Jia, gadis periang yang tumbuh di balik bayang-bayang perfeksionis sang ibu, sedangkan Liel, pemuda pendiam dan berusaha menjaga jarak dari dunia yang tidak pernah benar-benar dia percaya.
Mereka tidak pernah menyangka, bahwa dimulai dari sekotak rokok, pertemuan konyol di masa SMA akan menarik mereka ke dalam derita penuh luka.
Kisah manis yang seharusnya tumbuh dan tampak biasa, justru menemukan kenyataan pahit. Cinta mereka yang terhalang, rahasia keluarga, dan tekanan dari orang-orang berpengaruh di sekitar mereka, membuat semuanya hancur tanpa sisa.
Mampukah Jia dan Liel bertahan dalam badai yang tidak mereka minta? Atau justru cinta mereka harus tumbang sebelum sempat benar-benar tumbuh?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Avalee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Logika yang Menemukan Jalannya
Kay ingin menghampiri Nata dan hendak memukulnya, namun Liel menarik tangan Kay, membuatnya berhenti melangkahkan kakinya.
“Cukup Kay, jangan membuat kegaduhan!!” Ucap Liel seraya mengeleng-gelengkan kepalanya.
Melihat hal itu, Jia segera meninggalkan Liel dan Kay dengan menarik tangan Nata untuk masuk ke mobilnya.
“Nat, kamu tidak perlu membelaku, bagaimana jika Kay mengancam ibumu kembali???” Ucap Jia gelisah.
Nata menepuk dahinya dengan keras. “Astaga … aku melupakan hal itu!! Tetapi … mau bagaimana lagi?? Aku tidak tahan jika dia menyakitimu seperti itu!!!”
Jia hanya diam. kemudian, untuk mencairkan suasana, Nata mencoba mengajak Jia ke toko es krim kesukaannya. Jia mengangguk pelan. Nata tersenyum lebar. Dia selalu tahu cara untuk mengembalikan suasana hati Jia yang sedang buruk.
Pada saat hendak masuk ke dalam mobil, tiba-tiba saja Doris datang dan masuk ke dalam mobil Jia. Dia Mengambil posisi dengan duduk disebelah Mang Ceceng.
Mata Nata melotot seraya menggertakkan rahangnya. “Hei, apa yang kamu lakukan? Main masuk saja!! Bukannya kamu selalu bersama Liel?”
“Ah Jia!! maaf, aku gabung di sini ya? Soalnya kalo ikut mobil tetangga sebelah, auranya kurang nyaman.”
Jia mengeluarkan jempol tangannya, tanda bahwa dia setuju jika Doris ikut bersama mereka. Namun tetap saja Nata tidak menerima Doris dengan baik.
“Heh, apa kamu tidak bisa mendengar?? Aku kan sedang berbicara padamu??”
Doris mengalihkan pandangannya, dengan sikap tengilnya, dia menatap Nata dengan tajam. “Ada apa lagi sih cantik? Jangan berisik, yang punya mobil saja tidak marah padaku.”
“Ugh, musang 'playboy' ini … tidak usah menggodaku!!!”
Doris hanya tersenyum miring. Dia tidak menyanggah tuduhan Nata karena memang faktanya seperti itu. Menurut Doris, memiliki banyak teman perempuan merupakan suatu kebanggaan tersendiri baginya.
...****************...
Seperti biasa, terik sinar matahari yang menyengat, membuat mereka berlomba-lomba untuk masuk ke toko es krim “Sweet Tooth” terlebih dahulu. Kemudian, pada saat Jia ingin memesan es krim rasa vanili, Nata berbaik hati untuk menawarkan pesanan untuknya. Doris dengan sikapnya yang menyebalkan pun berusaha untuk menitipkan pesanannya kepada Nata.
“Nat, aku es krim rasa cokelat ya?”
“Apa kamu lumpuh sehingga kakimu tidak bisa berjalan?” Sindir Nata dengan alis yang berkerut.
“Ayolah sayang, sekali ini saja, kumohon? Hm?” Ucap Doris memajukan bibirnya sambil memohon.
Nata mengeluarkan jurus karatenya. “Berhenti memanggilku sayang sebelum aku menghajarmu!!!!”
“Tetapi … kamu tetap mau kan memesan untukku?”
Tanpa rasa ikhlas dan wajah cemberut di wajahnya, akhirnya Nata memesankan untuk Doris dan Jia. Namun sayangnya, dia mendapat telepon dari ibunya, yang menyuruh untuk segera pulang karena ada keperluan mendesak. Nata pun pamit kepada Jia tanpa menghiraukan Doris.
“Hati-hati di jalan cintaku! Muah!” Goda Doris dengan mencium jari tangannya sendiri dan mengarahkannya kepada Nata.
“Wah … sepertinya dia benar-benar akan menamparmu suatu hari nanti.” Ucap Jia dengan eskpresi datar.
“Aku menunggu hal itu. Apa kamu tahu? Menurutku, Nata berbeda dari perempuan lainnya.”
Seketika Jia dan Doris diam, tidak berbicara satu sama lain. Doris menyadari bahwa dirinya kelepasan berbicara.
“Hei, tunggu … kamu menyukainya?” Tanya Jia penasaran.
Doris terlihat pasrah dan tidak berusaha menyembunyikannya lagi. “Aku tidak tahu, aku merasa … hanya dia perempuan yang tidak tertarik padaku, dan itu … membuatku penasaran.”
