "Ampuni saya."
"Bagaimana dengan tanggapan tuan muda junfeng? Apakah ia bersedia menikah denganmu?." Nyonya Chan Chan menatap sedih anaknya. "Apakah dia mengakui perbuatannya?."
"Katakan pada ayah!." Menteri pendidikan sangat sedih. "Jika ia berani menolaknya? Akan ayah bunuh dia!."
"Ayah, ibu." Responnya. "Tuan muda junfeng dan saya saling mencintai." Ia mencoba tersenyum walaupun hatinya terasa sakit. "Ia bersedia menikah dengan saya, dan bahkan meminta kaisar memberikan dekrit pernikahan secara resmi."
"Oh? Syukurlah kalau begitu."
Nyonya Chan Chan dan menteri pendidikan merasa lega.
"Sepertinya ia akan menjadi calon menantu yang baik." Nyonya Chan Chan mendekati anaknya, memeluknya dengan erat. "Ibu akan persiapkan mahar untukmu."
"Ayah akan menjual beberapa aset, supaya maharmu nantinya bisa menjadi modal usaha kalian nantinya." Menteri pendidikan menahan segala amarah di hati. "Ayah hanya ingin kau hidup bahagia."
"Terima kasih ayah, ibu." Nona muda Daxia merasa lebih baik, memiliki orang tua yang sangat pengertian. "Maaf, karena masalah itu nama baik ayah, juga ibu akan tercemar akibat perbuatan saya."
"Kau tenang saja anakku." Menteri pendidikan mengusap sayang kepala anaknya. "Ayah akan meminta kaisar menyelidiki, siapa yang telah berani menjebak mu."
"Dia harus menerima hukuman!." Nyonya Chan Chan tampak marah. "Karena telah memberikan rasa malu padamu."
"Harus diberi hukuman berat!." Menteri pendidikan telah membulatkan tekad.
Kejadian itu memang memberikan aib yang memalukan bagi keluarga menteri pendidikan, dan juga jendral. Bagaimana mereka menyelesaikan masalah itu?. Apakah bisa mencari pelakunya siapa?. Simak dengan baik kisah selanjutnya.
...***...
Tadinya kupikir Wu Xian beneran saudara lainnya Kai pas baru ngucapin nama, rupanya oh rupanya....
Waduh, kayaknya aku jadi salah fokus dan gak terlalu peduliin Si kai kenapa dan malah lebih fokus mengagumi kekuatan Si mbak! 😌🗿