NovelToon NovelToon
Rojali Dan Ratih

Rojali Dan Ratih

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Ilmu Kanuragan
Popularitas:7.6k
Nilai: 5
Nama Author: SOPYAN KAMALGrab

"kamu pembawa sial tidak pantas menikah dengan anakku" ucap Romlah
"aku sudah mempersiapkan pernikahan ini selama 5 tahun, Bagaimana dengan kluargaku" jawab Ratih
"tenang saja Ratih aku sudah mempersiapkan jodohmu" ucap Narti
dan kemudian munculah seorang pria berambut gondrong seperti orang gila
"diakan orang gila yang suka aku kasih makan, masa aku harus menikah dengan dia" jawab Ratih kesal
dan tanpa Ratih tahu kalau Rojali adalah pendekar no 1 di gunung Galunggung

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SOPYAN KAMALGrab, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

RR 3

Menjelang malam, suasana desa mulai ramai. Warga berdatangan, duduk berjejal di bawah tenda. Semua ingin menyaksikan pernikahan aneh yang bikin heboh: si Ratih, kembang desa, akan menikah dengan seorang gembel.

Sebagian warga kasihan, tapi sebagian lagi sudah termakan omongan Narti—katanya kalau Ratih menikah dengan orang itu, desa bakal jadi makmur. Banyak yang percaya, apalagi setelah disebut-sebut nama Ki Jaka Kelana.

Sinta mondar-mandir gelisah, wajahnya kesal.

“Ke mana si orang sableng itu?!” gumamnya, menyapu pandangan ke arah dapur belakang.

“Mana Rojali?” tanya Narti ketus.

“Tadi aku suruh mandi, Bu. Tapi dia lama banget. Aku tinggal karena males nungguin,” jawab Sinta dengan nada cemas.

“Bu, calon pengantinnya ke mana?” tanya Najri, sesepuh desa, dengan dahi mengernyit, tubuhnya condong penuh cemas.

“Aku juga nggak tahu! Ini bikin malu aja!” Narti mulai panik, nada bicaranya meninggi.

“Ratih memang sial. Sudah ditinggal Bagas, sekarang malah orang gila itu juga ninggalin dia. Kurang apalagi coba?” semprot Narti sambil membanting kipas di tangannya.

Warga mulai saling berbisik, beberapa melirik Ratih yang duduk terpaku di pelaminan. Wajahnya pucat, matanya kosong. Tangannya mengepal di pangkuan, berusaha tegar.

Di kursi roda, Karman hanya diam. Tatapannya kosong, seperti tak sanggup berkata apa-apa. Ia tahu, jika Ratih gagal menikah malam ini maka ratih akan dicap sebagai pembawa sial jika jadi menikah malam ini maka karman tidak tahu dengan nasib ratih kedepan karena siapa yang bisa menyebut keberkahan jika punya suami orang gila.

Seorang wanita gemuk berdiri di tengah kerumunan, suaranya lantang memecah suasana.

“Bu Narti, kalau malam ini Ratih nggak jadi menikah, maka kita usir saja dia dari kampung ini!” serunya. Dialah Iyem, wanita cerewet yang diam-diam sudah disuap Narti untuk memprovokasi warga.

“Jangan asal bicara kamu, Bu Iyem! Itu cuma tahayul!” sahut Siti, teman dekat Ratih yang ikut hadir dengan wajah cemas.

“Diam kamu! Anak kecil tahu apa tentang hidup ini, aku tahu tanggal lahirmu jadi tutup mulutmu!” bentak Iyem sambil melotot dan menunjuk Siti dengan kasar, lalu membalikkan badan dengan napas memburu.

“Ratih anak baik, Bu Iyem! Mana mungkin dia disebut pembawa sial!” balas seorang ibu dari sisi lain, tapi suaranya tenggelam oleh teriakan dan kegaduhan.

Tiba-tiba, DUAR!

