Last Punishment : DEATH

“Hei kalian. Ayo berdiri dan segeralah pergi dari sini. CEPAT!” Teriak Prathap meminta kedua pria itu untuk pergi.

“Kenapa kau malah melepaskannya?” Tanya Gaurav.

“Gaurav. Kau tidak tau sekuat apa mereka. Lebih baik kita melepaskan mereka dari pada kita yang mati, “ ucap Prathap.

Tiba-tiba suara tembakan dua kali terdengar. Tembakan itu langsung mengenai kedua pria itu, yang satu tepat di kepala dan yang satu lagi di kaki. Abimanyu dan Prathap langsung menoleh ke arah asal tembakan. Rupanya Gaurav yang menembak mereka semua.

“Tugas seorang polisi menegakkan hukum. Yang salah tetaplah di hukum, “ ucap Gaurav yang kemudian menghampiri mereka. Gaurav menggendong salah satu pria yang sudah tewas, sementara Prathap membantu merangkul salah satu pria yang kakinya tertembak.

...\*...

Keesokan harinya di kediaman ketua Menteri Chaturvedi, sedang ada upacara pemakaman atas kematian putra bungsunya. Chaturvedi hanya menatap foto mendiang putranya dengan raut wajah penuh amarah. Selain kematian putra bungsunya dia juga mendapatkan kabar kalau putra sulungnya ditahan dengan kasus pelecehan.

“Diljit, “

“Iya Tuan?”

“Apa kau sudah mencari tau siapa polisi yang berani menahan Shanskar?”

“Inspektur Abimanyu Kanwar. Istrinya juga yang membuat laporan tersebut, “

“Abimanyu Kanwar. Bagaimana bisa anjing itu menjadi pemberontak?”

“Yang menembak kedua putramu adalah anak buahnya, “

“Siapkan mobil dan sejumlah uang. Kita jemput Shanskar sekarang!” Diljit lalu bergerak bersama anak buah lainnya sesuai dengan perintah Chaturvedi. Setelah semua siap, mereka semua langsung pergi ke kantor polisi.

Di kantor polisi, seluruh anggota polisi mendadak merasa takut saat melihat kedatangan Chaturvedi.

“Abimanyu. Kenapa kau menahan putra ku, nak?” Ucap Chaturvedi yang langsung masuk ke ruangan Abimanyu.

“Maafkan aku pak. Putra mu sudah melakukan pelecehan tepat di hadapan Dewi Durga, “

“Apakah Dewi Durga marah?”

“Apakah Dewi Durga turun ke bumi dan mengatakan pada mu… Hei Abimanyu, putra sulung pak Chaturvedi melakukan dosa di hadapan ku, hukum dia!”

“Apakah Dewi Durga juga meminta mu untuk menembak putra ku sampai tewas?”

“Apa setelah ini kau akan meminta ku menghampiri Dewi Durga dan bermohon agar dia melepaskan putra ku?”

“JAWAB ABIMANYU!” Bentak Chaturvedi. Suara bentakan itu terdengar sampai ke telinga Gaurav yang saat itu sedang ikut pelatihan. Semua polisi junior yang mendengarnya langsung berkerumun untuk melihatnya.

“Kenapa kau diam Abimanyu. Kau ini hanya seorang polisi, dan tugasmu hanyalah melayani kami, “

“Dimana wakil Komisaris Rajesh? “

“Maaf tuan saya terlambat, “ ucap wakil Komisaris Rajesh yang merupakan atasan Abimanyu.

“Pak Rajesh. Apa ini…”

“Maaf pak. Saya juga tidak tau kalau Abimanyu akan melakukan ini, “ ucap Rajesh dengan wajah ketakutan saat Chaturvedi menatapnya. Melihat itu, Rajesh lalu menghampiri Abimanyu dan langsung menamparnya di hadapan semua orang.

“Sudah ku katakan padamu untuk tidak membuat masalah dengan keluarga pak Chaturvedi, “ tegur Rajesh. Melihat Abimanyu di tampar, semua polisi hanya bisa tertunduk melihatnya. Gaurav yang kesal mulai mengepal tangannya, saat melihat Abimanyu di tampar.

“Dimana kunci itu, lepaskan Shanskar sekarang!”

“Yang salah akan tetap di hukum!” Sahut Gaurav. Mendengar itu semua orang langsung menoleh ke arah Gaurav.

“Ck, Gaurav… “ rintih pelan Prathap dari kejauhan.

“Jika kau melepaskan Shanskar, sama saja kalian tidak menghormati Dewi Durga. Sia-sia saja upacara tradisi yang kalian lakukan untuk menyembah Dewi Durga, “ sambung Gaurav.

“Gaurav diam, “ sahut Abimanyu.

“Maaf Abi. Sudah ku katakan sejak awal, aku bukanlah anggota polisi seperti kalian. Aku akan tetap menyuarakan suaraku untuk keadilan. Kau pikirkan juga soal adikmu Nanda yang di aniaya oleh mereka, “

“Gaurav cukup!”

“Pikirkan juga istrimu yang dipukuli hanya karena–”

“GAURAV STOP!” Bentak Abimanyu. “Tetap di sana, dan jangan mengatakan sepatah kata pun.” Gaurav pun diam saat Abimanyu menegurnya. Diljit diam-diam membisikkan sesuatu kepada Chaturvedi. Diljit mengatakan bahwa Gaurav lah yang menembak kedua putranya.

“Apa kau yang menembak putra ku?” Tanya Chaturvedi pada Gaurav.

“Pak, itu bukan kesalahan Gaurav. Bukan dia yang–” Chaturvedi mengangkat tangannya untuk menghentikan Abimanyu berbicara.