“Iuuwh !! Kamu membuatku merinding!! Ketahuilah, Nata tidak tertarik untuk menjalin hubungan, dan jika kamu ingin mendekatinya, pastikan bahwa dirimu bukan laki-laki pecinta semua wanita, agar nyawamu aman!!”
Doris tertawa terbahak-bahak, namun tidak perlu menunggu waktu yang lama untuk mereka canggung kembali. Namun Jia segera menyerang Doris dengan menanyakan apa tujuan sebenarnya mengikuti Jia dan Nata, karena yang mereka tahu, Doris tidak terlalu menyukai es krim.
Jia memicingkan matanya, memandang Doris dengan penuh curiga. Terlihat keraguan dari raut wajahnya, dia seperti berhati-hati saat ingin membuka mulut.
“Aissh !! Baiklah … baiklah, aku akan membuka mulutku! Hm … Menurutku, rumor tentang mereka menjalin hubungan itu tidak benar Jia! Aku sangat yakin, perasaannya hanya untukmu, selamanya! Aku bisa melihat betapa muaknya Liel saat Kay mendekatinya.”
“Apa kamu diutus olehnya?”
“Tidak.” Doris mengeleng-gelengkan kepalanya.
“Lalu, apa kamu tahu mengapa dia terluka seperti itu?”
“Tiga hari setelah dia terluka, aku datang ke rumahnya untuk bermain 'game' karena bosan dengan liburan semester. Saat itu kondisinya lebih parah dari yang bisa kamu bayangkan. Dia sampai harus duduk di kursi roda. Liel bungkam dan selalu menghindar setiap kali aku bertanya apa yang terjadi padanya!”
Jia menatap Doris dengan penuh kekecewaan. “Baiklah, lagipula kamu tidak bisa memaksanya jika mulutnya dipenuhi lem. Lantas sekarang, kamu menyuruhku untuk menunggu dalam ketidakpastian? Sementara dia bersama gadis lain? Apa ini juga pesan darinya untukku?”
“Tidak. Aku hanya menyampaikan apa yang aku lihat. Cucu Direktur Rumah Sakit itu tidak pernah menceritakan apapun masalahnya padaku.”
“Apa?? Cucu Direktur Rumah Sakit??”
Doris memutar-mutar jari telunjuknya dan kepalanya sendiri. “Ya, tempat kepalamu pernah dirawat itu adalah Rumah Sakit Kakeknya!”
Jia tercengang dengan mulut menganga, saat tahu kehidupan pribadi Liel sedikit demi sedikit. Bagaimana tidak, Jia dilayani dengan sangat baik bak ratu kerajaan saat kepalanya terluka. Ternyata, dalang dibalik itu semua adalah Liel.
“Apa ini? Ternyata Liel baik, tetapi juga jahat. Ini membingungkan!!” Gumam Jia dalam hati
Doris melebarkan matanya. “Ingin tahu yang lebih fantastis?? Dia adalah anak dari pemegang …”
“TENONET”
Pembicaraan Doris terpotong saat seseorang menelponnya. Panggilan masuk tersebut rupanya berasal dari Liel.
”Angkat saja, aku akan pulang agar kalian bisa berbicara sepuasnya.”
“Hei Jia, tunggu!! Kita kan masih belum selesai berbicara!! Percaya padaku, dia hanya mencintaimu!”
“Aku tidak bisa percaya karena kamu ada di pihaknya, dan aku mengerti akan hal itu, jadi … berhentilah menggunakan kata-kata menjijikan itu untuk meluluhkan hatiku, Doris.”
Kemudian Jia segera pergi meninggalkan Doris. Dia menyuruh mang ceceng untuk segera berangkat dari toko es krim menuju rumah. Dia mencoba menelpon Nata.
“Halo Nat, apa kamu sudah di rumah? Kamu sibuk?”
“Tidak Jia, aku sudah selesai membantu pekerjaan ibuku. Ada apa? Kamu baik-baik saja?”
“Nat, seribu cara untuk bisa melupakan dan menjauhinya, namun saat mendengar satu saja kebaikan tentangnya, aku menjadi kacau. Aku harus bagaimana Nat?”
Nata menghela napas panjang, mencoba mengerti dengan kondisi Jia yang labil. “Aku tidak tahu apa yang Doris katakan padamu, sehingga membuatmu menjadi seperti ini. Menurutku, nikmati saja alurnya, cinta itu indah. Patah hati itu adalah puncak dari rasa sakit akibat tidak bisa menggapai cinta yang diinginkan. Sekarang, kamu sedang berada di tahap itu, berusahalah terbiasa akan rasa sakitnya dan lepaskan secara perlahan, kamu juga harus mulai fokus belajar bukan??”
Jia menutup matanya seraya menghela napas panjang “perkataanmu benar, sampai aku tidak mampu mencari celah lagi untuk berharap padanya...”
Jia mematikan ponselnya, pikirannya beradu dalam diam, kemudian dia bergumam, nyaris tidak terdengar. “Liel, kamu mungkin bahagia dengan pilihanmu dan aku menerima hal itu. Akan tetapi, jangan harap agar aku melupakan rasa sakit ini …”
...Season 1 berakhir di sini. Kisah perjuangan mereka akan terus berlanjut, tetapi di lain waktu dan tempat. Apa yang akan terjadi selanjutnya? Cari tahu jawabannya di Season 2....