Suara ledakan terdengar keras dari tengah hajatan. Semua orang terkejut, sebagian berteriak, sebagian lagi spontan bersujud ketakutan. Suara tabuhan gamelan berhenti, suasana berubah mencekam.

“Itu... wahyu dari Guru Agung! Ratih harus menikah malam ini, kalau tidak dia harus diusir dari kampung!” seru Sumanto, ketua kampung yang sejak tadi duduk tenang di kursi kehormatan, wajahnya pucat, mulutnya komat-kamit menahan gemetar dan tekanan batin.

Suasana mendadak sunyi. Semua menoleh ke arah Ratih, yang duduk kaku di pelaminan dengan mata bengkak dan tubuh gemetar.

“Sepertinya laki-laki itu memang tidak akan datang,” gumam Bu Darsih pelan.

“Kalau tidak datang, ya sudah. Ratih harus pergi. Dia bawa sial,” timpal Karti dingin.

Tangis Ratih pecah. Hatinya remuk. Ia tak mengerti, apa salahnya? Ia tak pernah mencelakai siapa pun. Mengapa semua keburukan dilemparkan kepadanya?

Pak Karman yang duduk di kursi roda hanya bisa menatap putrinya dengan mata berkaca. Suaranya tak keluar. Dadanya sesak melihat anaknya dipermalukan begitu rupa.

“Maaf, Pak Karman, tapi kalau Rojali nggak datang juga, kita tak punya pilihan,” ucap Karyo dengan suara pelan sambil menunduk gelisah.

Kerumunan semakin riuh. Semua mulai berbisik, ada yang menyalahkan Ratih, ada yang setuju ia diusir. Tapi tak ada satu pun yang berani membelanya.

Tiba-tiba Iyem kembali mendekat ke pelaminan. “Ini semua salahmu, Ratih! Sudah kubilang jangan suka kasih makan orang gila! Lihat sekarang akibatnya!” hardiknya sambil mencengkeram lengan Ratih.

Ratih menggigit bibirnya, menahan sakit. Air matanya jatuh tak tertahan. Suaranya nyaris tak terdengar saat berkata, “Saya cuma kasihan, Bu… dia juga manusia.”

“Kalau kamu sudah kasih makan, ya harus kamu nikahi! Itu syarat biar kampung ini selamat, sayangnya orang gilanya malah nggak datang, jadi kamu yang harus pergi dari sini!” bentak Iyem sambil melotot dan menghentakkan kakinya penuh amarah di hadapan warga.

Kerumunan mulai bersorak, seperti menonton tontonan murahan. Sebagian warga mulai setuju dengan ucapan Iyem. Mereka menyebut-nyebut bahwa memberi makan orang gila tanpa menikahinya malah membuka pintu sial.

Iyem menarik tangan Ratih hendak menyeretnya keluar.

“Jangan dipaksa… saya bisa pergi sendiri…” suara Ratih lirih, tubuhnya lemas.

Ia menunduk, menggenggam ujung kain kebayanya. Dalam hati, ia berdoa lirih, “Tuhan… siapa pun yang menolongku malam ini… aku pasrah. Jika dia datang, maka mungkin… dia memang jodohku.”

“Tenang saja. Aku pria sejati… dan aku pasti datang.”

Ucapan itu menggema di kepala Ratih. Dan benar saja—saat hujan mulai turun rintik-rintik, seseorang muncul dari arah ujung jalan. Sosok itu berjalan pelan, mantap, dengan tubuh tegap.

Dia mengenakan mantel dari plastik sampah yang disobek asal, menjadikannya jas hujan darurat. Di kepalanya terpasang cetok petani reyot. Bajunya? Masih compang-camping seperti biasa. Tapi langkahnya… tegap. Wajahnya… tak lagi lesu dan linglung. Itu Rojali—si gembel yang selama ini dianggap gila.