“Aku bertanya padamu, Gaurav–” mata Chaturvedi terfokus pada papan nama Gaurav yang tidak memiliki marga. “Coba kau pikirkan kembali Gaurav. Jika aku menghabisimu di sini, sia-sia saja hidupmu. Berlutut dan meminta maaflah, aku akan meringankan hukuman mu! Selain itu aku akan memberimu uang untuk keberlangsungan hidupmu, “ bisik Chaturvedi. Saat Chaturvedi hendak menjauhkan tubuhnya yang saat ini terlalu dekat dengannya, Gaurav menahannya dan berbisik padanya.

“Sejak kecil aku bersusah payah belajar untuk berdiri, dan saat dewasa kau meminta ku untuk berlutut hanya untuk meringankan hukuman atas kesalahan yang tidak aku perbuat? Simpan saja angan mu itu. Dan soal uang–aku tidak suka memakan uang rakyat seperti dirimu!”

Mendengar itu, Chaturvedi yang merasa direndahkan langsung menampar Gaurav sampai tersungkur ke lantai. Abimanyu ingin menghampiri Gaurav, namun Rajesh menahannya.

“Rajesh, “

“I-iya tuan?”

“Saya mau pria ini dikeluarkan dari departemen kalian, “

“Baik tuan.” Rajesh langsung bergegas membuat surat pengeluaran Gaurav atas perintah Chaturvedi. 

“Hentikan Rajesh!” Ucap seorang pria dari luar. Rupanya pria itu adalah Jenderal sekaligus pimpinan seluruh kepolisian India, bernama Prasad Jawade. Prasad datang karena mendapatkan kabar tentang penembakan yang menyebabkan putra menteri meninggal dunia.

“Pak Chaturvedi. Saya mewakili seluruh kepolisian disini ingin meminta maaf. Kami akan membebaskan putramu, “ Prasad langsung meminta anak buahnya untuk membebaskan Shanskar. “Gaurav adalah anak sebatang kara yang membutuhkan pekerjaan baik untuk masa depannya. Jika kami mengeluarkannya sama saja kita menelantarkan anak yatim piatu. Bukan kah tuan sendiri yang bilang, setiap anak di negeri ini berhak  mendapatkan pekerjaan yang baik. Jadi saya mohon untuk ampuni dia tuan. Kami akan memberi hukuman skorsing untuk sementara, “ ucap Prasad memohon kepada Chaturvedi. Mendengar permohonan Prasad, Chaturvedi pun luluh dan mau memberi kesempatan untuk Gaurav.

ChatuRvedi pun pergi membawa Shanskar dan juga anak buahnya. Prasad menghampiri Gaurav untuk membantunya. Aditi datang membawakan obat untuk mengobati luka di bibir Gaurav, karena tamparan Chaturvedi memanglah sangat kuat.

...\*...

Sementara itu di kampus, Rasika tengah berbincang-bincang dengan temannya mengenai acara kelulusan yang akan digelar besok. Namun tiba-tiba, Rasika merasa mual dan pusing. Gita menemani Rasika untuk pergi ke toilet.

“Gimana?”

“Sepertinya aku masuk angin, “

“Kau yakin masuk angin?”

“Iya, “

“Apa bulan ini kau sudah datang bulan?” mendengar pertanyaan itu, Rasika terdiam. Seharusnya dia sudah datang bulan sejak dua minggu lalu. “Gita?” Ucap Rasika dengan wajah yang mulai resah. “Kau belum mengeceknya?” Rasika menggelengkan kepalanya sambil tersenyum.

“Sekarang telepon suamimu itu, minta dia menjemputmu. Lalu kalian pergi periksa bersama, “ perintah Gita. Rasika mengiyakan dan mengambil ponselnya dari tas. Namun tiba-tiba dia  mengurungkan niatnya, karena tidak mau membuat Abimanyu kecewa.

“Euhm begini saja. Aku akan pergi sendiri, dan mengeceknya sendiri, “

“Rasika. Kau tidak ingat apa kata suami mu? Jangan pergi sendirian, “

“Ayolah Gita. Dia tidak akan marah jika aku membantah sekali. Lagipula aku lakukan ini untuk membuatnya senang, “

“Tapi aku tidak bisa menemani mu. Hari ini aku ada kelas tambahan, “

“Tidak apa-apa. Aku bisa pergi sendiri, “

Sore harinya saat pulang dari kampus. Rasika pergi ke sebuah klinik untuk melakukan pemeriksaan. Kebetulan klinik yang biasa Rasika kunjungi terletak di sebuah gang yang ramai dengan bazar. Saat sedang berjalan, dari kejauhan Shanskar yang sudah bebas sedang nongkrong bersama beberapa temannya. Saat melihat Rasika, dendam Shanskar masih tersimpan kuat. Dia lalu mengajak teman-temannya untuk menculik Rasika. Namun rencana mereka tergagalkan saat melihat Rasika masuk ke sebuah klinik. Tapi karena tidak mau kehilangan mangsanya, Shanskar memutuskan untuk menunggu Rasika keluar.

“Hallo selamat sore. Saya Rasika Bhomareddy Kanwar, “

“Oh nyonya Rasika yang melakukan reservasi sekitar jam 2 siang tadi, benar?”

“Benar, “

“Silahkan masuk nyonya. Dokter sudah menunggumu, “

“Baiklah terima kasih.” Rasika langsung masuk menemui dokter, untuk melakukan pemeriksaan. Setelah beberapa menit di periksa, Rasika positif hamil. Usia kandungannya sudah jalan dua minggu. Mendengar itu, dia merasa senang. Dia menganggap bahwa ini adalah hadiah terindah untuk kelulusannya besok.