NovelToon NovelToon
TURUN RANJANG : Dinikahi Pilot Galak

TURUN RANJANG : Dinikahi Pilot Galak

Status: sedang berlangsung
Genre:Duda / Pernikahan Kilat / Angst / Romansa / Pihak Ketiga / Naik ranjang/turun ranjang
Popularitas:4.4k
Nilai: 5
Nama Author: Dhanvi Hrieya

Aruna Mayswara terpaksa menerima pernikahan yang digelar dengan Jakson Mahendra-mantan kakak iparnya sendiri, lelaki yang sempat mengeyam status duda beranak satu itu bukan tandingan Aruna. Demi sang keponakan tercinta, Aruna harus menelan pahitnya berumah tangga dengan pria yang dijuluki diam-diam sebagai 'Pilot Galak' oleh Aruna dibelakang Kinanti-almarhumah kakak perempuannya. Lantas rumah tangga yang tidak dilandasi cinta, serta pertengkaran yang terus menerus. Bisakah bertahan, dan bagaimana mahligai rumah tangga itu akan berjalan jika hanya bertiangkan pengorbanan semata.

***

"Nyentuh kamu? Oh, yang bener aja. Aku nggak sudi seujung kuku pun. Kalo bukan karena Mentari, aku nggak mungkin harus kayak gini," tegas Jakson menatap tajam Aruna.

"Ya, udah bagus kayak gitu dong. Sekarang tulis surat kontrak nikah, tulis juga di sana perjanjian Mas Jakson nggak akan nyentuh tubuhku," ujar Aruna menggebu-gebu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dhanvi Hrieya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 7. IMPOSSIBLE

Tangan Aruna terangkat namun, kembali diturunkan. Ia terlihat meragu, apa yang harus ia katakan pada Jakson. Jika boleh Aruna jujur, semuanya terasa kikuk untuk Aruna berinteraksi dengan Jakson.

...KLIK!...

Aruna terkejut saat pintu kamar Jakson tiba-tina terbuka, pemuda itu terlihat tak kalah terkejutnya dengan keberadaan Aruna yang berdiri tepat di depan pintu kamarnya.

"Oh, Mas Jakson sibuk?" tanya Aruna spontan, jari jemari lentiknya saling bertautan.

Jakson menggeleng sekilas, "Nggak, ada yang mau kamu omongin?"

Kepala Aruna mengangguk sekilas, kenapa rasanya tidak nyaman berbicara dengan Jakson. Kepalanya tertunduk perlahan, memilih menatap jari jemari kakinya.

"Tunggu di bawah, aku akan segera ke sana," kata Jakson bersuara.

"Ya," gumam Aruna pelan.

Gadis berambut sepinggang itu membalikkan tubuhnya, menuju anak tangga turun perlahan. Indera pendengarannya menangkap suara derap langkah kaki Jakson, pemuda itu mengikutinya dari belakang. Aruna duduk lebih dahulu di ruangan keluarga, Jakson menyusul.

"Apa yang ingin kamu bicarain malam-malam gini?" Jakson tidak perlu berbasa-basi.

Terkesan kaku, Jakson terlalu lelah, entah itu lelah menghadapi keluarganya, pekerjaannya, dan lelah dengan kehidupannya yang mendadak kehilangan arah dan gairah. Kematian ibunya Mentari, benar-benar membawa separuh jiwa Jakson ikut terkubur.

"Ini soal Mentari," ujar Aruna, "ulang tahun kelima Mentari harus dirayain. Mentari bertanya perihal Mbak Kinanti, aku nggak tau mau jawab apa, setelah segala alasan yang aku diberikan."

Aruna tidak berdusta, ia sudah berusaha semampunya. Anak itu belum paham apa itu kematian, apa itu perpisahan selama-lamanya. Meskipun sudah melihat jenazah Kinanti dikuburkan, Mentari lupa dan kembali bertanya di mana ibunya.

Jakson mendesah berat, jari jemari panjang Jakson memijat pangkal hidungnya. Membicarakan Kinanti merupakan pembicaraan yang menguras emosi, Jakson menyandarkan punggung lebarnya di sofa.

