Cerita seorang laki-laki yang terpikat karena aroma yang mirip dengan seseorang di masa lalunya.
Kisah seorang laki-laki yang jatuh cinta pada pandangan pertama setelah bertemu dengannya. Aroma yang menenangkan, aroma yang mengingatkannya bahwa bahagia itu sederhana tapi terasa mewah.
Lalu bagaimana kisah laki-laki itu? apakah berakhir bahagia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anyelir 02, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 6
Hari ini adalah hari dimana peragaan busana dilaksanakan. Luna memikirkan begitu padatnya hari-harinya saat melakukan ini. Selama 3 bulan lebih, Luna melakukan persiapan peragaan busana bersama teman-temannya sambil berkuliah. Namun, dirinya cukup senang melihat hasil jadi desain miliknya yang menjadi begitu cantik.
Meskipun dirinya baru semester 5, namun sudah memiliki pengalam seperti ini adalah pengalaman yang sangat berarti baginya. Saat ini, dirinya ikut membantu persiapan acara bersama para mahasiswa lainnya. Dirinya membantu Ayu yang sedang menata pakaian peragaan busana.
Luna yang pertama kali bertemu dengan para model ternama merasa sangat beruntung. Bahkan bisa melihat rancangannya dipakai oleh para model itu, dirinya merasa sungguh terhormat.
'Nanti ajak mama dan papa foto deh, kalau bisa'
...****************...
Peragaan busana dimulai. Luna duduk di bagian yang sudah ditentukan bersama dengan orang tua masing-masing mahasiswa. Luna dengan ceria mengenalkan busana yang diperagakan saat ini.
Bahkan dengan riang menunjuk desain miliknya yang dipakai oleh salah satu model.
Dapat dilihat bahwa kedua orang tuanya merasa bangga dengan pencapain putrinya. Bahkan Theo dengan bangga merekam suasana acara sejak awal. Dirinya berniat membuat dokumentasi putrinya agar keluarga bisa menyaksikan keberhasilan putrinya.
Di kejauhan, Marcel melihat betapa senangnya Luna bersama keluarganya. Senyuman tak lepas dari wajahnya. Kemudian, dia melihat kearah nyonya Lafleur. Dokter yang menangani matanya dulu. Seorang dokter yang tak pantang menyerah untuk kesembuhan pasiennya.
Marcel ingin sekali menyapa dan mengucapkan terima kasih atas dedikasinya yang tinggi sebagai seorang dokter. Dirinya mungkin tak bisa melihat lagi jika bukan beliau yang merawatnya.
...****************...
Acara berlangsung dengan sangat sukses. Tidak ada hambatan apapun saat acara berlangsung.
Luna yang harus berkumpul terlebih dahulu bersama teman-temannya serta timnya,harus berpisah terlebih dahulu dengan kedua orang tuanya.
Marcel yang melihat kepergian Luna menuju tim desainer. Kemudian, dia berjalan ke arah kedua orang tua Luna duduk.
"Dokter Jihan, lama tidak bertemu," sapa Marcel dengan sangat sopan.
Theo yang melihat orang yang menyapa istrinya, memasang wajah waspada. Istrinya dulunya adalah gadis yang sangat cantik, ya meskipun saat ini masih terlihat cantik. Namun, bisa saja orang di depannya terpana dengan wajah istrinya atau orang di depannya adalah orang di masa lalu istrinya.
"Siapa, ya?" ujar datar Theo.
Menyadari Theo yang sedang cemburu, Marcel dengan gugup memperkenalkan dirinya.
"Ah.. maaf saya belum memperkenalkan diri," Marcel mengulurkan tangannya di hadapan Theo yang disambut dengan baik oleh Theo, namun tentu saja dengan wajah datar andalannya.