Sinta menyipitkan mata, tersenyum tipis. Entah kenapa, dia senang. Kalau Ratih menikah dengan Rojali, berarti Ratih akan “hilang” dari persaingan. Tapi kalau pernikahan gagal, Ratih akan terusir. Di kepala Sinta, semua kemungkinan itu menguntungkannya.

Namun warga mulai berbisik.

“Aneh, biasanya bau busuk... sekarang malah wangi,” kata Nyai Rina, mendekap dada.

“Asmaku sembuh! Barusan aku bisa tarik napas panjang!” seru Kake Riman kaget.

Bukan sihir. Warga tak tahu, Rojali baru saja mandi dengan Minyak Jaya Sakti—minyak legendaris yang diperebutkan para pendekar, dan kini, dengan polosnya digunakan Rojali sebagai sabun mandi.

Bisik-bisik mulai menggema.

“Aku kasihan Ratih harus nikah sama orang gila…”

“Dia sendiri yang nyari sial, ngasih makan gembel…”

Tapi Ratih hanya diam. Matanya sembab, tapi wajahnya pasrah. Dalam hati, dia sudah siap. Siapa pun yang menolongnya malam ini, akan dia terima sebagai suami. Bahkan jika itu Rojali.

Rojali berhenti di tengah kerumunan. Ia membuka mantelnya. Baju di baliknya ternyata baju lama milik Pak Karman, ayah Ratih. Meski usang, tampak gagah di tubuhnya. Otot-otot Rojali terlihat kuat, berbeda jauh dari pria linglung yang biasa dilihat warga.

Sinta menahan napas. Begitu juga warga lain. Mereka menatap tak percaya.

Rojali membuka cetoknya. Rambut hitamnya rapi, mengkilap, terikat sederhana. Ia membuka penutup wajahnya—dan… semua terdiam.

Wajah itu… bersih, tegas, tampan. Tidak ada bekas luka, tidak ada tampang orang linglung. Tatapannya tajam, penuh wibawa.

“Astaga… itu Rojali?” gumam seseorang.

“Bukan… bukan, itu bukan si gila itu…”

“Tapi… bajunya, jalannya, mukanya… mirip…”

Rojali menatap langsung ke arah Ratih. Dia tak bicara sepatah kata pun, hanya mengangguk. Tapi dalam tatapan itu, seolah ia berkata, “Kau tak sendiri lagi.”

Ratih menangis dia juga tidak tahu kenapa tiba-tiba menangis, walau tampan dia belum tumbuh rasa cita, dan yang lebih penting bagi ratih adalah ukuran lelaki baik adalah bagas.

Bagas saja bisa meninggalkan dirinya yang sudah 5 tahun berpacaran, sedangkan rojali siapa, hanya orang asing yang mendadak harus dia nikahi untuk mengusir kutukan.

1
Purnama Pasedu
kerenkan ratih
saljutantaloe
lagi up nya thor
Ninik
kupikir lsg double up gitu biar gregetnya emosinya lsg dapet
Ibrahim Efendi
lanjutkan!!! 😍😍😍
Ranti Calvin
👍
Purnama Pasedu
salah itu
Purnama Pasedu
sok si kamu sardi
Ibrahim Efendi
makin seru!! 😍😍
Purnama Pasedu
pada pamer,tapi jelek
Purnama Pasedu
nah loh
Ninik
edaaannn....kehidupan macam apa ini
saljutantaloe
nah loh pusing si Narti jdinya
ditagih hutang siapin Paramex lah hehe
saljutantaloe
nah gtu dong ratih lawan jgn diem aja skrg kan udh ada bg jali yg sllu siap membela mu
up lg thor masih kurang ini
Purnama Pasedu
telak menghantam hati
Purnama Pasedu
jurus apa lagi rojali
Purnama Pasedu
tapi kosong ucapannya
Purnama Pasedu
kayak pendekar ya
saljutantaloe
widih bg jali sakti bener dah
bg jali bg jali orangnya bikin happy
Sri Rahayu
mantap thor..
sehat selalu
saljutantaloe
seru thor ceritanya up banyak" thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!