"Kali ini rayakan sesederhana mungkin," jawab Jakson lirih, "aku nggak mau, ada pembicaraan yang kurang menyenangkan. Apalagi tentang kamu yang menjadi istriku saat ini, anggapan orang-orang tidak akan baik. Karena kamu adalah Adik kandung Kinanti."

Jakson sungguh tidak ingin mendengar gosip miring tentang pernikahan keduanya, terkadang orang-orang suka berlebihan berspekulasi. Apalagi sampai putrinya mendengar kata-kata tidak baik untuk tumbuh kembangnya, putrinya tidak boleh terluka.

Aruna mengangguk paham, ia pun tidak ingin mengekspos pernikahannya. Selain karena tidak ingin berita miring menyudutkan dirinya yang dinikahi oleh kakak iparnya, Aruna masih berhubungan dengan Raka—pacarnya. Ia dan Raka masih berstatus pacaran, belum ada kata putus yang terlontar satu sama lain. Paham betul Aruna, jika semuanya kacau. Salahnya, dinikahi oleh Jakson, sementara hatinya jelas untuk Saka.

"Kalo gitu, kita lakuin aja sesuai yang Mas Jakson omongin. Dirayain sederhana aja, cuma keluarga serta tetangga yang anaknya seumuran sama Mentari," putus Aruna.

Kepala Jakson mengangguk, "Ya. Kayak gitu aja."

Jakson bangkit dari posisi duduknya, menghela napas kasar. Matanya tertuju pada bingkai foto besar yang terpampang di dinding rumah, foto prewedding dirinya dan Kinanti masih tergantung kokoh di sana. Kenapa wanita dengan senyuman lebar itu meninggalkan Jakson lebih awal, membuat kehidupan Jakson sekacau ini.

Atensi Aruna ikut melirik ke arah sorot mata Jakson tertuju, Aruna mendesah letih. Pria ini jelas sangat cinta pada sang kakak, berharap semuanya akan tetap sama. Aruna tidak menginginkan posisi Kinanti, sebagai istri Jakson. Diam-diam Aruna bertanya, kenapa ia harus diseret pada pernikahan penuh kepalsuan dan kesulitan ini.

...***...

"Jakson," panggilan lembut itu terdengar hangat menyapa indera pendengaran sang captain pilot.

Langkah kaki pria jangkung dengan empat garis di bahu lebarnya itu berhenti, suara ketukan high heels mengalun. Beberapa pramugari dan dua pilot lainnya yang sempat ikut berhenti, melangkah kembali meninggalkan sang captain pilot di belakang.

"Ah, ternyata benar ini kamu," ujarnya mengulas senyum lebar.

Dahi Jakson berkerut, sejak kapan wanita ini ada di Indonesia. Manik matanya menatap lekat ke arah Elena, senyum lembut itu masih terpahat di bibir ranumnya.

"Kamu, kenapa ada di sini?" tanya Jakson tak percaya.

"Aku kembali," ujarnya pelan, "saat aku mendengar berita buruk menimpa rumah tanggamu. Aku turut berdukacita, Jakson."

Jakson mengangguk sekilas, Elena merupakan sahabat dekat Jakson. Satu-satunya wanita yang berada di sisi Jakson yang cuek, pembawaannya yang lemah lembut. Mengingatkan Jakson pada Kinanti-almarhumah sang istri tercinta.

"Makasih, El," gumam Jakson serak.

"Kamu ada waktu? Kebetulan aku baru nyampek di Indo. Kamu bawa mobil 'kan?"

Kepala Jakson mengangguk sekilas, "Iya, aku ada waktu. Ini sudah bukan lagi jam kerjaku, kita bisa ngobrol sebentar."

Elena tersenyum semringah, tidak canggung Elena merangkul tangan Jakson. Jakson terkesiap dengan tindakan Elena, merasa tubuh pria itu menegang. Elena tersadar, ia melepaskan rangkulannya.

"Maaf, aku lupa jika kamu pasti nggak nyaman kek dulu. Aku terlalu senang liat kamu lagi setelah sekian lama kita nggak pernah ketemu," celetuk Elena pelan.

