Helena Berasal keluarga Kaya Raya, kehidupan Mewahnya dan semua yang dia miliki seakan membuatnya tercekik, kehadiran ibu sambung dan juga anaknya membuatnya Terselengser dari Apa yang dia Nikmati bahkan kini dia sangat menderita, untuk Membalaskan Rasa sakit hati, dia menikah dengan lelaki Kaya yang saat itu di desak keluarganya menikah dan diancam dibatalkan jadi pewaris keluarga.
Mereka Bersepakat untuk melakukan pernikahan kontrak agar mereka mendapatkan tujuan mereka masing-masing
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ummu Umar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 14
Sesampainya dikamar Menantunya, Bibir ketiganya terkatup melihat Helena yang berantakan. Dia tahu jika Helena melampiaskan segalanya dengan mengacak kamarnya.
"Kamu harus bisa ikhlas nak, kamu harus kuat". Mata Anggita meneteskan air mata melihat gapunya anak sahabat sekaligus menantinya itu.
"Aku sndirian, aku sendirian". Helena memeluk lututnya dengan tangisan menyayat hati.
"Kamu tidak sendiri nak, kamu punya kami, jangan bilang seperti itu". Hendra menggelengkan kepalanya dan ikut menangis.
Sedangkan Rendra hanya membuang pandangan nya agar tidak ikut menangis.
"Sudahlah Len, jangan buang air mata mu untuk manusia seperti mereka, merkea tidak pantas mendapatkan nya, kau harus kuat dari sekarang, karena aku yakin mereka akan kemabli menyerang mu, entah seperti apa". Rendra mengatakannya saat dirinya tak memandang Helena.
"Benar nak, kamu harus bangkit, mereka akan menertawakan kamu jika kamu sakit, jadi jangan tunjukkan kelemahanmu, tunjukkan jika kau bahkan lebih baik dari mereka". Anggota hanya bisa memeluk Helena yang menangis dengan tubuh bergetar hebat.
"Ayo kita pulang nak, kita kerumah ibu dan ayah, supaya kamu tidak merasa kesepian". Ajak Hendra mengusap lembut kepala Helena.
Helena menggelengkan kepalanya karena tidak ingin ikut. " Bisaka aku ingin tinggal disini saja, ini adalah rumah orangtuaku, apa boleh?? ".
"Nak, kamu akan tinggal disini?? terus bagaimana dengan Rendra??, kamu tidak lupa kan jika kamu sudah menikah??". Anggita menatap sang menantu meminta pengertian.
"Biarkan saja dia dulu bu, kasihan jika langsung dibawah kerumah, aku akan menemani dia disini, jika dia ingin tinggal disini, tidak apa-apa, biar aku pindah kesini untuk menemaninya". Rendra langsung menutup mulutnya setelah menyelesaikan kalimatnya.
Itu adalah ucapan Spontan dirinya saat melihat Helena menangisi mereka, jujur saja, dia marah melihat Helena yang rapuh.
"Baiklah jika seperti itu, kamu pulanglah ambil barangmu nak, setidaknya untuk tinggal disini, kamu tidak keberatan kan nak??
"Tidak ibu, aku senang jika aku punya teman disini, terima kasih karena mengizinkan Rendra tinggal disini menemaniku". Helena mengangkat kepalanya dan pandangannya bertemu dengan Rendra yang menatapnya dengan khawatir.
Dia tersenyum tipis melihat ketulusan lelaki itu, dia tidak salah pilih patner untuk pernikahan kontrak itu
"Baiklah jika seperti itu, kami pulang dulu, nanti Rendra akan kesini setelah membereskan barangnya, sebaiknya kalian tidur dikamar utama, nanti ibu akan suruh Bibi mengurus dan merombak kamar itu agar sesuai selera kalian". Kedua Parubayah itu mengelus kepala dan memeluk Helena bergantian karena mereka akan pulang.
"Aku pamit yah, aku akan balik lagi kesini nanti". Ucap Rendra refleks mengelus kepala Helena.
Helena menegang sedangkan Rendra tersenyum kikuk ketika menyadari apa yang dia lakukan. Dia segera menarik tangannya dan berjalan cepat menyusul kedua orang tuanya, wajahnya terlihat memerah karena malu.
Helena mengulum senyumnya melihat tingkah laku Rendra yang sangat menggemaskan menurutnya.
Sedangkan Dirumah Wahyu, terjadi pertengkaran oleh sepasang suami istri itu.
"Ayah, kenapa kita tinggal disini, rumah ini kecil". Sungut Soraya dengan kesal.
"Kecil seperti apa, ini lumayan besar, ada 5 kamar dan ada ruang ART tersendiri, mau rumah seperti apalagi yang kau inginkan, ha!! ". Wahyu menatap berang perempuan yang dia nikahi 12 tahu silam itu.