"Saya Rayden Marcel Purnomo, pemilik P&LuBel. Saya dulu pasien dari dokter Jihan,"
"Saya Theodore Lafleur, suami dari dokter Jihan Aulia," Theo membalas jabatan tangan dari Marcel. Mengetahui orang di depannya adalah pasien istrinya dulu, Theo merasa lega.
Jihan yang menyadari cemburu suaminya yang kambuh, dengan cepat memukul punggung suaminya dengan keras.
"Aduh papa ini. Masa masih aja cemburuan begini. Kita udah tua loh!" kesal Jihan saat melihat suaminya itu sifat cemburuannya kambuh.
"Loh cemburu itu wajar, ma. Mama cantik, jadi papa hanya waspada aja kalau ada serigala mendekat,"
Marcel merasa lucu saat melihat keromantisan pasangan yang ada di depannya. Dia mulai membayangkan jika dirinya dengan Luna akan sangat romantis, seperti kedua orang tuanya.
"Ah, iya!. Lama tak jumpa, nak Marcel!" sapa Jihan yang menyadari bahwa Marcel sejak tadi melihat dirinya dengan suaminya.
"Bagaimana kabarmu, nak?" Jihan sangat menyayangi anak laki-laki di depannya saat ini. Dulu saat pertama kali bertemu, kondisinya begitu buruk. Di tinggal sendirian, tidak ada yang menemani membuatnya tak memiliki semangat hidup. Namun, ada yang merubahnya. Ada seseorang membuatnya mau untuk hidup, memotivasi dirinya bahwa dirinya tak sendiri. Sebelum pertemuan terakhirnya, Jihan mengingat bahwa saat itu Marcel akan di operasi.
Marcel terdiam. Jihan sudah dianggapnya seorang ibu baginya. Jihan selalu memperlakukannya dengan sayang, karena itu selama ini dirinya mencarinya.
Jihan yang melihat Marcel yang diam, mengetahui isi hati anak itu.
"Sepertinya operasinya berhasil ya, lihat sekarang kamu bisa melihat dunia yang indah ini kan?" Jihan berdiri dan mengelus pundak anak laki-laki yang dulunya terlihat rapuh, namun sekarang begitu gagah.
"Ehmm... saya dapat melihat kembali berkat bantuan anda. Saya mengucapkan terima kasih untuk itu, Dokter Jihan," Marcel menundukkan badannya, dirinya begitu hormat dengan Jihan.
Theo yang melihat bahwa istrinya begitu di sayang dan dihormati, merasa bangga dengan istrinya. Dirinya tau, sebagai dokter itu tidaklah mudah. Namun, Jihan mampu membagi waktu antara pekerjaan dan keluarganya, itulah yang membuat Theo begitu menghormati wanita yang selalu berada disampingnya ini.
"Tuan Marcel, anda harus bertemu dengan investor dari Singapura saat ini tuan," ujar Sean yang baru saja hadir.
Marcel yang mendengar adegan miliknya hanya mengangguk. Kemudian melihat pasangan keluarga Lafleur itu.
"Dokter, bolehkah saya meminta nomer anda. Saya ingin membalas budi terhadap anda atau makan malam bersama dengan keluarga anda," Marcel sebenernya ragu saat meminta. Dirinya tau bahwa Theo, suami Jihan adalah orang yang posesif.
Jihan melirik ke arah Theo guna meminta izin. Theo yang menyadari tatapan Jihan, hanya mengangguk saja. Lagipula dirinya tau bahwa anak laki-laki itu hanya merasa hormat dengan istrinya, bukan bermaksud lain.
"Tentu," Jihan memberikan kartu namanya. Marcel menerima kartu itu dengan senang hati, lalu berpamitan untuk pergi.
Dari kejauhan, Luna yang melihat kedua orang tuanya berbincang dengan Marcel terlihat bingung.
"Sepertinya mama mengenal tuan Marcel." gumam Luna
Jangan lupa follback dan saling dukung ya.
mmpir punyaku juga kakk😻😻