Jakson hanya berdehem ringan tangan kanannya bergerak mempersilakan Elena melangkah lebih dahulu. Elena yang paham, mengayunkan langkah kakinya menyeret koper besar. Jakson ikut melangkah menarik koper berukuran kecil. Sesekali terlihat keduanya saling menatap sekilas, berbincang santai menuju parkiran bandara.

...***...

"Yang sabar, Run," kata Hana meringis melihat beberapa sendok sambal yang dituangkan dengan kasar ke mangkok bakso Aruna.

Kedua sisi pipi Aruna mengembung, matanya memerah. Kedua lubang hidungnya tidak kalah merahnya, untuk ACC judul saja dosen pembimbingnya mengesalkan bukan main. Ditolak beberapa kali, setelah dikejar ke sana dan ke sini. Berbeda dengan Hana, yang sekali pengajuan judul langsung di ACC oleh dosen pembimbing satu dan duanya.

"Sakit hati aku, tuh, Han. Dia itu kek mahluk nggak ada hati tau nggak sih, aku kejar ke sana, ke sini. Setelah ketemu, apa tadi katanya," ucap Aruna kesal, "kurang pas dan nggak cocok. Diminta rekomendasi, malah dibilang buat aku cari sendiri. Ingin kali aku kucek mukanya pakek sabun."

Hana terkikik, derita sahabatnya bukan main. Sementara pembimbing dua, tidak berani angkat suara. Takut pada si dosen killer.

"Kita nggak usah ngomongin itu dulu, katanya kemarin kamu butuh bantuan aku buat ngedekor perayaan pesta ulang tahun Mentari. Jadi, 'kan?"

Kepala Aruna mengangguk cepat, senyum di bibirnya terbit. "Iya, aku mau kamu bantuin aku. Buat dekor ruangan rumah, sama cariin gaun ulang tahun buat Mentari. Kali ini pestanya sederhana aja, nggak mewah kek biasa. Kamu 'kan tau, sekarang mbakku udah nggak ada. Apalagi aku yang jadi..., iya pokonya begitu."

Hana paham tanpa harus dijelaskan secara detail, tangan mengaduk minumannya. Menatap lambat wajah Aruna, ditatap intens oleh Hana. Aruna mengangkat pandangan matanya, melirik wajah sang sahabat.

"Kenapa?" tanya Aruna, tangannya bergerak menusuk bakso di mangkok yang sudah diaduk.

"Kamu, tidur sekamar sama Mas Jakson?" tanya Hana pelan sekali.

Mata Aruna terbelalak, "Kamu gila, aku sama dia? Itu nggak akan terjadi."

Hana menggaruk tengkuk belakangnya, tersenyum tipis. "Iya, siapa tau."

"Aku, nggak akan pernah biarkan itu terjadi. Kamu kek nggak paham aja, kami nggak saling cinta. Kalo bisa cukup 1 tahun, aku akan ngajuin perceraian. Sekarang aku harus lulus kuliah dulu, dapetin pekerjaan yang bagus."

"Kamu siap jadi janda?" Hana menyipitkan kedua matanya.

Sendok garpu tang terangkat diturunkan, pembicaraan keduanya terasa mencekik untuk Aruna.

"Hm, aku siap. Aku nggak mau berkorban terlampau jauh," sahut Aruna tegas.

"Lantas gimana kalo seandainya, kamu punya perasaan sama Mas Jakson?"

"Impossible, nggak mungkin banget. Aku dan dia, huh? Secuil pun nggak ada rasa." Aruna menolak mentah-mentah.

Bersambung....

1
Reni Anjarwani
binggung yaa kisahnya
Mymy Zizan
bagussssss
Suryani Tohir
llanjut
Suryani Tohir
next
Shafa Ayudia
ceritanya bagus, banyak plot twist nya. bagi yg suka cerita seru dan menantang,sangat recommended untuk dibaca.
Dhanvi Hrieya: makasih udah mampir kakak, dan makasih atas ulasannya ❤️☺️
total 1 replies
Shafa Ayudia
ceritanya bagus kak, semangat updatenya yaa
Dhanvi Hrieya: siap, kakak ^^
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!