"Kenapa bukan seperti rumah yang dulu kita tempati ayah, ini memang ada 5 kamar tapi hanya kamar utama yang luas sedangkan 4 kamar lain itu biasa saja, Sintia kesal karena kamarnya kecil". Sungut Soraya dengan emosi.
"Kalau kalian tidak suka tidak usah tinggal disini, tinggal dijalan sana!!, kalian bertingkah seperti orang yang bisa membeli apa saja padahal kalian selama ini hanya bisa meminta dan dan merengek!! ". Hardiknya mendorong sang istri keluar dari kamarnya itu.
Kedua wanita itu terbelalak mendengar Jika Wahyu mengusir mereka dari sana, bagaimana dan dimana mereka akan tinggal jika bukan dirumah ini.
"Jangan bertingkah jika kalian masih mau disini, tahu dirilah sedikit, aku yang membelinya dnegan hasil keringatmu dan kalian menghinanya seolah-olah kalian ini bisa menghasilkan uang, pergi cari uang dan beli sendiri!! ". Wahyu menutup pintu kamarnya dengan keras.
Emosinya tidoa terbendung, bukannya berterima kasih dibelikan rumah yang lumayan, malah bicara seenaknya, dasar perempuan tidka tahu diri.
"Sudahlah Sintia, kita tinggal disini, memang kau punya uang untuk membeli rumah besar, ibu tidak mau jadi gelandangan diluar, lagian rumah ini cukup dan kamar itu lumayan, jika kamu tak suka, kamu saja yang pergi". Soraya mengetuk pintu kamar suaminya untuk membujuk.
Sintia menghentakkan kakinya menuju kamar yang akan ditempatinya, hatinya dongkol, dia ingin menjadi pewaris , eh malah seperti ini jadinya.
Sore hari dirumah Helena, Rendra datang dengan membawa 2 koper besar untuk membawa barang-barang nya, dia hanya membawa setengah keperluannya karena dia akan tinggal disini sementara sampai kontrak mereka selesai.
"Kamu sudah datang, aku sudah merapikan kamar yang akan kamu tempati, ini disebelah kamarku, aku juga sudah merombak kamar utama, jadi jika ada keluargamu yang datang, kita akan menginap disna, tidak apa-apa kan, kan mereka tahunya kita pasangan".
Rendra menganggukkan kepalanya tanda setuju, mereka harus bisa menjalankan perna mereka masing-masing, mereka hanya sepakat jika mereka menikah setahun saja tapi mereka tetap menjalankan peran suami istri kecuali berbagi ranjang.
"Bagaimana perasaanmu, enakan?? ". Rendra menatap Helena dengan sendu.
Helena menghela nafasnya, " Bohong jika aku tak merasakan sakit Rend, biar bagaimanapun dia salah ayahku, sebelum ada mereka, ayahku adalah lelaki baik dan penyayang padaku dan juga bundaku".
Rendra mengangguk dan tidka bertanya lagi, dia tidak mau membuat Helena mengingat kejadian tadi.
"Biar sini aku rapikan, kamu mandi saja, ini tugasku sebagai seorang istri". Helena mengambil koper itu dari tangan Rendra.
"Kamu yakin tidak apa-apa, kan kita". Ucap Rendra tergantung diudara.
"Tidak apa, walau ini pernikahan kontrak, kau dan aku terikat pernikahan, aku harus menjalani kewajibanku bukan??, kecuali masalah ranjang jadi cukup kita saling menghargai". Helena tersenyum lembut kepada lelaki yang menjadi suami kontraknya ini.
" Terima kasih yah, aku juga akan melakukannya". Rendra tersenyum kemudian memasuki kamar mandi setelah mengambil perlengkapan mandinya dan pakaian santai untuk dia pakai dikamar mandi karena Helena berada di kamarnya.
"Dia gadis yang baik dan sangat perhatian, bodoh sekali ayahnya melepaskan berlian seperti anaknya itu". Monolog Rendra saat berada dikamar mandi.
Saat keluar dari kamar mandi, dia mendapati kamarnya sudah rapi dan pakaian tertata dnegan baik, tapi dia tidak melihat istri nya itu.
"Mungkin dia sedang memasak pikirnya".
Dia pun keluar dari kamar mencari keberadaan Helena karena ingin bertanya banyak hal tapi ketika dia melihat keluar ternyata dia menerima tamu, alangkah terkejutnya dia melihat Kanaya yang berada disana.
"Kanaya, apa yang kau lakukan disini". Teriaknya dengan penuh emosi.
konfliknya tidak terlalu bertele"....
penyampaian kata" sangat baik dan cukup oke sejauh ini ceritanya gak buat bosan 👍
Semoga sukses kakk othor❤️
drama kehidupan sehari-hari